Jumat, 29 Mei 2009

Pesona Satwa Gunung Cermai

Gunung Cermai ternyata didiami oleh banyak reptil dan ampibi. Sebanyak 47 jenis spesies di temukan di gunung ini. Sementara tiga di antaranya diduga merupakan jenis spesies baru.

Gunung Cermai ternyata menjadi salah satu surga bagi berbagai spesies reptil dan ampibi di Indonesia. Mulai ular, bunglon, kadal, hingga katak banyak ditemukan di hutan kawasan taman nasional. Selama ekspedisi dari tim peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( Puslit Biologi LIPI) selama kurun waktu 2006-2007 ini ditemukan sebanyak 47 jenis spesies reptil dan ampibi. Sebanyak 43 di antaranya sudah terekam pernah dipublikasi. Sedangkan sisanya datanya sedang dalam proses pengolahan. Selain itu, tim ekspedisi juga meneliti mamalia dan burung yang ditangani oleh ahlinya masing-masing.

"Kami melakukan ekspedisi dengan dasar awal penusuran berdasarkan rekaman citra satelit yang menunjukkan beberapa daerah memiliki warna yang berbeda," kata Peneliti Reptil dan Ampibi dari Puslit Bilogi LIPI, Awal Riyanto.

Menurut Awal, selama perjalanan ekspedisi dengan data rekam citra satelit dilakukan pada April 2006 dan Juni 2007 dengan menggunakan jalur perjalanan yang berbeda. Untungnya dalam data rekam satelit ditunjukkan wilayah yang masih berwarna hijau bisa dilalui dengan jalur pendakian yang sudah ada. Yakni Linggarjati dan Apui. Sementara jalur pendakian lainnya yakni Palutungan belum dilalui oleh tim ekspedisi peneliti.

"Kita ingin membuktikan berbedanya warnya foto satelit itu dari apanya. Kita ingin tahu bedanya apa dari vegetasi, terus faunanya. Kebetulan itu bisa ngeklop dengan alur pendakian, sehingga kita tidak begitu susah untuk mendirikan kemah dan lain-lain," paparnya.

Selama perjalanan, Awal mengaku menemukan dua jenis spesies katak yang memang endemik hanya ada di Pulau Jawa. Yaitu dari katak jenis huiamasoni dan microhyllachatina. Dalam observasinya, Awal menemukan katak jenis ini pada ketinggian hingga 1.600 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan pola hidupnya katak memang tidak bisa hidup jauh dari air. Sementara danau di Gunung Cermai memang terletak di kaki gunung. Sementara ketika dia menemukan katak pada lereng gunung karena terdapat beberapa tempat penampungan air yang dibuat oleh petani setempat.

Selain itu dia juga menemukan tiga spesies reptil yang diduga sebagai spesies baru. Meskipun ini masih memerlukan kajian lebih lanjut. Ketiga jenis spesies tersebut satu di antaranya merupakan ular kecil jenis elapoidis, dua lainnya adalah kadal jenis sphenomorphus tomminckii, dan cyrtodactylus. Dia menjelaskan, jenis ular yang dia temukan memiliki tubuh berwarna kemerahan, yang bersarang di dalam tanah. Ketika ditemukan ular ini sedang berjalan-jalan di lantai hutan sekira pukul 22.00 malam. Namun Awal mengaku belum mengetahui pasti apa makanan dari ular kecil ini.

Panjang tubuhnya sekira kurang dari 1 meter dan besar tubuhnya hanya seukuran jari kelingking orang dewasa.

"Dia ini mungkin jenis baru dan endemik. Tapi saya harus mengkaji lagi paling tidak menemukan lagi lima spesies dari kelompok yang sama untuk membandingkan. Serta 1 lagi jenis yang sama untuk memperbandingkan spesimennya. Ular ini sudah kami koleksi basah dengan alkohol. Kemungkinan besar jenis baru," paparnya.

