tag:blogger.com,1999:blog-82856647909434409542024-03-12T11:52:04.427+07:00Blog Dwi NoviyantoNovianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.comBlogger97125tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-61136574600733190192015-12-11T09:57:00.003+07:002015-12-11T09:58:05.004+07:00Interpretasi Well Log [Bagian 7 - selesai] - Log Sonic<div class="separator tr_bq" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEz-BzRd31_roZMfjSA103OdPd7-_Gghx-XT4s36WqLNXa4MC88tLUQYzIOWV1wjYA7evqKVmYKuTkxAvkSSKkMZaGYVY576VcatM_gqEbqhHrRglp5siExz5ZFlh4RKUe3pbC5i65qg/s1600/Sonic_modern_and_classic_designs.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEz-BzRd31_roZMfjSA103OdPd7-_Gghx-XT4s36WqLNXa4MC88tLUQYzIOWV1wjYA7evqKVmYKuTkxAvkSSKkMZaGYVY576VcatM_gqEbqhHrRglp5siExz5ZFlh4RKUe3pbC5i65qg/s1600/Sonic_modern_and_classic_designs.png" /></a></div>
<br />
Pernah main game SEGA ?? Pasti kenal dengan karakter diatas...<br />
Berlari secepat gelombang suara.<br />
That's why it called <b>Sonic The Hedgehog</b> :D<br />
<br />
Well :D<br />
Saya akan melanjutkan cerita tentang bagaimana menginterpretasikan data log, khususnya wireline log. Nah, kali ini saya akan bercerita tentang Log Sonic, juga sering disebut dengan Log Akustik.<br />
<br />
<i>Mengapa disebut Log akustik ?</i><br />
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
Oke, sebelum kita berbicara lebih banyak tentang Log Sonic, mari kita kenali dulu Apa itu gelombang akustik. Gelombang akustik adalah sebuah getaran yang merambat yang bersumber dari getaran mekanik dan merambat pada sebuah medium. </div>
<div style="text-align: justify;">
Log Sonic memakai prinsip kerja gelombang akustik, yaitu dengan memancarkan pulsa mekanik dengan jangkauan <b>10-40kHz </b>dengan panjang gelombang 7,5 sampai 75 centimeter dalam jangkauan kecepatan 1500 sampai 7500 meter per sekon. Itulah mengapa Sonic The Hedgeog dinamai dengan "Sonic" (???)</div>
</blockquote>
<br />
<i>Bagaimana alat log Sonic bekerja ?</i><br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Sistem pemancar gelombang sonic dari alat log sonic ini merupakan sebuah komponen <b>magnetostriktif </b>atau yang lebih sering digunakan adalah <b>piezoelektrik</b>. Dimana saat pulsa listrik dialirkan akan dikonversi oleh unit pemancar menjadi sebuah getaran ultrasonik. Dengan demikian gelombang akustik akan ditransmisikan kepada dinding lubang bor (<i>dengan kecepatan rambat pada medium yang beragam, oleh karena itu akan ada perbedaan dalam penetrasi pada berbagai medium -dalam hal ini adalah batuan</i>). Sementara itu, sistem penerima (receiver) adalah sebuah perangkat piezoelektrik yang dapat mengkonversi gelombang pressure menjadi signal EM dan kemudian di amplifikasi untuk memperjelas sinyal loging. (Buku Pak Rider, 2002)</blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXuSY8W-dYfBd57OzbIeSVHThKmzU8kHq3QJJIvm3u11SzV9iGpyXx0ilAGMn5ZG674BnwZ68bnr94MVZ2DEFOOG_vGKOVK-_QoQ6aqmj_aTOr8rQqoArW4myhbYPPhzJhy_0Tl_7YNw/s1600/sonic_device.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="377" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXuSY8W-dYfBd57OzbIeSVHThKmzU8kHq3QJJIvm3u11SzV9iGpyXx0ilAGMn5ZG674BnwZ68bnr94MVZ2DEFOOG_vGKOVK-_QoQ6aqmj_aTOr8rQqoArW4myhbYPPhzJhy_0Tl_7YNw/s400/sonic_device.PNG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ilustrasi sederhana alat log sonic, diambil dari buku "Well Logging for Earth Scientist"<br />
(Ellis & Singer, 2007)</td></tr>
</tbody></table>
<i>Lantas apa kegunaan log sonic itu ? </i><br />
<blockquote style="clear: both; text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
Nah, dengan mentransmisikan gelombang akustik dan kemudian menangkapnya kembali, para teknisi logging dapat menghitung <b><span style="color: red;">jeda waktu</span></b> antara signal dipancarkan dengan sinyal ditangkap, dimana nanti akan lebih banyak disebut dengan istilah <b><u><span style="color: red;">DELTA T</span></u></b>. Dengan mengetahui Delta T, maka teknisi loging dapat menghitung kecepatan rambat gelombang akustik pada medium tersebut. </div>
</blockquote>
<blockquote style="clear: both; text-align: center;">
<div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTOQlGhsNG5IpHEFGZ43mhDU3xwu3VaG9MdAkbPFnDdhNZ40eKUT6GHY03aYY5LooNPQJRxHm3CbbcNFSg4t8FHjGMKpdwge9exTSLZcgBRPDg6829fkv7etrw6Cu-pVc7lvzQc87Zsw/s1600/sonic_calculation.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTOQlGhsNG5IpHEFGZ43mhDU3xwu3VaG9MdAkbPFnDdhNZ40eKUT6GHY03aYY5LooNPQJRxHm3CbbcNFSg4t8FHjGMKpdwge9exTSLZcgBRPDg6829fkv7etrw6Cu-pVc7lvzQc87Zsw/s400/sonic_calculation.PNG" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan persamaan pada gambar diatas, setiap feet/meter dari dinding lubang bor yang dilewati oleh alat loging akan dihitung Delta T nya dimana satu per Delta T adalah Kecepatan rambat gelombang akustik pada medium tersebut.</div>
</blockquote>
<i>Setelah dapat kecepatan ranbat bla bla bla, lalu digunakan untuk apa?</i><br />
<blockquote class="tr_bq">
Nah, setelah proses loging selesai, dan hasil perhitungan kecepatan rambat gelombang akustik didapat, maka kita dapat melakukan estimasi porositas berdasarkan beberapa konsep yang telah dikembangkan. Salah satunya adalah Konsep yang dikembangkan oleh Pak Wyllie dan kawan-kawannya pada tahun 1956. Pak Wyllie mengembangkan suatu konsep bahwa keberadaa pori akan mempengaruhi variasi kecepatan rambat gelombang akustik pada medium tersebut, terlebih lagi jika terdapat fluida yang mengisinya. Konsep ini kemudian diturunkan dalam persamaan matematis seperti ini : </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirEivAoJaupd_vL6TmavZZM1hdB-mMBT-pLSyVedzNM8hwbsMa-H7J5eFPOhrNiuwPcDJ2ZJdC2PO5HmqTcjDQqMSF3zmQfUPWTZwsWjR1cy_6fFJ53gZN9NTv0v8OXCWWF7xcLGYUog/s1600/wyllie_time_eq.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="158" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirEivAoJaupd_vL6TmavZZM1hdB-mMBT-pLSyVedzNM8hwbsMa-H7J5eFPOhrNiuwPcDJ2ZJdC2PO5HmqTcjDQqMSF3zmQfUPWTZwsWjR1cy_6fFJ53gZN9NTv0v8OXCWWF7xcLGYUog/s320/wyllie_time_eq.PNG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Persamaan yang menggambarkan hubungan antara kecepatan, jeda waktu (delta T) dengan porositas<br />
(Buku Pak Rider, 2002)</td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Dari persamaan Pak Wyllie tadi kita dapat mengestimasi nilai porositas tentu saja dengan mendapatkan parameter-parameter yang berkaitan dengannya, seperti Delta T pada matriks dan fluida tertentu. Untuk penentuan nilainya, metode yang diterapkan pada pembahasan sebelumnya (Log Densitas dan Log Neutron bagian kedua) dapat diterapkan pada Log Sonic. </blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<i>Nah, dari cerita diatas kita dapat membayangkan bagaimana log sonic bekerja dalam lingkungan lubang bor hingga kemudian dihitung menjadi nilai porositas. Namun perlu diingat, bahwa semua perhitungan atau apapun yang sifatnya kuantitas dalam menghitung nilai parameter petrofisika sejatinya adalah sebuah estimasi. Terdapat perambatan error juga, apabila parameter yang digunakan untuk proses perhitungannya terdapat kesalahan, maka tentusaja hasil yang didapat juga perlu ditinjau ulang. Dan selalu, untuk para petropisisis atau geosaintis yang berkutat dan tertarik pada bidang ini, perlu ditanamkan bahwa data yang terbaik dalam lingkup penelitian eksplorasi dan produksi Migas tentunya adalah data core dari sumur yang sudah berproduksi :D</i></div>
<br />
Selamat belajar :D<br />
Semoga bermanfaat :D<br />
<br />Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-29265441702070810332015-12-10T14:32:00.001+07:002015-12-10T14:32:27.925+07:00Interpretasi Well Log [Bagian 6] - Log Densitas dan Log Neutron [Bagian 2 - selesai]<div style="text-align: justify;">
Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang interpretasi log densitas dan log neutron. Sekedar mengingatkan, mengapa saya menggabungkan kedua log ini dalam satu tulisan. Pertama, karena prinsip kerja alat log ini dalam akuisisi menggunakan komponen yang sama, yaitu radioaktif. Yang kedua, karena umumnya kegunaan log ini adalah saling melengkapi dalam estimasi nilai porositas suatu reservoir migas :D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mari kita lanjutkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, pada tulisan sebelumnya saya banyak membahas mengenai konsep dasar, prinsip kerja alat dan sedikit tentang interpretasi kasar dan kualitatif, pada bagian kedua ini saya akan menambahkan sedikit tentang interpretasi, namun lebih ke arah kuantitatif. </div>
:D<br />
<br />
<b>So, brace yourself for the Equations !!!</b><br />
<br />
Baiklah, untuk permulaan mari kita ingat-ingat lagi rumus dasar porositas. Eh sebentar, apa itu porositas ?<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>Porositas adalah bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh benda padat.<br />(Adi Harsono, 1997)</i></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Nah, sederhananya porositas itu dapat diperoleh dari selisih antara volum total (bulk - <b>Vb</b>) terhadap volum butir (grain - <b>Vgr</b> -benda padat), karena biasanya orang orang perminyakan lebih suka menilai porositas sebagai prosentase jadi kita bisa menyimpulkan bahwa porositas adalah rasio antara volume pori terhadap volume total, yang mana volume pori (<b>Vp</b>) tersebut adalah selisih yg kita bahas sebelumnya. apabila kita bawa ke ranah matematis, maka porositas dapat dijabarkan dalam persamaan berikut : </div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyZL3p5-n14QeAVE1UexuSAFMSeTWpbhb8Cyh4O0hwO9qOtQT6EuP-KQC9RSv3zYsWVg4TSOUMAGTmN6Tw8HYPSeaTEeUOhoj1rbvRecuW8Nafkd2yrKVX6X0Vl6-WhnFc5jKW0qA8zg/s1600/porosity_eq.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="99" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyZL3p5-n14QeAVE1UexuSAFMSeTWpbhb8Cyh4O0hwO9qOtQT6EuP-KQC9RSv3zYsWVg4TSOUMAGTmN6Tw8HYPSeaTEeUOhoj1rbvRecuW8Nafkd2yrKVX6X0Vl6-WhnFc5jKW0qA8zg/s320/porosity_eq.PNG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pasti sering liat persamaan ini kan ?<br />
(diambil dari buku Petrophysics Tiab dan Donaldson, 2004)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian banyak sekali limuwan yang terinspirasi dari persamaan dasar tersebut dan mengembangkan persamaan-persamaan baru dari hasil eksperimen mereka, salah satunya adalah dengan memanfaatkan data log densitas dan log neutron ini. Nah, dari sekian banyak rumus untuk menghitung porositas, mari kita coba bahas sedikit tentang rumus Porositas mulai dari log densitas, log neutron sampai kombinasi log densitas dan log neutron.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Porositas dari Log densitas </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Untuk memahami kuantifikasi porositas dari nilai densitas, terlebih dahulu kita harus memahami definisi porositas, sebagaimana dijelaskan pada cuplikan buku Pak Rider dibawah ini :<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIjdS_juTA_JHceBxEGKk2DKCZ8V8GOdKqZ81AIFLuBzQ0GULcSNKohdnPM4C7nodxxdlYLW1WvnQgtxibipkU-ha6Lnc4t5RstQZH_oezJTNpidrlEXlEifjnxkPYCMuYLX1md0GTvA/s1600/density_phi_rider.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIjdS_juTA_JHceBxEGKk2DKCZ8V8GOdKqZ81AIFLuBzQ0GULcSNKohdnPM4C7nodxxdlYLW1WvnQgtxibipkU-ha6Lnc4t5RstQZH_oezJTNpidrlEXlEifjnxkPYCMuYLX1md0GTvA/s400/density_phi_rider.PNG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rider, 2002</td></tr>
</tbody></table>
Nah, kita dapat simpulkan bahwa untuk mendapatkan nilai porositas, perlu diketahui densitas matriks (single matrix, double matrix atauh bahkan multiple matrix) dan kemudian densitas fluida. Dengan demikian kita dapat mengaplikasikan persamaan dari buku Pak Rider diatas untuk mengestimasi nilai densitas batuan reservoir yang akan kita teliti. </blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<i>Densitas Matrix itu apa sih? </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Keanu Reeves itu bukan ?</i></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Bukan... itu The Matrix <strike>(pfffft... jayus pol)</strike>, densitas matrix itu adalah densitas dari grain/butiran butiran sedimen yang terdapat pada batuan reservoir tersebut. </blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<i>Terus bagaimana cara dapet nilai Densitas Matriks itu ?</i></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Nah, ini yang agak tricky... kita harus paham dulu petrologi dan mineralogi (tsaaaah... )<br />
Untuk menentukan nilai matriks kita bisa menggunakan pendekatan petrologi, dalam hal ini kita harus punya sampel batuan tersebut dan kemudian melakukan analisis petrografi agar kita dapat melihat mineral apa saja yang mengisi batuan tersebut. Dengan mengetahui jenis-jenis dan prosentase dari mineral-mineral tadi, kita dapat mengestimasi nilai densitas rerata dari berbagai macam mineral tersebut secara proporsional. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="text-align: justify;">Ada juga cara lain, yaitu menggunakan metode </span><i style="text-align: justify;">Crossplot </i><span style="text-align: justify;">. Metode crossplot ini lebih praktis dalam analisisnya, namun banyak terdapat bias dan membutuhkan insting dan pemahaman yang kuat. Metode crossplot adalah pengambilan nilai dari suatu parameter berdasarkan dua atau lebih parameter yang berhubungan dan saling disilangkan.</span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<b><i>Misalnya</i></b> : Untuk menentukan tingkat kematangan buah mangga yg baik, kita harus mencocokkan antara ukuran buah, warna kulit, kekerasan buah, dan aroma yg tercium. Nah, jika semua mencapai kriteria maka dapat disimpulkan buah tersebut matang dengan baik. Vice versa.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Jika kita ambil contoh praktek dari metode crossplot dalam penentuan densitas matrix atau fluida, maka parameter yg digunakan bisa saja : Log Sinar Gamma (GR), Log Kaliper, dan Log Densitas itu sendiri. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdB1fx6cceecC4qL0dKu_TcYM1-d4nEhM7pkKLekmyOQENrIiAZlogPoCEQ10OD7JOn113tdf1OCi-xhOPn7cXtxYYMILtJUSoqs2xgLq3dWqgyie-iQpa6en7D3t1ZFcrGzRgm2Q8Ig/s1600/crossplot+ex.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdB1fx6cceecC4qL0dKu_TcYM1-d4nEhM7pkKLekmyOQENrIiAZlogPoCEQ10OD7JOn113tdf1OCi-xhOPn7cXtxYYMILtJUSoqs2xgLq3dWqgyie-iQpa6en7D3t1ZFcrGzRgm2Q8Ig/s400/crossplot+ex.png" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar 3 : contoh crossplot antara log GR, Densitas dan Caliper</td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Jika teman-teman perhatikan gambar diatas <b><u>(3A)</u></b>, kita dapat menentukan nilai dari suatu parameter (dalam hal ini densitas matriks) dengan terlebih dahulu menentukan kriteria dari masing-masing parameter yg digunakan sebagai acuan. Dalam hal ini kita mengambil contoh : Kita akan menentukan matriks batupasir kuarsa, kriteria acuannya yaitu Log GR harus lebih kecil dari 25 GAPI (<b><span style="color: blue;">panah biru</span></b> -misalnya), kemudian Log densitasnya berada di kisaran nilai 2,45 - 2,65 gr/cc (<b><span style="color: #38761d;">panah hijau</span></b> -misalnya) dengan kaliper yang baik (tidak washout dsb, lebih baik jika terlihat mudcrack). Nah, jika semua parameter tersebut terpenuhi maka, nilai yg didapat pada crossplot bisa dianggap nilai yg sesuai (<b><span style="color: red;">panah merah</span></b>). </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYrkXDhbA0Kg9Exjr6-wXDacEXpUM58wWjAblSEYremOJuYVDJkxgnf39cNuO1jjP3uSvGEyup92pvclWrTgFPNxATda_V42-PsJeY3Gj0eMWR49bD4A3Haw9hqKCGQkswiLFDQGCDUg/s1600/density_log_parameter.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYrkXDhbA0Kg9Exjr6-wXDacEXpUM58wWjAblSEYremOJuYVDJkxgnf39cNuO1jjP3uSvGEyup92pvclWrTgFPNxATda_V42-PsJeY3Gj0eMWR49bD4A3Haw9hqKCGQkswiLFDQGCDUg/s400/density_log_parameter.PNG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Beberapa sampel nilai parameter ke-densitas-an dari beberapa mineral yg umum<br />
(Crain Petrophysical Online Book)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b> 2. Porositas dari Log Densitas dan Log Neutron</b><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="clear: both; text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
Dalam beberapa kesempatan saya membaca beberapa literatur dan tulisan ilmiah yang menggunakan metode kombinasi log densitas-neutron untuk mengestimasi nilai porositas. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan relatif dalam penentuan porositas dari log densitas, alhasil sebagian ilmuwan percaya bahwa dengan mengkombinasikan kedua log ini, dapat diperoleh estimasi yang lebih baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
Misalnya : </div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3xsYX4EiCInOKJcubTBSLkTZuDPiTcfaud0SK018iy-z_4IcIKS1OLZe1BO69ofjJyn3Ek6kTPMsbJdBKsFyZg_CstfrJQ-8IFiv4lh06tS9jGUumc8M_vogRIK67S9DYCNo4csGsLw/s1600/Porositas_kombinasi.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="102" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3xsYX4EiCInOKJcubTBSLkTZuDPiTcfaud0SK018iy-z_4IcIKS1OLZe1BO69ofjJyn3Ek6kTPMsbJdBKsFyZg_CstfrJQ-8IFiv4lh06tS9jGUumc8M_vogRIK67S9DYCNo4csGsLw/s400/Porositas_kombinasi.PNG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">sumber : Handbook kuliah GMB (2013)</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Namun selain persamaan diatas, masih banyak metode kombinasi log densitas dan log neutron, seperti yang dikembangkan oleh Bateman dan Konen tahun 1977.</div>
</blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
begitulah secara singkat cerita tentang interpretasi kualitatif dari Log Densitas dan Log Neutron.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Selamat belajar :D</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<b><br /></b>Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-77962885504013870372015-12-10T09:36:00.000+07:002015-12-10T09:36:20.312+07:00Metode Gravitasi (Gravity Method) - Perbedaan Fungsi dalam Geofisika dan Geodesi<div style="text-align: justify;">
Well, maafkan jika terlalu lama vakum menulis blog lagi. Saya mau sedikit cerita (<strike>curcol</strike>) tentang pengalaman saya dalam beberapa waktu terakhir. Mungkin sudah banyak yang tau jika background pendidikan saya adalah Geofisika, yap. saya adalah seorang geofisisis (yang sebetulnya tidak terlalu mahir dalam urusan K-A-L-K-U-L-U-S (if you know what i mean).</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya lebih suka disebut Geosaintis/Earth Saintis, karena sudah jelas dalam mempelajari ilmu kebumian kita tidak bisa berpaku pada satu disiplin saja, Geofisika saja, Geologi saja atau Geodesi saja. Mereka bertiga saling bekerja bersama dan berkaitan satu sama lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, selama saya menempuh pendidikan S1 saya seringkali 'bergaul' hanya dengan Geologis (kebanyakan) karena selama ini saya banyak fokus dalam bidang eksplorasi, padahal sudah jelas jika lingkup studi Geofisika itu sangat luas, mulai dari studi gunungapi hingga studi referensi dalam bidang geodetik.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiztdAtMaqg79zwZnsfW5s2V6-TGxl7oD9l7Ll1-u7J6bvKbQyDmjPgbGptDcPhoTp7AWh8vXZvIT1qd4918eXdLV6Uajo4P_gSp_owaEhuscOyjAxqbeB2Lf-XRP697kGnsnCo5VwYQ/s1600/Geoidmodel_bagas.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiztdAtMaqg79zwZnsfW5s2V6-TGxl7oD9l7Ll1-u7J6bvKbQyDmjPgbGptDcPhoTp7AWh8vXZvIT1qd4918eXdLV6Uajo4P_gSp_owaEhuscOyjAxqbeB2Lf-XRP697kGnsnCo5VwYQ/s400/Geoidmodel_bagas.PNG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar 1 : Model Geoid Lokal DIY (Triarahmadhana dkk, 2014)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dalam tulisan kali ini saya akan sedikit bercerita perbedaan fungsi dari metode Gravitasi/Gayaberat yang berkaitan dengan kegunaannya untuk dua bidang yang berbeda, yaitu Geofisika dan Geodesi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita ketahui bersama, jika metode gravitasi atau Gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang banyak digunakan dalam bidang eksplorasi maupun bidang kegeofisikaan lainnya. Selama ini yang saya pelajari adalah penggunaan metode tersebut untuk kegiatan eksplorasi panasbumi, mineral, migas hingga monitorin status kegunungapian dan panasbumi. Dalam beberapa kesempatan, metode Gravitasi juga seringkali digunakan dalam studi tektonisme dan geologi struktur. Namun, beberapa waktu terakhir ini saya baru mengetahui jika penggunaan metode Gravitasi tidak hanya terbatas dalam bidang-bidang diatas, namun juga digunakan dalam penentuan ketinggian geoid. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ilmu kebumian kita mengenal sistem referensi bumi seperti <b>MSL, Geoid dan Elipsoid. </b>Secara sederhana sistem referensi tersebut sangat berbeda. misalnya : </div>
<div style="text-align: justify;">
MSL (Mean sea level) adalah sistem referensi yang banyak dipakai dalam penentuan ketinggian gunungapi. contohnya : Ketinggian Gunung Merapi adalah 2968 MDPL -meter diatas permukaan laut- ,dalam hal ini sudah pasti adalah ketinggian diatas muka air laut rata-rata. Padahal sudah kita ketahui bahwa muka air laut adalah suatu sistem yang sangat dinamis, walaupun perubahannya bekerja secara harmonik. Sistem ini dapat dimodelkan diseluruh permukaan bumi dengan bersumber dari data pengamatan/pengukuran nilai pasut (pasang surut/tidal -sama saja) yang diolah dengan beberapa metode dan kemudian dimodelkan secara matematis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sistem referensi lain yang kita ketahui adalah Elipsoid (Elipsoid -sama saja). Elipsoid adalah suatu bidang referensi, nilai nol meter yang berada pada sistem 'ke-elips-an' bumi, dalam arti bumi dalam bentuk elips sempurna atau "Normal Earth" (hal ini disebutkan dalam paper Li dan Gotze, 2001)</div>
<div style="text-align: justify;">
Sistem referensi elipsoid dapat dihitung dan dimodelkan secara matematis diseluruh permukaan bumi dengan menggunakan studi empirik. Misalnya menggunakan pendekatan GRS80 atau WGS84 yang seringkali digunakan dalam sistem GPS Handheld <strike>(yang mana rumusnya sangat panjang)</strike>. </div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilFuRh3HdvU4Q1j0U27fNphYSvmnhysxe8HEyvuQEYKQW4q2rUK6iVpCgZbRLv5ZyDWzSxbxvl3FL3rHlg67aoAA2ua1yR7nFWurHcJOEPzuGhGll0G5MxZS69dqfHMHLEqcmG2yf1UA/s1600/Li_and_Gotze_Reference_System.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilFuRh3HdvU4Q1j0U27fNphYSvmnhysxe8HEyvuQEYKQW4q2rUK6iVpCgZbRLv5ZyDWzSxbxvl3FL3rHlg67aoAA2ua1yR7nFWurHcJOEPzuGhGll0G5MxZS69dqfHMHLEqcmG2yf1UA/s400/Li_and_Gotze_Reference_System.PNG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar 2 : Ilustrasti beberapa sistem referensi bumi (Li dan Gotze, 2001)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sistem referensi satu lagi adalah Geoid. Geoid dalam beberapa tulisan dideskripsikan sebagai suatu bidang ekipotensial yang diasumsikan berimpit dengan muka laut rerata yang tidak terganggu dan merepresentasikan bentuk bumi yang sesungguhnya (Heiskanen dan Moritz, 1967). Maksudnya adalah 'garis' geoid ini adalah kontinyu dan merupakan bidang yang statis namun juga tidak selalu berkaitan dengan keadaaan di permukaan bumi. Misalnya : Geoid di pegunungan tidak selalu lebih tinggi dibandingkan geoid di dataran rendah, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu saat ini banyak yang melakukan studi tentang geoid sebagai sistem referensi yang 'valid' karena dianggap lebih mewakili bentuk bumi yang sesungguhnya (terlepas dari apa yang terlihat di permukaan). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perbedaan ketinggian antara Geoid dan Elipsoid ini dikenal sebagai Undulasi. Sehingga, untuk mengetahui ketinggian Geoid kita perlu mengetahui besarnya undulasi tersebut. Nah, salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode Gravimetri (Pada tulisan ini saya tidak akan membahas Metode Gravimetri lebih jauh ya :D). disinilah metode gravitasi bekerja dalam bidang Geodesi. Lain halnya Metode Gravitasi dalam bidang Geofisika, anomali yang digunakan dari pengukuran Gravitasi nya pun berbeda, dibidang eksplorasi maupun monitoring kita gunakan <b><i>anomali Bouguer</i></b>, sedangkan untuk studi geoid ini, kita hanya cukup sampai mendapatkan nilai<b><i> anomali Free-Air</i></b>. Mengapa Demikian ???</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begini ceritanya...</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara sederhana Anomali Bouguer adalah suatu anomali yang berada dibawah permukaan bumi dari hasil selisih antara nilai <b>Gravitasi Terukur </b>di Permukaan (Gravitasi observasi/ G-obs) terhadap nilai <b>gravitasi secara teoritis</b>. Gravitasi observasi adalah nilai gravitasi yang didapat dari pengukuran dengan menggunakan Gravimeter yang diukur diatas permukaan bumi, di topografi. Sedangkan Gravitasi teoritis adalah nilai gravitasi dari hasil perhitungan matematis geopotensial dengan menjumlahkan Nilai gravitasi normal (diukur dari elipsoid) dan kemudian gravitasi free air. Dalam hal ini Pak Bouguer mencetuskan sebuah teorema mengenai sebuah besaran densitas yang sangat mempengaruhi nilai gravitasi, yang kemudia dibuat dalam bentuk model Slab tak terhingga dengan densitas yang tetap. Pemodelan gravitasi teoritis akan lebih kompleks lagi dibahas dalam bidang geofisika, lengkap dengan segala macam koreksi koreksinya. Nah, berhubung dalam bidang Geofisika Eksplorasi ini berkaitan dengan benda anomali (yang disinyalir adalah sumber anomai gravitasi) maka diperlukan semua koreksi-koreksi (reduksi nilai) tersebut untuk mendapatkan harga anomali gravitasi yang lebih teliti. </div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTgPaQormvpYXw3Dfe7wWGyiDKWMG9EYFKPy_XKoOo4CG8K3VJATKGC-h8mac0NvzdmLZimBKaMArY-Bbvb4-tbiUkzFOSRgtpWmtvEJ8zH76fqevIxZ2Ka8qe3gqpQ56yNu0MBUQnog/s1600/FA_eq_Teford.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="106" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTgPaQormvpYXw3Dfe7wWGyiDKWMG9EYFKPy_XKoOo4CG8K3VJATKGC-h8mac0NvzdmLZimBKaMArY-Bbvb4-tbiUkzFOSRgtpWmtvEJ8zH76fqevIxZ2Ka8qe3gqpQ56yNu0MBUQnog/s320/FA_eq_Teford.PNG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Persamaan reduksi free air gravity (Telford, 1990)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkTQvTb3mhm3j10x_qfhFT_Bqq_nUjHoe3NwT60rqqWb96hkM_aub-waDpX6T9MymbNivPS9PyE_EZ43iR72fveG9ttk_arKgjycj2iAxh6m8MxiX6KEKaTDzLvUq-aAX62OzSksE-mA/s1600/Simple_Bouguer_eq_Airlangga.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="144" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkTQvTb3mhm3j10x_qfhFT_Bqq_nUjHoe3NwT60rqqWb96hkM_aub-waDpX6T9MymbNivPS9PyE_EZ43iR72fveG9ttk_arKgjycj2iAxh6m8MxiX6KEKaTDzLvUq-aAX62OzSksE-mA/s320/Simple_Bouguer_eq_Airlangga.PNG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Persamaan gravitasi Bouguer Sederhana (Dermawan, 2010)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Lain halnya dalam bidang geodesi, Setelah pengukuran gravitasi dilakukan, maka koreksi yang perlu dilakukan (tentunya setelah melakukan koreksi terhadap gravitasi pasut dan drift alat) adalah koreksi terhadap gravitasi normal saja. Mengapa begitu ?</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena dalam kajian ini tentunya yang kita cari bukanlah penyebab anomali, melainkan ketinggian undulasi yang mana akan berkaitan dengan nilai anomali gravitasi Free-Air yang terukur di permukaan. Nilai Gravitasi Free-Air sendiri secara sederhana adalah suatu nilai gravitasi yang secara teoritik dapat dihitung pada suatu titik diatas permukaan bumi (di topografi) tanpa memperhitungkan densitas yang ada dibawahnya, dengan kata lain, nilai gravitasinya hanya berdasarkan radius dari pusat bumi saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gimana? Sudah bingung? :D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika disimpulkan secara singkat, Pengunaan Metode Gravitasi dalam bidang Geofisika memiliki perbedaan dengan Geodesi jika dilihat dari segi pengolahan data dan penentuan nilai anomali yang diinginkan. Namun, dalam akuisisi data keduanya dilakukan dalam metode yang sama :D</div>