Kemudian, dua jenis lainnya yakni kadal jenis cyrtodactilus dengan deskripsi kulit berwarna coklat terang campur hitam dan ada motif untaian rantai dipunggungnya. Ukuran panjangnya sekira 6 cm dengan ukuran tubuh sebesar jempol orang dewasa. Hidup dari kadal ini berada di pohon-pohon dekat sungai sebab habitatnya memang didekat air. Menurut Awal, spesies kadal yang ditemukannya potensial kandidat spesies baru dan endemik, namun masih memerlukan pengkajian lebih lanjut.

Sedang kadal kedua, yakni jenis sphenomorphus tomminckii. Ukuran tubuhnya hanya sebesar jari kelingking orang dewasa warnanya hitam mengkilat dan panjangnya kurang dari 10 Cm. Ciri-cirinya jika dadanya berwarna merah berarti dia berjenis kelamin jantan. Sedangkan apabila berwarna putih berjenis kelamin betina. Kadal jenis ini tinggal di tanah lantai hutan.

Menurut dia, kadal ini banyak ditemukan di Gunung Cermai mulai ketinggian 1.500-1.800 meter di atas permukaan laut pada jalur pendakian Akui.

"Tapi anehnya ketika kami melakukan pendakian melalui Linggarjati nggak ketemu," ujarnya.

Untuk ketiga spesies ini saat ini masih dalam pengolahan untuk memastikan apakah memang benar-benar spesies baru. Memang hutan di Gunung Cermai menyimpan banyak habitat flora dan fauna. Meskipun gunung ini termasuk yang dijadikan tempat pendakian oleh para pecinta alam, kenyataanya masih banyak spesies binatang yang hidup di kawasan ini. Ekspedisi yang merupakan bagian dari sensus spesies di Indonesia memang cukup membawa hasil. Beragam jenis spesies reptil dan ampibi bisa ditemui di Gunung Cermai. Mulai jenis ular, katak, kadal, biawak hingga jenis Iguana.

"Kami menemukan banyak jenis Iguana di Hutan Seda. Hutan yang dijaga dan dikeramatkan oleh masyarakatkan, yang akhirnya diresmikan sebagai bagian dari taman nasional. Saya itu takjubnya di hutan Seda masih ketemu pohon yang diameternya besar sekali. Sementara di Gunung Cermainya saya tidak ketemu pohon-pohon besar. Luas hutan Seda jika berjalan keliling hanya butuh sekira 15 menit," paparnya.

Sementara untuk jenis ular, dia berhasil menemui 9 jenis ular. Dikabarkan ada 10 jenis ular di kawasan Gunung Cermai, termasuk ular piton. Namun selama ekspedisi tim peneliti tidak menemui ular piton. Namun berdasarkan laporan penduduk setempat mereka memang sering menemui ular piton. Memang untuk melakukan pengamatan terhadap jenis binatang yang tidak bersarang agak sulit untuk dilakukan. Piton merupakan jenis ular yang tidak selalu menetap dalam satu tempat. Kecuali jenis ular lain yang sudah diketahui sarangnya.

Awal mengisahkan semenjak penelitiannya terhadap reptil dan ampibi pada tahun 2000 hingga saat ini, habitatnya memang semakin memprihatinkan.

Beberapa wilayah di Indonesia sudah dijelajahi. Namun reptil memang termasuk binatang yang eksotik sehingga sering ditangkap kemudian diperdagangkan. Mulai buaya, ular, hingga biawak untuk diambil kulitnya.

Kemudian kura-kura jenis bulus dan ular cobra yang dikonsumsi, hingga kadal iguana atau kura-kura yang dijadikan binatang peliharaan. Namun kenyataannya jual beli reptil masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam, belum dilakukan penangkaran agar habitatnya di alam tidak terganggu.

"Kita itu masalahnya satwa reptil, yang laku diperdagangkan itu tinggal diambil dari alam. Belum ada penangkaran sementara itu habitatnya mulai berkurang, hilang. Jadi dia lokasi hidupnya semakin kecil. Menurut saya seharusnya satwa-satwa endemik dilakukan penangkaran terlebih dahulu sebelum diperjual belikan. Kekhawatirannya jumlah populasinya sudah terbatas, maka jenis reptil-reptil itu tidak akan bisa lagi ditemui di alam apabila sering ditangkap dan dijual," tandasnya.

0 komentar:

Posting Komentar