<br />
Begitu :D<br />
Sekian dulu ya, nanti kapan-kapan mungkin saya akan bahas tentang ini lagi :D<br />
Terima kasih.<br />
<br />
<br />
<br />
Tulisan yang saya baca :<br />
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Dermawan, Airlangga, 2010, REKONSEPTUALISASI DAN PEMROGRAMAN REDUKSI DATA GRAVITASI SERTA PEMETAAN KE KOORDINAT TERATUR (GRIDDING) MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL BASIC, Skripsi, Geofisika UGM</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Li dan Gotze, 2001, Tutorial : Ellipsoid, geoid, gravity, geodesy, and geophysics,GEOPHYSICS, VOL. 66, NO. 6 (NOVEMBER-DECEMBER 2001); P. 1660–1668, 4 FIGS., 3 TABLES.</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Triarahmadhana, B., dkk, 2014, Pemodelan Geoid Lokal D.I. Yogyakarta menggunakan Metode</span><br />
<span style="font-size: x-small;">Fast Fourier Transformation dan Least Square Collocation,Conference on Geospatial Information Science and Engineering "Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial", Yogyakarta, 20 September 2014.</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Buku Magis Pak Telford :D</span>Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-83851543837767387392014-10-25T20:54:00.002+07:002014-10-25T20:54:25.116+07:00Interpretasi Well Log [Bagian 6] - Log Densitas & Log Neutron [Bagian 1]<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah sekian lama nggak nulis di blog ini, saya mau melanjutkan cerita saya tentang bagaimana dasar-dasar seorang geosaintist melihat dan menerjemahkan data log (wireline log). </div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelumnya saya sudah bercerita sampai ke Log Tahanan jenis atau Log Resistivitas. nah, pada tulisan ini saya akan sedikit bercerita tentang dasar-dasar log densitas dan log Neutron. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pasti teman-teman pembaca sekalian bertanya-tanya (????) kenapa pembahasan log densitas dan log neutron saya jadikan satu tulisan (?), (Kenapa hayoooooo)</div>
<div style="text-align: justify;">
oke, kita simak aja tulisan dibawah ini yaa :)</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-oCNZ1xymFT5i_fO9KJ9ZbWq_vZ_oqoSStiewCdm9_WLE0nn9LTmtVz1EyDws34KL7L32w3ivpgTxnIs1rvM_mB2Dl3wiarYjw6SfXuWyjV6RrrMmgxirjpi-fFk7y87YtqW0tBysJA/s1600/log_type_1_cross.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-oCNZ1xymFT5i_fO9KJ9ZbWq_vZ_oqoSStiewCdm9_WLE0nn9LTmtVz1EyDws34KL7L32w3ivpgTxnIs1rvM_mB2Dl3wiarYjw6SfXuWyjV6RrrMmgxirjpi-fFk7y87YtqW0tBysJA/s1600/log_type_1_cross.jpg" height="233" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pernah liat kan CROSS-OVER seperti ini ???</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i>Apa sih log densitas itu ?</i><br />
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
teman-teman pasti pernah mendengar kata densitas. ya, mirip dengan massa jenis. Densitas adalah suatu besaran yang mendeskripsikan seberapa padat suatu material (dalam bahasan ini jelas BATUAN yang dimaksud). 1 meter kubik batubara, massa nya akan lebih ringan dibanding 1 meter kubik batu granit. tentu saja karena adanya perbedaan densitas. </div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, Log densitas jadi apa?</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada prinsipnya log densitas bertujuan mengetahui variasi perubahan densitas batuan yang ada di sepanjang lubang bor. Namun, pengukuran densitas yang dilakukan bersifat tidak langsung, melainkan nilai densitas yang didapat merupakan hasil perhitungan dan transformasi dari besaran yang didapat sebelumnya. Jadi, nilainya bukan densitas mutlak. </div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i>Bagaimana ceritanya kok bisa disebut 'bukan densitas mutlak' ?</i><br />
<blockquote class="tr_bq" style="clear: both; text-align: left;">
Jadi begini, akuisisi log densitas dilakukan dengan prinsip absorpsi (penyerapan) energi dari partikel foton yang berhamburan dari material radioaktif (sebagai source/transmitter sinar gamma). Siapa yang menyerap? Pada saat foton berhamburan dari transmitter, partikelnya akan diserap oleh elektron-elektron yang ada di formasi/batuan. Elektron-elektron tersebut berasal dari kandungan kimia mineral-mineral penyusun batuan/formasi tersebut. </blockquote>
<i>Lantas apa hubungannya tumbukan partikel foton dengan elektron terhadap densitas yang terbaca?</i><br />
<blockquote class="tr_bq" style="clear: both; text-align: left;">
Nah, komponen pendeteksi dari alat log densitas akan membaca berapa banyak foton setelah waktu penyerapan (selama perjalanan dari transmitter). Jumlah foton yang terbaca inilah yang akan ditransformasikan sebagai ekuivalensi densitas dari batuan yang dideteksi. semakin banyak foton yang kembali ke detektor, artinya formasi tidak mampu 'menghancurkan' si foton tersebut, jadi dengan kata lain : semakin sedikit foton yang dibaca di detektor menunjukkan semakin padatnya (dense) si batuan tersebut.<br />jadi, yang dibaca sebenarnya bukan densitas batuan melainkan densitas elektron yg ada di batuan tersebut.<br />lalu bagaimana hubungan antara densitas elektron di batuan dengan densitas bulk batuan yang selama ini kita kenal sebagai produk dari akuisisi log densitas?</blockquote>
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="clear: both; text-align: left;">
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwfIn0Ct5h8bAI9k3FmrFVOZrcI-ZLd64MQS836Y4KtsWJ_tdgYNYPrxA4vNY57Yy6i_AR2Df79IejGEacsRh88WwMl0B8KdkeoVaHCR0Vfi8O_neSWJ4NcT6lp60rW5NSZvL5xmJ3FA/s1600/course+mas+ari.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwfIn0Ct5h8bAI9k3FmrFVOZrcI-ZLd64MQS836Y4KtsWJ_tdgYNYPrxA4vNY57Yy6i_AR2Df79IejGEacsRh88WwMl0B8KdkeoVaHCR0Vfi8O_neSWJ4NcT6lp60rW5NSZvL5xmJ3FA/s1600/course+mas+ari.JPG" height="152" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">(sumber : materi course Well Log analysis oleh Mas Ari, GF UGM 2007)</span></div>
</blockquote>
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="clear: both; text-align: left;">
Sebagaimana yang ada digambar diatas, densitas elektron akan sebanding dengan densitas bulk dikalikan dengan dua kali nomor atom dibagi massa atom. Pada sebagian kasus akan ditemui bahwa faktor pengalinya akan bernilai sama dengan 1. So, densitas elektron akan mendekati densitas bulknya. Tapi ini bukan suatu generalisasi yaaaa :D </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i>kalo kalian masih penasaran tentang penjelasan rumus di gambar diatas, teman-teman bisa melihat di buku "Well Logging for Earth Scientist" (Darwin & Ellis), ada di bab 12 halaman 290. </i></blockquote>
<br />
<i> Terus, Log Neutron itu apa? Sama nggak sama Jimmy Neutron ? atau tempat bimbel ?</i><br />
<i><strike><span style="font-size: x-small;">(agak jayus yah... krik krik..)</span></strike></i><br />
<blockquote class="tr_bq" style="clear: both; text-align: left;">
<br />Log neutron atau biasa kita kenal dalam dunia petrofisika dan evaluasi formasi sebagai log NPHI (dibaca : en - phay) atau Neutron Porosity Log.<br />Wah hebat dong kita bisa langsung tahu besarnya porositas dari batuan disepanjang lubang bor?<br />Nanti dulu... sebelumnya kita harus tau, darimana asalnya nilai porositas yang didapat si alat Log neutron tersebut.<br />Jadi, begini ceritanya...<br />Sama hal nya dengan log densitas, log neutron juga tidak membaca nilai porositas mutlak dari suatu batuan, melainkan banyaknya jumlah hidrogen semu yang ada di formasi. Nah, hidrogen ini kan salahsatu unsur yang paling banyak ditemui dalam molekul fluida (air, gas maupun minyak), jadi sudah jelas bahwa ketiga jenis fluida tersebut akan menempati pori-pori batuan yang porous. </blockquote>
<i>Bagaimana bisa neutron mengetahui jumlah hidrogen di satu batuan?</i><br />
<blockquote class="tr_bq" style="clear: both; text-align: left;">
Nah, akusisi log neutron ini menggunakan prinsip tumbukan antara partikel neutron dengan atom Hidrogen. Setiap energi yang dimiliki oleh partikel neutron yang ditransmisikan ke formasi/batuan akan diserap saat neutron bertabrakan dengan atom Hidrogen. Sehingga semakin besar energi yang dibaca detektor neutron di alat akan menunjukkan bahwa kandungan hidrogen pada batuan tersebut semakin sedikit. Jadi jumlah energi/neutron yang terbaca di detektor akan berbanding tebalik dengan jumlah atom hidrogen di batuan/formasi dan jumlah hidrogen tersebut akan sebanding dengan besar ruang pori (yang mungkin) ditempati oleh si hidrogen tersebut. </blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3zDAoSdxg-E0jU9TGMgm2JzS5iDYW49Ud6xvka8RDBNvtBzp5IT2lbo6ZvxBn60qVPOJmFq4w9hAD63EqqEP3mUB3FX4dEitCRAF5SAe5rmN8usP041qSaVCBOSlDNRK424HBuA0aPg/s1600/CNL.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3zDAoSdxg-E0jU9TGMgm2JzS5iDYW49Ud6xvka8RDBNvtBzp5IT2lbo6ZvxBn60qVPOJmFq4w9hAD63EqqEP3mUB3FX4dEitCRAF5SAe5rmN8usP041qSaVCBOSlDNRK424HBuA0aPg/s1600/CNL.JPG" height="320" width="234" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Alat logging untuk Log Neutron (dari buku yang sama)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Dalam bidang studi Analisis data log dan evaluasi formasi penggunaan kedua log diatas akan saling dikombinasikan untuk mendapatkan nilai estimasi porositas yang sebenarnya. Karena keduanya masih sama-sama memilki kekurangan dalam menurunkan nilai porositas, maka terkadang dalam kondisi tertentu, juga dikombinasikan dengan log sonic / DT log.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Oke, biar nggak bingung dan tetap penasaran dengan hal-hal berbau logging, ceritanya sampai disini dulu. nanti akan dilanjut dibagian kedua :D</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<br />
Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-25482080451560274402014-05-14T07:18:00.003+07:002014-05-14T07:18:51.882+07:00Paper tentang AVO Beberapa paper tentang AVO :<br />
<div>
<br /></div>
<div>
<a href="http://www.4shared.com/office/BNL4PKmL/avo_analysis_modelling_in_hydr.html" target="_blank">AVO Analysis in Hydrocarbon Modelling</a></div>
<div>
<a href="http://www.4shared.com/office/-DU1a276/AVO_Analysis_Using_Vertical_Se.html" target="_blank">AVO Analysis using VSP and Well Log data</a></div>
<div>
<a href="http://www.4shared.com/office/oA96HbnZ/AVO_Modeling_of_the_Bottom_Sim.html" target="_blank">AVO Modelling of the Bottom Stimulation Reflection associated with Submarine Gas Reservoir</a></div>
<div>
<a href="http://www.4shared.com/office/eCn2z3lr/avo_variations_in_gas_sands__r.html" target="_blank">AVO Variation in Gas Sands</a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Selamat belajar!<br />:D</div>
Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-29547209254742089282014-05-14T07:12:00.004+07:002014-05-14T07:12:46.240+07:00Sekilas tentang Anomali AVO pada Data Seismik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVMXX7zCQnw8UOLfhVx856QRRI7LpQsc5KOs5Pgb2c73_NXelvj3FHBduSmq1l0nhEaI5MSf5DWcZMdkjZtkfxuxXgq-MOzwYTESADHxEH6CecpXyONNk2LnY7sqP5hf-lpoBxePb1ug/s1600/avo-1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVMXX7zCQnw8UOLfhVx856QRRI7LpQsc5KOs5Pgb2c73_NXelvj3FHBduSmq1l0nhEaI5MSf5DWcZMdkjZtkfxuxXgq-MOzwYTESADHxEH6CecpXyONNk2LnY7sqP5hf-lpoBxePb1ug/s1600/avo-1.JPG" height="193" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (1) Penampakan anomali AVO pada hasil ekstraksi atribut Intercept-time-Gradient<br />(sumber : Seismic Reservoir Characterization, Veeken, 2007)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>AVO</b> atau <b><i>Amplitude versus Offset</i></b> dikenal juga sebagai AVA (Amplitude versus Angle-of-incidence) merupakan salah satu metode analisis data seismik pre-stack terhadap perubahan nilai amplitudo terhadap kenaikan offset/sudut datang. Anomali AVO didasarkan pada gejala teoritis dari amplitude refleksi yang secara normal akan semakin mengecil seiring dengan pertambahan jarak/pembesaran sudut datang, namun pada sebagian kasus pada data seismik dijumpai ketidakselarasan pada teori tersebut. Sehingga munculah anomali AVO. </div>
<div style="text-align: justify;">
Perumusan matematika fisis dari anomali AVO telah banyak dikembangkan oleh beberapa ahli diantaranya adalah beberapa persamaan (Aki-Richards, Shuey, Hilterman, dll) yang kerap kali digunakan sebagai dasar landasan teori pada penelitian tentang AVO. Tentu saja rumit :D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada Gambar (1) Data seismik poststack yang diekstrak atribut Intercept-times-Gradient yang dihitung dari persamaan dari crossplot antara Amplitude-sin kuadrat sudut datang (θ) menunjukkan adanya anomali pada top reservoir gas. Anomali tersebut juga tampak pada penampang seismik (time-offset-amplitude) sebagai DHI (Direct Hydrocarbon Indicator) berupa Bright spot dan Flatspot (Gambar (2)) dan hasil ekstraksi atribut Fluid Factor (Gambar (3)).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQHjruXCbKFJMO92EQ0ij-uL-ZnnI_NpKOUucxLFxclEAFYWG6h9ElbzZDvbziHeJE2TZDYt9YwOOqMnmMuk8hyMYcZQhKdJKBgvf8SJvBvnY_Sjx2wwLfg_suTm92hKg9R6xVGjsFUA/s1600/Dhi-seismic-gas.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQHjruXCbKFJMO92EQ0ij-uL-ZnnI_NpKOUucxLFxclEAFYWG6h9ElbzZDvbziHeJE2TZDYt9YwOOqMnmMuk8hyMYcZQhKdJKBgvf8SJvBvnY_Sjx2wwLfg_suTm92hKg9R6xVGjsFUA/s1600/Dhi-seismic-gas.JPG" height="191" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (2) DHI pada data seismik post-stack akibat adanya efek hidrokarbon<br />(sumber : Seismic Reservoir Characterization, Veeken, 2007)<br /></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcO4bPGUdncFfVYAMIz5bRGffhGt5zcakIxNvKkkDp_qzPf16SZsNxXx_0KeV8NmQssGrMUyxDWy6dUG69TifgLjfqOS4d3bliVCt8hqmGshcHIhEutzY5SO_kJy-4VFKn5TnVcsaLXg/s1600/Avo-fluid-factor.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcO4bPGUdncFfVYAMIz5bRGffhGt5zcakIxNvKkkDp_qzPf16SZsNxXx_0KeV8NmQssGrMUyxDWy6dUG69TifgLjfqOS4d3bliVCt8hqmGshcHIhEutzY5SO_kJy-4VFKn5TnVcsaLXg/s1600/Avo-fluid-factor.JPG" height="192" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (3) Hasil ekstraksi atribut Fluid factor menunjukkan anomali pada top gas reservoir<br />(sumber : Seismic Reservoir Characterization, Veeken, 2007)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, DHI pada penampang data seismik akan berkorelasi dengan anomali pada atribut intercept-times-gradient dan fluid factor jika pada data seismik tersebut menampakkan anomali AVO akibat adanya efek kehadiran hidrokarbon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Secara singkat, anomali AVO terbagi menjadi beberapa kelas, yaitu :<br />
<br />
<ol>
<li>Anomali <b>Kelas 1</b>, ditandai dengan nilai refleksi kuat di awal (R0) (sudut datang nol) yang bernilai positif, tetap bernilai positif seiring dengan kenaikan offset/jarak. Anomali kelas ini akan memunculkan efek dimming pada data stack. Anomali AVO kelas ini seringkali berkorelasi dengan reservoir yang tight (ketat) dengan tingkat sementasi yang tinggi. </li>
<li>Anomali<b> Kelas 2</b>, ditandai dengan nilai refleksi lemah di awal (R0) yang bernilai positif yang kemudian berubah menjadi negatif seiring dengan kenaikan offset/jarak. Anomali kelas ini seringkali disertai dengan pembalikan polaritas. Efek pada anomali kelas ini seringkali berkorelasi dengan reservoir gas sand. </li>
<li>Anomali <b>Kelas 3</b>, ditandai dengan R0 yang bernilai negatif dan akan semakin negatif seiring dengan kenaikan offset, efek ini akan memunculkan efek bright spot pada data penampang seismik. Anomali kelas ini seringkali berkorelasi dengan batas atas dari reservoir gas sand. </li>
<li>Anomali <b>Kelas 4</b>, ditandai dengan refleksi awal (R0) negatif yang kuat dan melemah seiring dengan naiknya offset namun masih tetap bernilai negatif. Sulit dibedakan (dimming effect) pada penampang seismik post-stack. Anomali kelas ini hampir mirip dengan anomali kelas 1, jarang ditemukan dan berkorelasi dengan unconsolidated sand. </li>
</ol>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjThJxIH2x0DJ9T0yXrPr_OKvRiw57mSyGHZ_upmUHiYLE78b9MpBwg5ryZ8CbOsoNKPsmBHhykVGEafusUYU4-jTcqp4juTmWRk2YhjjoYC03vU6apjqJeeF1BxyJQxDaZ6rAwmSvV3g/s1600/avo-class.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjThJxIH2x0DJ9T0yXrPr_OKvRiw57mSyGHZ_upmUHiYLE78b9MpBwg5ryZ8CbOsoNKPsmBHhykVGEafusUYU4-jTcqp4juTmWRk2YhjjoYC03vU6apjqJeeF1BxyJQxDaZ6rAwmSvV3g/s1600/avo-class.JPG" height="210" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (4) Klasifikasi kelas anomali AVO berdasarkan nilai amplitude dan perubahannya terhadap sudut datang<br />(sumber : Seismic Reservoir Characterization, Veeken, 2007)</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<br /></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhemqtd7doDSHlKiRAWYKqfobQyd3k77FtQihoxPxFmxqnTNPltel0pPmmLx-4IuZWgky_JFB-pIgLcfq5tSmuIN0SyTey3HCCUqlBLJEdZJtohyphenhyphend3NWMEY6LsyCEJITYv3yZ0CEIldZA/s1600/class-2-avo.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhemqtd7doDSHlKiRAWYKqfobQyd3k77FtQihoxPxFmxqnTNPltel0pPmmLx-4IuZWgky_JFB-pIgLcfq5tSmuIN0SyTey3HCCUqlBLJEdZJtohyphenhyphend3NWMEY6LsyCEJITYv3yZ0CEIldZA/s1600/class-2-avo.JPG" height="255" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (5) Anomali AVO kelas 2 (Gas Sand) pada nilai rasio Vs-Vp<br />Perubahan nilai Vs yang drastis akibat kehadiran fluida (gas)<br />(sumber : Seismic Reservoir Characterization, Veeken, 2007)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Untuk melanjutkan kebingungan pembaca sekalian dapat melihat-lihat sejenak tentang teori AVO pada <a href="http://www.4shared.com/office/RK3JXZR0ce/avo_theory.html" target="_blank">pdf ini</a><br />
:D<br />
sekian dulu, nanti dilanjut lagi ya...<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;">Bahan bacaan : </span><br />
<span style="font-size: x-small;">Veeken, Paul (2007) Seismic stratigraphy, Basin Analysis and Reservoir Characterization</span><br />
<span style="font-size: x-small;">Mavko, Mukerji & Dvorkin (1998) The Rock Physics handbook</span>Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-44845928635592606932014-05-10T14:15:00.001+07:002014-05-10T14:15:13.400+07:00Interpretasi Well Log (Bagian 5) - Log Tahanan Jenis (Bagian 2)Pada postingan sebelumnya saya telah bercerita tentang apa itu log tahanan jenis sampai ke lingkungan akuisisi data log nya. pada bagian kedua saya akan melanjutkan ke bagian interpretasi :D<br />
check this out!<br />
<br />
<i>Bagaimana bentuk data Log tahanan jenis ?</i><br />
<blockquote class="tr_bq">
Secara umum, alat logging untuk log tahanan jenis akan mengambil data pada setiap zona (Flushed-Transisi/Annulus-Uninvaded). Masing-masing zona akan memiliki bacaan nilai tahanan jenisnya sendiri. Berangkat dari situlah kita dapat menginterpretasi zona-zona mana yang permeabel hingga mempediksi fluida yang mengisi zona tersebut. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggEz5Qhi858P-elMzvXkJfcJIWHEA-rlC0FwBquxu_Iu9H-qftrQKXbhAwxBs7DLwWtqEJMSG-rB3IB4nvGN9hlOaNefYxC0D2HAsAMiHTR9OkZ_0pKra7i_O7V7mqsBOiP9sc6jParw/s1600/res-type-log.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggEz5Qhi858P-elMzvXkJfcJIWHEA-rlC0FwBquxu_Iu9H-qftrQKXbhAwxBs7DLwWtqEJMSG-rB3IB4nvGN9hlOaNefYxC0D2HAsAMiHTR9OkZ_0pKra7i_O7V7mqsBOiP9sc6jParw/s1600/res-type-log.JPG" height="400" width="341" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (1) Contoh type log Tahanan jenis <br />(sumber : Schlumberger Interpretation Principles&Application, 1989)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i>Bagaimana interpretasinya ?</i><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Oke, sebelum masuk ke interpretasi (kualitatif maupun kuantitatif) ada baiknnya kita mengenali zona-zona yang menarik dari data log tahanan jenis terlebih dahulu :D</blockquote>
<br />
<br />
<b>Pertama</b>, <u>zona tahanan jenis rendah</u>, zona tahanan jenis rendah kerap kali disebabkan karena adanya saturasi <i>brine water </i>atau <i>clay/shale bound water. </i>Brine water ini biasanya identik dengan air formasi yang memiliki salinitas tinggi, sehingga sangat memungkinkan jika nilai tahanan jenisnya sangat kecil, biasanya dijumpai pada formasi yang permeabel (ada separasi antara log tahanan jenis shallow-medium-deep). Sedangkan Shale/clay bound water adalah fluida yang terjebak dalam claystone/batulempung atau shale. Karena batuan tersebut tidak permeabel, maka tidak akan dijumpai separasi antara log tahanan jenis shallow-medium-deep. <div>
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6MqMkIfEcYwHRwcEFfLt3y0zt5_yR_RB9tERxoH2oMht2H027LY2Mlz6T7tUYs-2rTXqyWW-F7BmW9T6cZpJ5y5D8qzNRmcx6S_iQUfrq7wWfndg-qM08ZbVfNT-CJQUWyFdOrjO7qw/s1600/low-res-type-log.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6MqMkIfEcYwHRwcEFfLt3y0zt5_yR_RB9tERxoH2oMht2H027LY2Mlz6T7tUYs-2rTXqyWW-F7BmW9T6cZpJ5y5D8qzNRmcx6S_iQUfrq7wWfndg-qM08ZbVfNT-CJQUWyFdOrjO7qw/s1600/low-res-type-log.jpg" height="192" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (A) Zona Tahanan jenis rendah pada zona tidak permeabel. </td></tr>
</tbody></table>
<div>
<blockquote class="tr_bq">
Gambar (A) menunjukkan zona clay/shale dimana pencirinya adalah nilai log gamma ray yang tinggi dan tidak adanya separasi antara log tahanan jenis shallow-medium-deep. Artinya adalah zona tersebut bukanlah zona permeabel, dan fluida yang mengisi adalah shale/clay bound water.</blockquote>
<div>
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqZ8SLZchggvgIvBPsN6tyjSbAduGuJxjjE2nORMhsOnJVm1iwIUW7qhsZjqKZ6EPjGtIHW449UDszkBByKczE7m1RCgwHHdCLiU8MCq4uGLTauzTL0GtYEF3x641-gJw7VJF6-K973g/s1600/low-res-type-log=perm-zone.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqZ8SLZchggvgIvBPsN6tyjSbAduGuJxjjE2nORMhsOnJVm1iwIUW7qhsZjqKZ6EPjGtIHW449UDszkBByKczE7m1RCgwHHdCLiU8MCq4uGLTauzTL0GtYEF3x641-gJw7VJF6-K973g/s1600/low-res-type-log=perm-zone.jpg" height="178" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (B) Zona Tahanan jenis rendah pada zona permeabel.</td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Gambar (B) menunjukkan adanya zona permeabel dengan saturasi fluida brine, ditandai dengan nilai log gamma ray yang rendah dan adanya separasi antara log tahanan jenis shallow-medium-deep serta nilai pembacaannya yang kecil. </blockquote>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kedua</b>, <u>zona tahanan jenis tinggi</u>. Zona tahanan jenis tinggi terbagi menjadi dua (sama seperti tahanan jenis rendah). Yang pertama adalah zona permeabel yang tersaturasi hidrokarbon, dan yang kedua adalah zona impermeabel yang merupakan lapisan batubara/coal. </div>
<div>
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfhK03Vd9uqN4wwaH7GaD3GsFwwBm39xsxR2jzhbBTtHZ1sbl0yOP1ujgcDp36fOjdFlY4l0sq64J7hLOulLbOkrEkjlz16wERDLOMjsX4clC4WJ98lL0mhl8Ym5lunjw-tZ0RRUXweg/s1600/high-res-coal-zone.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfhK03Vd9uqN4wwaH7GaD3GsFwwBm39xsxR2jzhbBTtHZ1sbl0yOP1ujgcDp36fOjdFlY4l0sq64J7hLOulLbOkrEkjlz16wERDLOMjsX4clC4WJ98lL0mhl8Ym5lunjw-tZ0RRUXweg/s1600/high-res-coal-zone.jpg" height="153" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (C) Zona Tahanan jenis tinggi pada lapisan batubara/coal</td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Gambar (C) diprediksi adalah lapisan batubara dengan ciri type log gamma ray nya yg mencuat rendah secara tiba-tiba kemudian tinggi lagi (shale-coal-shale, biasanya seringkali muncul pada lingkungan pengendapan transisi/delta) dengan tidak adanya separasi antara log tahanan jenis shallow-medium-deep dengan nilai tahanan jenis deep yang relatif lebih tinggi. Pada interpretasi zona/lapisan coal perlu diperhatikan efek tahanan jenis tinggi yang muncul akibat terjadinya caving pada lubang bor, sehingga jangan lupa di cek kembali log calipernya. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWMmMj4hozvPpDTNPqcn6Bf3AfQGcLs7ZEFJx8Dy5xUNRuUNoFU7NcfU8ipTpavzhMqOS0JXMSroh_PNFUcaEzDfMsfrppKbN4E_oClZ3En6BYN4E0lwJb-dow1fUiV7bnye7Ia0UQdA/s1600/high-res-hc-bearing-zone.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWMmMj4hozvPpDTNPqcn6Bf3AfQGcLs7ZEFJx8Dy5xUNRuUNoFU7NcfU8ipTpavzhMqOS0JXMSroh_PNFUcaEzDfMsfrppKbN4E_oClZ3En6BYN4E0lwJb-dow1fUiV7bnye7Ia0UQdA/s1600/high-res-hc-bearing-zone.jpg" height="178" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (D-1) Zona Tahanan jenis tinggi pada lapisan permeabel tersaturasi hidrokarbon</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIGahGu5UhJdNSbzZ5E01waDmahDm836cGlCOzg-VJJJ7EM2N6pnNAbtvkixmsX6HNyq3-dv4kSWtFEsJ6u-ab3Iqf09yyX6DjyB73GpEQy7WGTCRJLq-cokq4THocbFfI3hmCSMDI8g/s1600/high-res-hc-bearing-zone-b.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIGahGu5UhJdNSbzZ5E01waDmahDm836cGlCOzg-VJJJ7EM2N6pnNAbtvkixmsX6HNyq3-dv4kSWtFEsJ6u-ab3Iqf09yyX6DjyB73GpEQy7WGTCRJLq-cokq4THocbFfI3hmCSMDI8g/s1600/high-res-hc-bearing-zone-b.jpg" height="156" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar (D-2) Zona Tahanan jenis tinggi pada lapisan permeabel tersaturasi hidrokarbon</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<blockquote class="tr_bq">
Gambar (D) dapat diinterpretasikan sebagai zona permeabel dengan saturasi hidrokarbon. hal ini diindikasikan dengan nilai log gamma ray yang relatifrendah dan adanya separasi antara log tahanan jenis shallow-medium-deep, serta bacaan yang relatif cukup besar.</blockquote>
Nah, sudah ada pencerahan kan dalam interpretasi log tahanan jenis ?<br />
<br />
<u>Bahan bacaan :</u><br />
<span style="font-size: 13px; text-align: center;">Schlumberger Interpretation Principles&Application, 1989</span><br />
<span style="font-size: 13px; text-align: center;">Malcolm Rider, The Geological Interpretation of Well Logs 2nd Edition, 2000</span><br />
<span style="font-size: 13px; text-align: center;">dll.</span><br />
<br />
</div>
Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-74383314412423883092014-05-08T09:46:00.001+07:002014-05-08T09:46:12.714+07:00Interpretasi Well Log (Bagian 5) - Log Tahanan Jenis (Bagian 1)Mari kita lanjutkan bahasan tentang interpretasi well log :D<br />Pada <i>postingan</i> kali ini saya akan membahas mengenai log tahanan jenis/log resistivitas/<i>resistivity log.</i><br />
Log tahanan jenis ini adalah salah satu data log yang sangat vital keberadaannya dalam evaluasi sumur.<br />
Kok bisa ?<br />yaiyalah... mau tau kenapa ? mari kita lanjutkan :D<br />
<br />
<br />
<i>Apa sih tahanan jenis itu ?</i><br />
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
Mungkin sebagian dari kita sudah mengenal yang namanya RESISTOR ya :D</div>
<div style="text-align: justify;">
sebagian dari kita yang sudah mengenyam mata pelajaran elektronika dasar, dari zaman SMP, SMA hingga berpusing-pusing ria di bangku kuliah dan belajar tentang fisika elektronika dan sejenisnya pasti mengenal komponen elektronika yang satu ini. Tahanan jenis dalam arti fisis berarti nilai dari ketahanan suatu medium untuk menghambat aliran listrik yg mengalir melewatinya. Nilai tahanan jenis suatu medium sudah tidak terpengaruh bentuk, ukuran, dan posisi medium. </div>
</blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjikK5yDFEZfpvIK_kK2LcSVHBU5V6zBKpd6-7lrS-Dgo4DpDdV2v6ISEUXCQS3WKm-9ek5Lkug1s-IwvpVvcvo2jdOYzolVYwoKo-mlKeSBH-mHJjQWPK8u8ZOB_plSN6h9kuKye9hCA/s1600/Resistors_color_code.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjikK5yDFEZfpvIK_kK2LcSVHBU5V6zBKpd6-7lrS-Dgo4DpDdV2v6ISEUXCQS3WKm-9ek5Lkug1s-IwvpVvcvo2jdOYzolVYwoKo-mlKeSBH-mHJjQWPK8u8ZOB_plSN6h9kuKye9hCA/s1600/Resistors_color_code.jpg" height="182" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Resistor dengan gelang warna</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
(sumber : Wikipedia)</div>
<i><br /></i>
<i>Bagaimana akuisisi log tahanan jenis ?</i><br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Proses akuisisi data log tahanan jenis terbagi menjadi 2, berdasarkan jenis alat dan prinsip kerja yang digunakan yaitu, <u>Laterolog</u> dan <u>Log Induksi</u> . Apa perbedaannya ?<br />Laterolog itu mirip dengan akusisi metode geolistrik konfigurasi wenner/dipole-dipole. Secara prinsip adalah dengan menginjeksi arus dari elektroda arus/transmitter kedalam dinding lubang bor dan membaca beda potensial pada elektroda potensial/receiver.<br />Sedangkan log induksi mirip dengan akuisisi metode EM, gelombang EM yang kita ciptakan akan menginduksi medium pada dinding lubang bor dan menimbulkan adanya medan EM sekunder atau Arus Eddy. Medan listrik dan medan magnet yang terbaca akan mewakili medium yang terinduksi. Mirip dengan teori tentang <b>Cagniard resistivity, </b>kita dapat menurunkan besaran tahanan jenis dari gelombang EM. </blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFgKTBXSHHvOm2EWNrtNPIwd1rAtUnaqwrqXM2PEJdcqm5eZnpAlnq8A2bX_6NGh-nZmZx8XomNzVfnS-kcmKXPFvTnszXG0EYqlSDyUoWgB5zxkWgqqXGzDDmndvZvqHjyY4Q1K_ulw/s1600/induction_sonde.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFgKTBXSHHvOm2EWNrtNPIwd1rAtUnaqwrqXM2PEJdcqm5eZnpAlnq8A2bX_6NGh-nZmZx8XomNzVfnS-kcmKXPFvTnszXG0EYqlSDyUoWgB5zxkWgqqXGzDDmndvZvqHjyY4Q1K_ulw/s1600/induction_sonde.JPG" height="265" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Skema alat Log Tahanan jenis dengan metode Log Induksi</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
(sumber : Doll (1949) dalam Ellis dan Singer, 2008)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i>Apa bedanya antara Laterolog dan Log Induksi ?</i><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Dari hasil yang didapat secara umum sama. hasil dari kedua jenis alat log tahanan jenis tsb adalah data nilai tahanan jenis dari 3 zona medium (lapisan batuan/formasi) disepanjang lubang bor. Munculnya ide untuk menggunakan induksi EM adalah saat perusahaan jasa logging pada masa itu menemukan zona yg punya tekanan formasi sangat kuat, sehingga dibutuhkan lumpur pemboran yg dapat menahannya. Maka, digunakanlah lumbur dengan <i>base oil.</i> Kekurangannya dibanding <i>water base mud</i> adalah, mud cake akan punya tahanan jenis sangat tinggi, sehingga penetrasi arus laterolog akan tidak maksimal, maka muncullah alat log baru "Log induksi" .<br />tapi dimasa modern, bukan tidak mungkin penggunaan alat tersebut telah banyak mengalami peningkatan teknologi, sehingga keperluannya lebih ke urgensi data dibanding dari prinsip alatnya.<br />udah jelas kan perbedaannya ??? :D</blockquote>
<br />
<i><br /></i>
<i>Bagaimana lingkungan akuisisi datanya ?</i><br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Inilah bedanya log tahanan jenis dengan log lainnya.<br />Log tahanan jenis mengakuisisi data sepanjang lubang bor dengan bantuan filtrasi lumpur pemboran. Karena selama proses pengeboran lumpur akan masuk ke zona-zona permeabel, sehingga akan terbentuk kerak lumpur (mud cake) yang bisa juga digunakan sebagai indikator zona permeabel. Akibatnya, pembacaan log tahanan jenis akan terbagi menjadi zona-zona berdasarkan kedalaman penetrasi arus dan bidang ekuipotensialnya. Pada lapisan permeabel, bidang ekuipotensial tersebut terbagi menjadi 3 (secara umum, ada juga yg bilang 4 berdasarkan jenis fluida yg mengisi) :</blockquote>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBFs_cl-TiXL0esxKTvWzLvRpAXep1gwxwnywCcL55XFbd2iXzMeoLPYvkqFe0G4n7956ABoii-EM8xSI28NojthYIgaQxW1KUxq_IyYqLNVHTVByghpjilQ10J74HiNXmDaPUzIL0EA/s1600/preview_html_m2f483bd3.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBFs_cl-TiXL0esxKTvWzLvRpAXep1gwxwnywCcL55XFbd2iXzMeoLPYvkqFe0G4n7956ABoii-EM8xSI28NojthYIgaQxW1KUxq_IyYqLNVHTVByghpjilQ10J74HiNXmDaPUzIL0EA/s1600/preview_html_m2f483bd3.png" height="400" width="326" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Zonasi akibat filtrasi lumpur pemboran<br />(sumber : Schlumberger Log Interpretation)</div>
<br />
<br />
<ol>
<li style="text-align: left;">Zona <i>Flushed </i>, pada zona ini hampir semua fluida asli penghuni formasi telah tergantikan oleh filtrasi lumpur pemboran. akibatnnya yang tebaca adalah tahanan jenis kerak lumpur. Pada zona yang mengandung hidrokarbon, efek residual hidrokarbon juga akan sedikit terbaca pada nilai tahanan jenis pada zona ini. </li>
<li style="text-align: left;">Zona Transisi, pada zona ini pembagian fluida adalah (nyaris) 50-50. sehingga mulai muncul efek dari keberadaan fluida formasi yang sebenarnya. </li>
<li style="text-align: left;">Zona <i>Uninvaded</i>/Tak terinvasi, pada pembacaan log tahanan jenis zona inilah kita dapat menginterpretasi fluida formasi yang sebenarnya. Tahanan jenis yang besar pada <u>zona permeabel</u> untuk bacaan log ini bisa mengindikasikan adanya hidrokarbon yang tersaturasi. </li>
</ol>
<div>
Bersambung ke bagian 2 :D</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;">bahan bacaan :</span></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;">Ellis & Singer, 2008, Well Loging for Earth Scientist.</span></div>
<div>
<br /></div>
Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-38123699752079054782014-05-05T18:29:00.001+07:002014-05-05T18:29:11.553+07:00Geologi Regional Cekungan Jawa Barat UtaraOke, kali ini saya akan memberikan sedikit ulasan tentang salah satu cekungan yang cukup besar kontribusinya dalam produksi Minyak dan Gas Bumi dalam negeri, khususnya yang dikelola oleh instansi milik bangsa :p<br />
Berhubung saya juga baru saja mengulik tentang materi ini dan masih 'fresh' ,So silahkan buat yang mau meng-<i>copy-paste </i>dari sini untuk dijadikan tinjauan geologi dalam penulisan ilmiah, paper, jurnal atau skripsi :D<br />
<br />
asalkan dicantumkan sumber dan pustakanya :D<br /><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><br /></span><br />
<span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><b>A. Ulasan Singkat Geologi Regional</b></span><br />
<span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Cekungan Jawa Barat Utara
telah dikenal sebagai </span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">hydrocarbon province</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"> utama di wilayah Pertamina
DOH JBB, Cirebon. Cekungan ini terletak di antara Paparan Sunda di Utara, Jalur
Perlipatan – Bogor di Selatan, daerah Pengangkatan Karimun Jawa di Timur dan
Paparan Pulau Seribu di Barat. Cekungan Jawa Barat Utara dipengaruhi oleh
sistem </span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">block faulting</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"> yang berarah Utara – Selatan. Patahan yang berarah
Utara - Selatan membagi cekungan menjadi graben atau beberapa </span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">sub-basin</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">,
yaitu Jatibarang, Pasir Putih, Ciputat, Rangkas Bitung dan beberapa tinggian </span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">basement</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">,
seperti Arjawinangun, Cilamaya, Pamanukan, Kandanghaur–Waled, Rengasdengklok
dan Tangerang. Berdasarkan stratigrafi dan pola strukturnya, serta letaknya
yang berada pada pola busur penunjaman dari waktu ke waktu, ternyata cekungan
Jawa Barat telah mengalami beberapa kali fase sedimentasi dan tektonik sejak
Eosen sampai dengan sekarang (Martodjojo, 2002). </span><br />
<span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><br /></span>
<span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><b>B. Tektonostratigrafi dan Struktur Geologi</b></span><br />
<span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><br /></span>
<span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Cekungan Jawa Barat Utara terdiri dari
dua area, yaitu laut (</span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">offshore</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">) di Utara dan darat (</span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">onshore</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">) di
Selatan (Darman dan Sidi, 2000). Seluruh area didominasi oleh patahan
ekstensional</span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"> </i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">(</span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">extensional faulting</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">) dengan sangat minim struktur
kompresional. Cekungan didominasi oleh </span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">rift</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"> yang berhubungan dengan
patahan yang membentuk beberapa struktur deposenter</span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"> (half graben)</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">, antara lain deposenter utamanya yaitu Sub-Cekungan
Arjuna dan Sub-Cekungan Jatibarang, juga deposenter yang lain seperti :
Sub-Cekungan Ciputat, Sub-Cekungan Pasirputih. Deposenter-deposenter itu
didominasi oleh sikuen Tersier dengan ketebalan melebihi 5500 m.</span><br />
<span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">Struktur yang penting pada cekungan
tersebut yaitu terdiri dari bermacam-macam area </span><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">tinggian</span><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"> yang berhubungan dengan antiklin yang terpatahkan dan
blok tinggian (</span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">horst block</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">), lipatan
pada bagian yang turun pada patahan utama, </span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">keystone folding</i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"> dan</span><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"> </span><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">mengena pada tinggian batuan dasar. Struktur
kompresional hanya terjadi pada awal pembentukan </span><i style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">rift </i><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">pertama yang berarah relative barat laut-tenggara pada periode
Paleogen. Sesar ini akan aktif kembali pada Oligosen. Tektonik Jawa Barat
dibagi menjadi tiga fase tektonik yang dimulai dari Pra Tersier hingga
Plio-Pliostosen. Fase tektonik tersebut adalah sebagai berikut :</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 63.8pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><u>1.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span><!--[endif]-->Tektonik Pertama</u><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 63.8pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
Pada zaman Akhir Kapur awal Tersier,
Jawa Barat Utara dapat dilkasifikasikan sebagai
‘Fore Arc Basin’ dengan dijumpainya orientasi struktural mulai dari
Cileutuh, Sub Cekungan Bogor, Jatibarang, Cekungan Muriah dan Cekungan Florence
Barat yang mengindikasikan kontrol ‘Meratus Trend’. Periode Paleogen
(Eosen-Oligosen) di kenal sebagai <i>Paleogen
Extensional Rifting. </i>Pada periode ini terjadi sesar geser mendatar menganan
utama krataon Sunda akibat dari peristiwa tumbukan Lempeng Hindia dengan
Lempeng Eurasia. Sesar-sesar ini mengawali pembentukan cekungan-cekungan
Tersier di Indonesia Bagian Barat dan membentuk Cekungan Jawa Barat Utara sebagai
<i>pull apart basin.</i> <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 63.8pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
Tektonik ektensi ini membentuk
sesar-sesar bongkah (<i>half gnraben system</i>)
da merupakan fase pertama <i>rifting </i>(<i>Rifting I :
fill phase</i>). Sedimen yang diendapkan pada <i>rifting </i>I ini disebut sebagai sedimen <i>synrift I. </i>Cekungan awal <i>rifting</i>
terbentuk selama fragmentasi, rotasi dan pergerakan dari kraton Sunda. Dua
trend sesar normal yang diakibatkan oleh perkembangan <i>rifting-I </i> (<i>early fill</i>) berarah N 60<sup>o</sup> W –
N 40<sup>o</sup> W dan hampir N – S yang dikenal sebagai Pola sesar Sunda. Pada
masa ini terbentuk endapan lacustrin dan volkanik dari Formasi Jatibarang yang
menutup rendahan-rendahan yang ada. Proses sedimentasi ini terus berlangsung
dengan dijumpainya endapan transisi Formasi Talangakar. Sistem ini kemudian
diakhiri dengan diendapkannya lingkungan karbonat Formasi Baturaja. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 63.8pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><u>2.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span><!--[endif]-->Tektonik kedua</u><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 63.8pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
Fase tektonik kedua terjadi pada
permulaan Neogen (Oligo-Miosen) dan dikenal sebagai <i>Neogen Compressional Wrenching</i>. Ditandai dengan pembentukan
sesar-sesar geser akibat gaya kompresif dari tumbukan Lempeng Hindia.Sebagian
besar pergeseran sesar merupakan reaktifasi dari sesar normal yang terbentuk
pada periode Paleogen. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 63.8pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
Jalur penunjaman baru terbentuk di
selatan Jawa. Jalur volkanik periode Miosen Awal yang sekarang ini terletak di
lepas pantai selatan Jawa. Deretan gunungapi ini menghasilkan endapan gunungapi
bawah laut yang sekarang dikenal sebagai <i>“old
andesite”</i> yang tersebar di sepanjang selatan Pulau Jawa. Pola tektonik ini
disebut Pola Tektonik Jawa yang merubah pola tektonik tua yang terjadi
sebelumnya menjadi berarah barat-timur dan menghasilkan suatu sistem sesar
naik, dimulai dari selatan (Ciletuh) bergerak ke utara. Pola sesar ini sesuai
dengan sistem sesar naik belakang busur atau yang dikenal <i>“thrust foldbelt system”</i>.</div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 63.8pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><u>3.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span><!--[endif]-->Tektonik Terakhir</u><o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 63.8pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
Fase tektonik akhir yang terjadi
adalah pada Pliosen – Pleistosen, dimana terjadi proses kompresi kembali dan
membentuk perangkap-perangkap sruktur berupa sesar-sesar naik di jalur selatan
Cekungan Jawa Barat Utara. Sesar-sesar naik yang terbentuk adalah sesar naik
Pasirjadi dan sesar naik Subang, sedangkan di jalur utara Cekungan Jawa Barat
Utara terbentuk sesar turun berupa sesar turun Pamanukan. Akibat adanya
perangkap struktur tersebut terjadi kembali proses migrasi hidrokarbon. <o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6kIoVmULZ2Reqh5B-Cev_xQrkYqR4GxZ-LdFJj2vf1voKkQMypa_apwSOWEtfoCGoAZ5o_prLgDQOcv8adC6ke4v_0S-7HFE3Urtxzn9OOQTyOQmh2Nwle6Or5D_g5E93bMS7iDfBUw/s1600/Nwjb-section.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6kIoVmULZ2Reqh5B-Cev_xQrkYqR4GxZ-LdFJj2vf1voKkQMypa_apwSOWEtfoCGoAZ5o_prLgDQOcv8adC6ke4v_0S-7HFE3Urtxzn9OOQTyOQmh2Nwle6Or5D_g5E93bMS7iDfBUw/s1600/Nwjb-section.JPG" height="218" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
(Sayatan melintang fisiografi cekungan dan busur gunungapi Jawa Barat)<br />(sumber : Pertamina, 1996)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>C. Stratigrafi Regional </b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">Stratigrafi umum Jawa
Barat Utara berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai berikut:</span></div>
<div align="left" class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 12pt 1cm; text-indent: 36pt;">
<o:p></o:p></div>
<div align="left" class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 12pt 1cm; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->1.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span><!--[endif]-->Batuan Dasar<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
Batuan dasar adalah batuan beku
andesitik dan basaltik yang berumur Kapur Tengah sampai Kapur Atas dan batuan
metamorf yang berumur Pra Tersier (Sinclair, et.al, 1995). Lingkungan
Pengendapannya merupakan suatu permukaan dengan sisa vegetasi tropis yang lapuk
(Koesoemadinata, 1980).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify;">
2. Formasi
Jatibarang<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Satuan ini merupakan endapan <i>early synrift</i>, terutama dijumpai di
bagian tengah dan timur dari Cekungan Jawa Barat Utara. Pada bagian barat
cekungan ini kenampakan Formasi Jatibarang tidak banyak (sangat tipis)
dijumpai. Formasi ini terdiri dari tufa, breksi, aglomerat, dan konglomerat
alas. Formasi ini diendapkan pada fasies fluvial. Umur formasi ini adalah dari
Kala Eosen Akhir sampai Oligosen Awal. Pada
beberapa tempat di Formasi ini ditemukan minyak dan gas pada rekahan-rekahan
tuff (Budiyani, dkk, 1991). <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify;">
3. Formasi
Talang Akar<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
Pada fase <i>syn rift</i> berikutnya diendapkan Formasi Talang Akar secara tidak
selaras di atas Formasi Jatibarang. Pada awalnya berfasies <i>fluvio-deltaic</i> sampai faises marine. Litologi formasi ini diawali
oleh perselingan sedimen batupasir dengan serpih nonmarine dan diakhiri oleh
perselingan antara batugamping, serpih, dan batupasir dalam fasies marine. Pada
akhir sedimentasi, Formasi Talang Akar ditandai dengan berakhirnya sedimentasi <i>synrift</i>. Formasi ini diperkirakan
berkembang cukup baik di daerah Sukamandi dan sekitarnya. Adapun terendapkannya
formasi ini terjadi dari Kala Oligosen sampai dengan Miosen Awal. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify;">
4.<b> </b>Formasi Baturaja<b><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
Formasi ini terendapkan secara selaras
di atas Formasi Talang Akar. Pengendapan Formasi Baturaja yang terdiri dari
batugamping, baik yang berupa paparan maupun yang berkembang sebagai reef <i>buildup</i> manandai fase <i>post rift</i> yangs secara regional menutupi
seluruh sedimen klastik Formasi Talang Akar di Cekungan Jawa Barat Utara.
Perkembangan batugamping terumbu umumnya dijumpai pada daerah tinggian. Namun,
sekarang diketahui sebagai daerah dalaman. Formasi ini terbentuk pada Kala
Miosen Awal–Miosen Tengah (terutama dari asosiasi foraminifera). Lingkungan
pembentukan formasi ini adalah pada kondisi laut dangkal, air cukup jernih,
sinar matahari ada (terutama dari melimpahnya foraminifera <i>Spriroclypens Sp</i>).
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify;">
5. Formasi
Cibulakan Atas<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;">
Formasi ini terdiri dari perselingan
antara serpih dengan batupasir dan batugamping. Batugamping pada satuan ini
umumnya merupakan batugamping kklastik serta batugamping terumbu yang
berkembang secara setempat-setempat. Batugamping ini dikenali sebagai <i>Mid Main Carbonate</i> (MMC). Formasi ini
diendapkan pada Kala Miosen Awal-Miosen Akhir. Formasi ini terbagi menjadi 3
Anggota, yaitu:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--> a)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span><!--[endif]-->Massive<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Anggota ini terendapkan secara tidak
selaras di atas Formasi Baturaja. Litologi anggota ini adalah perselingan
batulempung dengan batupasir yang mempunyai ukuran butir dari halus-sedang.
Pada massive ini dijumpai kandungan hidrokarbon, terutama pada bagian atas.
Selain itu terdapat fosil foraminifera planktonik seperti <i>Globigerina trilobus</i>, foraminifera bentonik seperti <i>Amphistegina</i> (Arpandi dan Patmosukismo,
1975). <o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--> b)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span><!--[endif]-->Main<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Anggota Main terendapkan secara
selaras diatas Anggota Massive. Litologi penyusunnya adalah batulempung
berselingan dengan batupasir yang mempunyai ukuran butir halus-sedang (bersifat
glaukonitan). Pada awal pembentukannya berkembang batugamping dan juga <i>blangket-blangket</i> pasir, dimana pada
bagian ini Anggota Main terbagi lagi yang disebut dengan Mid Main Carbonat (Budiyani
dkk,1991).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--> c)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span><!--[endif]-->Pre Parigi<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Anggota Pre Parigi terendapkan secara
selaras diatas Anggota Main. Litologinya adalah perselingan batugamping,
dolomit, batupasir dan batulanau. Anggota ini terbentuk pada Kala Miosen
Tengah-Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan Neritik Tengah-Neritik Dalam
(Arpandi & Patmosukismo, 1975), dengan dijumpainya fauna-fauna laut dangkal
dan juga kandungan batupasir glaukonitan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify;">
6. Formasi Parigi<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Formasi ini terendapkan secara selaras
di atas Formasi Cibulakan Atas.. Litologi penyusunnya sebagian besar adalah
batugamping klastik maupun batugamping
terumbu. Pengendapan batugamping ini melampar ke seluruh Cekungan Jawa Barat
Utara. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah laut dangkal–neritik tengah
(Arpandi & Patmosukismo, 1975). Batas bawah Formasi Parigi ditandai dengan
perubahan berangsur dari batuan fasies campuran klastika karbonat Formasi
Cibulakan Atas menjadi batuan karbonat Formasi Parigi. Formasi ini diendapkan
pada Kala Miosen Akhir-Pliosen.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify;">
7. Formasi
Cisubuh<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Formasi ini terendapkan secara selaras
di atas Formasi Parigi. Litologi penyusunnya adalah batulempung berselingan
dengan batupasir dan serpih gampingan. Umur formasi ini adalah dari Kala Miosen
Akhir sampai Pliosen – Pleistosen. Formasi diendapkan pada lingkungan laut
dangkal yang semakin ke atas menjadi lingkungan litoral – paralik (Arpandi
& Patmosukismo, 1975).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPj4wF1cdHEbFXJIHQfbhzlW7uR28-TU0yqL_EQzSph5OFXx2evvkBZjtRPMjm1X3dBNYOcrNoby-QzRub7wbeB5CmMg-7ItxJhQ5yd8B44ZYYeLrohTGEhnJ5W88MICtQ6AX2sETydg/s1600/nwj_strata.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPj4wF1cdHEbFXJIHQfbhzlW7uR28-TU0yqL_EQzSph5OFXx2evvkBZjtRPMjm1X3dBNYOcrNoby-QzRub7wbeB5CmMg-7ItxJhQ5yd8B44ZYYeLrohTGEhnJ5W88MICtQ6AX2sETydg/s1600/nwj_strata.JPG" height="640" width="488" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
(Tabel Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara)<br />(sumber : Pertamina, 1996)</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<b style="line-height: 150%; text-align: left; text-indent: 35.45pt;"><span style="line-height: 150%;">D. </span><span style="line-height: 150%;">Sedimentasi Cekungan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 12pt 63.8pt; text-align: left; text-indent: 35.45pt;">
Periode awal sedimentasi di Cekungan
Jawa Barat Utara dimulai pada kala Eosen Tengah – Oligosen Awal (fase transgresi)
yang menghasilkan sedimentasi vulkanik darat – laut dangkal dari Formasi
Jatibarang. Pada saat itu aktifitas vulkanisme meningkat. Hal ini berhubungan
dengan interaksi antar lempeng di sebelah selatan Pulau Jawa, akibatnya
daerah-daerah yang masih labil sering mengalami aktivitas tektonik.
Material-material vulkanik dari arah timur mulai diendapkan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 12pt 63.8pt; text-align: left; text-indent: 35.45pt;">
Periode selanjutnya merupakan fase
transgresi yang berlangsung pada kala Oligosen Akhir – Miosen Awal yang
menghasilkan sedimen trangresif transisi – deltaik hingga laut dangkal yang
setara dengan Formasi Talang Akar pada awal permulaan periode. Daerah cekungan
terdiri dari dua lingkungan yang berbeda yaitu bagian barat paralic sedangkan
bagian timur merupakan laut dangkal. Selanjutnya aktifitas vulkanik semakin
berkurang sehingga daerah-daerah menjadi agak stabil, tetapi anak cekungan
Ciputat masih aktif. Kemudian air laut menggenangi daratan yang berlangsung
pada kala Miosen Awal mulai dari bagian barat laut terus ke arah tenggara
menggenangi beberapatinggian kecuali tinggian Tangerang. Dari tinggian-tinggian
ini sedimen-sedimen klastik yang dihasilkan setara dengan formasi Talang Akar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 12pt 63.8pt; text-align: left; text-indent: 35.45pt;">
Pada Akhir Miosen Awal daerah cekungan
relative stabil, dan daerah Pamanukan sebelah barat merupakan platform yang
dangkal, dimana karbonat berkembang baik sehingga membentuk setara dengan
formasi Baturaja, sedangkan bagian timur merupakan dasar yang lebih dalam. Pada
kala Miosen Tengah yang merupakan fase regresi, Cekungan Jawa Barat Utara
diendapkan sediment-sedimen laut dangkal dari formasi Cibulakan Atas. Sumber
sedimen yang utama dari formasi Cibulakan Atas diperkirakan berasal dari arah
utara – barat laut. Pada akhir Miosen Tengah kembali menjauhi kawasan yang
stabil, batugamping berkembang dengan
baik. Perkembangan yang baik ini dikarenakan aktivitas tektonik yang sangat
lemah dan lingkungan berupa laut dangkal. Kala Miosen Akhir – Pliosen (fase
regresi) merupakan fase pembentukan Formasi Parigi dan Cisubuh. Kondisi daerah
cekungan mengalami sedikit perubahan dimana kondisi laut semakin berkurang
masuk kedalam lingkungan paralik.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 12pt 63.8pt; text-align: left; text-indent: 35.45pt;">
Pada Kala Pleistosen – Aluvium
ditandai untuk pengangkatan sumbu utama Jawa. Pengangkatan ini juga diikuti
oleh aktivitas vulkanisme yang meningkat dan juga diikuti pembentukan struktur
utama Pulau Jawa. Pengangkatan sumbu utama Jawa tersebut berakhir secara
tiba-tiba sehingga mempengaruhi kondisi laut. Butiran-butiran kasar diendapkan
secara tidak selaras diatas Formasi Cisubuh.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Pustaka :</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Amril, A., Sukowitono., Supriyanto., .1991<i>. Jatibarang Sub Basin – a half Graben Model
in the Onshoe of North West Java</i>. IPA Proceedings, 20<sup>th</sup> Annual
Convention, Jakarta. hal 279-307. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Arpandi, D., Patmosukismo, S., .1975 <i>The Cibulakan Formation as One of the Most
Prospective Stratigraphic Units in the Northwest Java Basinal Area</i>. IPA
Proceeding. Vol 4th Annual Convention. Jakarta<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Budiyani,S., Priambodo, D.,Haksana,
B.w.,Sugianto,P., .1991. <i>Konsep
Eksplorasi Untuk Formasi Parigi di Cekungan Jawa Barat Utara</i>. Makalah IAGI.
Vol 20<sup>th</sup>, Indonesia. hal 45-67. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Darman, H. dan Sidi, F.H.,. 2000. <i>An Outline of The Geology of Indonesia</i>.
IAGI. Vol 20th. Indonesia<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Gordon, T. L., .1985. <i>Talang Akar coals Ardjuna subbasin oil
source</i>. Proceedings of the Fourteenth Annual Convention Indonesian Petroleum
Association, v.2. hal. 91-120.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Hamilton, W., 1979, <i>Tectonics of the Indonesian Region</i>. USGS Professional Paper, 1078.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Hunt, J.M., .1979. <i>Petroleum Geochemistry and Geology. xxi+617 pp., 221 figs</i>. Oxford:
Freeman.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Noble, Ron A.,. 1997. <i>Petroleum System of Northwest Java Indonesia</i>.
Proceeding IPA. 26th Annual Convention. hal: 585 – 600.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: Times-Roman, serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Reminton.
C.H., Nasir. H.,. 1986. <i>Potensi
Hidrokarbon Pada Batuan Karbonat Miosen Jawa Barat Utara</i>. PIT IAGI XV. Yogyakarta<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 12pt 63.8pt; text-indent: 35.45pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 3.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Sinclair, S., Gresko, M., Sunia, C.,.
1995. <i>Basin Evolution of the Ardjuna Rift
System and its Implications for Hydrocarbon Exploration, Offshore Northwest
Java, Indonesia.</i> IPA Proceedings, 24<sup>th</sup> .Annual Convention,
Jakarta. hal 147-162.</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 12pt 63.8pt; text-align: left; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 12pt 1cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<o:p></o:p></div>
Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-67795772297005069612014-04-30T20:11:00.002+07:002014-05-08T07:40:16.467+07:00Interpretasi Well Log (Bagian 4) - Log Sinar Gamma / Gamma Ray Log<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Assalamu'alaikum!</span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Setelah sekian lama seri tulisan ini tertunda, saatnya saya lanjutkan cerita-cerita tentang interpretasi <i>well log.</i></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Seri kali ini adalah tentang Log Sinar Gamma, atau bahasa keren-nya adalah Log Gamma Ray (GR Log).</span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">:D</span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<b><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apa itu Log Gamma ray ?</span></i></b><br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Log gamma ray itu adalah salah satu jenis data log sumur yang isi datanya adalah rekaman jumlah material radioaktif yang berukuran sangat kecil yang ada dalam suatu lapisan batuan/formasi dalam lubang bor.</span></blockquote>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<b><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kok bisa ada material radioaktif disana ?</span></i></b><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<blockquote class="tr_bq">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDHCuatuA9rqVDAU0uq1cL_fC3861XZrAu2rDbu1yjuTyhiOvnrB6Kw9kdHRLw1hal22a_yp_dnwHyIdcjCvIjZqScRJv_6GjpRCIiEi1ypAKXEMROxx8yUnmDEA3zQTBp3pjxiiYSpQ/s1600/radio-active.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDHCuatuA9rqVDAU0uq1cL_fC3861XZrAu2rDbu1yjuTyhiOvnrB6Kw9kdHRLw1hal22a_yp_dnwHyIdcjCvIjZqScRJv_6GjpRCIiEi1ypAKXEMROxx8yUnmDEA3zQTBp3pjxiiYSpQ/s1600/radio-active.jpg" height="200" width="200" /></span></a></blockquote>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"> eittss, bukan radioaktif yg kaya di Chernobyl gitu ya... </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jadi, di alam semesta ini kan banyak tuh unsur-unsur yang punya tingkat kestabilan isotop yang beda-beda. Setiap unsur yang tidak stabil bakalan berusaha buat men-stabil-kan diri mereka masing-masing dengan cara memancarkan energi dari dalam atomnya, nah pasti masih inget kan sinar alpha ,beta, gamma, dan teman-temannya? iya itu... mereka itu ada di batuan-batuan yang memiliki mineral-mineral dengan unsur logam-logam yang tidak stabil itu (biasanya sih batuan beku). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Nah, sewaktu proses sedimentasi berlangsung, sebagian unsur-unsur radioaktif itu ikut tersedimentasi bersama 'rombongan' material klastika lainnya. Ukuran unsur-unsur radioaktif itu berada pada kisaran lanau sampai lempung. Kecil kan ? *ya iyalah*</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<b><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Gimana cara ngambil datanya ?</span></i></b><br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jadi, dalam kegiatan <i>logging, </i>dikenal alat yang namanya "Gamma Ray Scintillator Detector" .<br /><span style="line-height: 115%;">alat tadi itu menangkap sinar radioaktif yang dipancarkan
oleh unsur Potasium (K), Thorium (Th) dan Uranium (U) secara bersamaan dengan
besar spektrum berkisar antara 0 hingga 3 MeV. </span></span></blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxBwlNb22mPLwGAGdxq-6RCu9jqbcwGwjJpoAR_tLHQ19YwRZHplCScIGm9n-SJ4mb3c6kkQR4b-RxEGRWVFa0u-a6wdTonvE7lSkQhOOCkR9kLw9SUIxx5vT-4EIiw3KV25Lt-2Czkw/s1600/gr-tool.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxBwlNb22mPLwGAGdxq-6RCu9jqbcwGwjJpoAR_tLHQ19YwRZHplCScIGm9n-SJ4mb3c6kkQR4b-RxEGRWVFa0u-a6wdTonvE7lSkQhOOCkR9kLw9SUIxx5vT-4EIiw3KV25Lt-2Czkw/s1600/gr-tool.JPG" height="144" width="320" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: x-small;">(Skema alat logging Natural Gamma Ray)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: x-small;">(sumber : Serra, 1984)</span></div>
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 115%;">Sinar radioaktif tersebut akan
ditangkap oleh sensor berupa kristal sintilator yang dilengkapi dengan penguat
berupa <i>photo multipler </i>untuk
menguatkan pancaran energi radioaktivitas. Energi yang terkumpul pada selang
waktu pengukuran adalah nilai pembacaan log sinar gamma pada satu sampel
pengukuran.</span><span style="line-height: 115%;">Bingung kan ?</span><span style="line-height: 115%;">*sama :'( </span></span></blockquote>
<span style="line-height: 115%;"><b><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Terus, Buat apa sih Log Gamma Ray itu ?</span></i></b></span><br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam kegiatan evaluasi formasi (apa lagi itu? --" hahaha), nilai yang terbaca sebagai log gamma ray ini digunakan sebagai 'alat' untuk menginterpretasikan jenis litologi sepanjang lubang bor. </span></span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 115%;"></span><span style="line-height: 115%;"><i>Kok bisa?</i></span> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 115%;"><i></i></span><span style="line-height: 115%;">Ya balik lagi ke atas, pada proses sedimentasi material akan terdeposisi berdasarkan ukuran butir. Saat energi transportasi masih cukup besar, 'rombongan' sedimen klastika akan diendapkan bertahap dari yang butirannya paling besar, sampai pada saat energi transportasi sudah hampir habis. Pada saat 'sekarat' energinya maka pada waktu itulah sebagian besar klastika lanau-lempung <u>bersama dengan unsur-unsur radioaktif yang ada didalamnya</u> akan diendapkan membentuk batulanau dan batulempung. </span></span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 18.399999618530273px;"><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jadi, gak ada unsur radioaktif di batupasir / konglomerat/ Batugamping?</span></i></span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 18.399999618530273px;">ya tetap ada... tapi jumlahnya gak sebanyak batulempung/batulanau/serpih..</span></div>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span><br />
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 18.399999618530273px;">Makanya, log gamma ray ini (lumayan) peka terhadap perubahan litologi. Jadi banyak digunakan sebagai parameter untuk </span><i style="line-height: 18.399999618530273px;">quicklook </i><span style="line-height: 18.399999618530273px;">zona yang prospek sebagai reservoir (ya minimal nyari batupasir / batugamping dulu lah...hahaha...)</span></span></div>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">
</span></blockquote>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8g7qnZqJCbyaBwecu03MaXFmd2ufR0OVOBj4LVtCqq51-lu8MZERK6iQOb8a0w2t9hycZA5DjSnA7A02PBIXdsTG8WrncxS8L1ZWVCw5uForwppdIYUNNKyEm8V1erggxb3RXICnUZg/s1600/gr-interpretation_rider.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8g7qnZqJCbyaBwecu03MaXFmd2ufR0OVOBj4LVtCqq51-lu8MZERK6iQOb8a0w2t9hycZA5DjSnA7A02PBIXdsTG8WrncxS8L1ZWVCw5uForwppdIYUNNKyEm8V1erggxb3RXICnUZg/s1600/gr-interpretation_rider.JPG" /></span></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: x-small;">Interpretasi kualitatif Log Gamma Ray </span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: x-small;">(sumber : Rider, 2002)</span></span></div>
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span>
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Nah, itu dulu ya cerita tentang interpretasi Log Gamma ray nya... </span></span><br />
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">kalo masih kurang bingung, silahkan baca buku-buku dibawah ini aja, siapa tau bisa tambah bingung :D</span></span><br />
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sekian dulu, sampai jumpa di seri berikutnya :D</span></span><br />
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span>
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">sumber bacaan :</span></span><br />
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Rider, 2002, Geological interpretation of Well logs</span></span><br />
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Serra, 1984, Fundamental of Well log interpretation</span></span><br />
<br />Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-5355464497792917232014-01-04T12:35:00.001+07:002014-01-04T12:35:46.390+07:00Metode Self Potensial <blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berhubung sebentar lagi kami (Mahasiswa Geofisika UGM angkatan 2010), khususnya saya akan melaksanakan sebuah praktikum lapangan yang berkaitan dengan kegunungapian, maka saya mencoba merangkum apa yang saya pahami tentang salah satu metode yang akan dijalankan di praktikum tersebut nanti, yaitu Metode Self Potensial (SP).<br />Langsung saja... </span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekilas Pendahuluan tentang Metode SP </span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Apa itu Metode SP ?</span></span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Metode Self-Potensial (SP) adalah salah satu metode
geofisika pasif yang mengukur besaran beda potensial di atas permukaan dari
sumber yang dihasilkan secara alami oleh medium dibawah permukaan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Darimana munculnya SP ?</span></span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beda
potensial alami (background potensial) ini akan muncul akibat beberapa hal,
yaitu (Telford, 1990) :<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
</div>
<ul>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;"><span style="line-height: normal;"> </span></span><b style="text-indent: -18pt;"><i><span style="line-height: 115%;">Aliran fluida</span></i></b><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">, aliran fluida ini juga dikontrol oleh suhu, baik akibat
cuaca, suhu permukaan maupun suhu bawah permukaan dari mediumnya.</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;"><span style="line-height: normal;"> </span></span><b style="text-indent: -18pt;"><i><span style="line-height: 115%;">Aktivitas bioelektrik
akibat organisme</span></i></b><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;"> (tumbuhan), biasanya
diakibatkan oleh proses penyerapan air oleh akar tumbuhan berupa penyerapan
ion-ion negatif.</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;"><span style="line-height: normal;"> </span></span><b style="text-indent: -18pt;"><i><span style="line-height: 115%;">Konsentrasi larutan
elektrolit pada air tanah</span></i></b><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">,
yaitu berpindahnya ion-ion dalam larutan elektrolit pada air bawah permukaan
untuk mencapai kesetimbangan atau akibat pengaruh dari luar.</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;"><span style="line-height: normal;"> </span></span><b style="text-indent: -18pt;"><i><span style="line-height: 115%;">Reaksi geokimia</span></i></b><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;"> lain, yaitu reaksi reduksi dan oksidasi (redoks) pada
zona mineralisasi.</span></span></li>
</ul>
<!--[if !supportLists]--><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nilai
potensial yang dihasilkan bervariasi, namun secara umum nilainya kurang dari 100
mV. Nilai yang terukur dapat berupa negatif atau positif. Beberapa
karakteristik dari sumber potensial berdasarkan besar nilai yang dihasilkan
diantaranya (Telford, 1990) :<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: left; text-indent: -18pt;">
</div>
<ul>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">Potensial akibat
perubahan gradual dari difusi dan potensial elektrolit dalam air tanah,
nilainya berupa efek regional dengan orde sekitar<b> 30 mV/km</b>, nilainya dapat
positif maupun negatif.</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">Efek regional akibat
topografi yang nilainya mirip dengan pengaruh dari difusi dan potensial
elektrolit dalam air tanah (sekitar 30 mV/km) namun berasosiasi dengan <i>uphill </i>dan <i>downhill </i>,dimana nilainya akan <b>negatif saat <i>uphill</i></b>, dan kemungkinan diakibatkan oleh potensial aliran air
tanah.</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">Potensial akibat aktivitas
bioelektrik nilainya sekitar ratusan milivolt yang sangat negatif.</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">Potensial akibat zona
sulfida juga nilainya <b>negatif dengan orde ratusan milivolt</b>, terutama jika
pengukuran dilakukan tepat diatas zona mineralisasi sulfida tersebut.</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">Arus telurik periode panjang
(> 1 menit) yang besarnya beberapa ratus milivolt per kilometer pada
permukaan tanah yang resistif.</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">Negatif anomali
sebesar <b>140 mV</b> peak pada permukaan diatas zona panas 10 m dibawah permukaan
dengan overburden rock batupasir di Marshall, Colorado (Corwin & Hoover,
1979)</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">Positif anomali
dengan nilai <b>30 mV</b> peak pada permukaan di lokasi pengukuran Wyoming 3 meter diatas zona panas (Corwin
& Hoover, 1979). Anomali akan semakin positif jika batuan overburden
semakin tipis, hal ini diduga berasosiasi dengan proses elektrokinetik (Telford,
1990).</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">Potensial di zona
mineralisasi yang terukur dalam jangkauan <b>beberapa milivolt hingga 1 volt</b>,
namun sebagian besar menyimpulkan bahwa nilai anomali SP yang bagus pada zona
mineralisasi adalah <b>200 mV</b>.</span></span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%; text-indent: -18pt;">Potensial alami dari
beberapa sumber ore/logam seperti Graphite (0,78 V), Pirit (0,73 V) dan galena
(0,33 V). Pengukuran diatas permukaannya akan mendapatkan nilai yang lebih
besar (hingga 1,5 V misalnya pada Grafit) (Sato & Mooney, 1960).</span></span></li>
</ul>
<!--[if !supportLists]--><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">·<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 115%;"> </span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa
nilai yang telah didapat dari berbagai macam penelitian kadang bersifat lokal.
Kegunaan lain metode SP diantaranya adalah untuk membantu <b>mendeliniasi dan
merelokasi sirkulasi fluida yang terjadi disepanjang zona sesar</b> pada area panas
bumi yang berasosiasi dengan pergerakan fluida panas bumi (Corwin, 1990), serta
untuk <b>mendeliniasi sistem thermal </b>dari lingkungan gunungapi aktif (Nishida
& Tomiya, 1986).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oke...<br />Lanjutannya disambung di postingan selanjutnya :D<br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Referensi :<br />Telford, W.M. 1990. Applied Gephysics 2nd Edition</span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Beberapa paper tetang SP :D</span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-88380485254903737002013-07-05T14:35:00.000+07:002014-05-05T18:07:31.486+07:00Interpretasi Well Log (bagian 3) - SP Log <b><i>SP Log itu apa ?</i></b><br />
<blockquote class="tr_bq">
SP log atau Spontaneous Potensial log adalah salah satu teknik logging tertua yang diciptakan oleh Pak Conrad Schlumberger dan teman-temannya. SP log ini prinsip dasarnya adalah pengukuran nilai beda potensial yang timbul antara larutan fluida dari formasi (bisa fresh water, bisa saline water bisa juga oil) yang bercampur dengan mud filtrate terhadap sebuah referensi/sistem pengacu yang diletakkan di permukaan, biasanya sistem ini berisi drilling mud yang masih 'murni'. </blockquote>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht2tIJXhnMMpbQUccxJVSP2b3hDX2GZR48_4vyGyd4P8NlJQ2M_B7pCJGX7-dfvsoQU-MUoEMBnl5pzyA15FMMoMGYYHHFwXOW1n1GmUw5dFOs3_4JeJMMoTT1KM-4OySj3_gM_mYHFw/s382/sp+log+sistem.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht2tIJXhnMMpbQUccxJVSP2b3hDX2GZR48_4vyGyd4P8NlJQ2M_B7pCJGX7-dfvsoQU-MUoEMBnl5pzyA15FMMoMGYYHHFwXOW1n1GmUw5dFOs3_4JeJMMoTT1KM-4OySj3_gM_mYHFw/s320/sp+log+sistem.png" height="290" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Gambar 1 : Sistem rangkaian peralatan SP Log secara umum</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">M1 dan M2 bertindak sebagai elektroda pengukur potensial, M2 sebagai acuan</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(Rider, 2000)</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<i><b>Buat apa kita ngukur SP log ?</b></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Menurut Pak Asquith dan Pak Krygowski di bukunya : secara garis besar, hasil pengukuran SP Log ini dapat diinterpretasikan untuk berbagai keperluan, diantaranya : </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
1. Mendeteksi lapisan-lapisan yang permeabel</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
2. Mendeteksi batas-batas antara lapisan permeabel dengan yang tidak permeabel</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
3. Mencaritau nilai resistivitas air formasi </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
4. Mencaritau nilai volume shale (Vsh) dari suatu lapisan reservoir </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Dan masih ada lagi yang lainnya (silahkan dibaca sendiri dibukunya Pak Rider atau Pak Asquith :p) </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixy5ZDqedjH3K1ivROGa8LhaJay1UZi53_qpUoPLgD2EBXCMF9EIZGPQpFrb8Qfte5Y_bVFUMVoFAkIbfhpm7mmjDEHnVs3pPA3PNUNIs_6VwtAq4f_A2I2FI11vP2qZBxL_6FYyulVA/s330/permeabilitas+dari+sp+log.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixy5ZDqedjH3K1ivROGa8LhaJay1UZi53_qpUoPLgD2EBXCMF9EIZGPQpFrb8Qfte5Y_bVFUMVoFAkIbfhpm7mmjDEHnVs3pPA3PNUNIs_6VwtAq4f_A2I2FI11vP2qZBxL_6FYyulVA/s320/permeabilitas+dari+sp+log.png" height="293" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Gambar 2 : Interpretasi kualitatif dari SP log sebagai penetuan permeabilitas lapisan</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(Rider, 2000 digambar ulang dari Pirson, 1963)</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sebagian besar interpreter dalam ranah eksplorasi oil & gas hasil SP log ini dapat dijadikan indikasi kualitatif untuk menentukan mana reservoir, mana yang bukan reservoir. Penggunaan lain yang sifatnya kualitatif adalah menentukan shale baseline dan SSP (Static Spontaneous Potensial)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<i><b>Apa itu SSP ?</b></i></div>
<blockquote class="tr_bq">
SSP atau Static Spontaneous Potensial adalah nilai SP yang tertinggi atau terendah yang dihasilkan antara suatu lapisan permeabel dibawah sana (dalam lubang bor tentunya) dengan acuan yang nilainya kemudian statis, gak bisa naik lagi atau gak bisa turun lagi. Mentok. pada lapisan shale yang tebal biasanya SSP ini akan muncul sebagai nilai SP log yang gak bergeser signifikan (cenderung stabil) , Defleksi maksimum nilai SSP harus diukur dari formasi yang bersih dari shale (biasanya dari lapisan clean sand yang cukup tebal). Nilai SSP sendiri dirumuskan sebagai (Rider,2000) :<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi52LnNkXIppdODu0MYYRLFaQD6zKOVgXY0rbOz8dVPFC0aWKcYche_-Pinsx9MIyUCIjNSDO4RdzVWyhyCWvi-qxGxVaDf0rTFTW9daAFuWnTfd3ZLhqqIm2ehIOOdxAwO_ih_ybIe-Q/s171/rumus+ssp.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi52LnNkXIppdODu0MYYRLFaQD6zKOVgXY0rbOz8dVPFC0aWKcYche_-Pinsx9MIyUCIjNSDO4RdzVWyhyCWvi-qxGxVaDf0rTFTW9daAFuWnTfd3ZLhqqIm2ehIOOdxAwO_ih_ybIe-Q/s171/rumus+ssp.png" /></a></div>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
dimana (Rmf)e adalah ekuivalensi resistivitas mud filtrate yang nilainya sebanding dengan resistivitas mud filtrate dan (Rw)e adalah ekuivalensi resistivitas air formasi yang nilainya sebanding dengan resistivitas air formasi. K adalah nilai koefisien kompensasi dari pengaruh temperatur lubang bor (nilainya didapat dari BHT log). </blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Nantinya, setiap interpretasi nilai SP log akan mengacu pada shale baseline tersebut, bisa sebagai nilai tertinggi atau terendah. Defleksi SP log yang negatif akan menandakan bahwa fluida dari formasi lebih besar salinitas nya dibandingkan mud filtrate, sebaliknya.. jika terjadi defleksi positif pada nilai SP log ini artinya fluida dari formasi nilai salinitasnya lebih kecil dari mud filtrate. Lha, kalau tidak ada defleksi sama sekali berarti resistivitas air formasinya sama dengan resisitivitas mud filtrate. </div>
Berikut adalah beberapa karakteristik SP log (Rider, 2000):<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGmLV3aTrIUYYH3WKFn1-zOd6iYmrXFXdOvaJsTxRvurdnXd7Ko_Y9s5fGCyee_rbuhyfHFjECq0G84C82Eh-5XWxrTuchOh2rtDTEJ43a7ycuS38004MBOuVFg1Eb98EQcLXhYa1mug/s721/karakterisik+sp+log.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGmLV3aTrIUYYH3WKFn1-zOd6iYmrXFXdOvaJsTxRvurdnXd7Ko_Y9s5fGCyee_rbuhyfHFjECq0G84C82Eh-5XWxrTuchOh2rtDTEJ43a7ycuS38004MBOuVFg1Eb98EQcLXhYa1mug/s400/karakterisik+sp+log.png" height="257" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Gambar 3 : Karakteristik respon SP log pada beberapa kondisi </span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(Rider ,2000)</span></i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Selain SSP ada juga PSP, apaan lagi tuh PSP ?</div>
<div style="text-align: justify;">
PSP adalah Pseudostatic Spontaneous Potensial, PSP ini nilainya adalah pada defleksi positif yang paling tinggi dari formasi yang <i>shaly </i>. PSP ini nanti akan berguna dalam analisis petrofisika untuk menghitung volume shale dalam suatu reservoir. </div>
Apa itu volume shale ? nanti akan dibahas di tulisan-tulisan berikutnya ya. hehe..<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan lain SP log selain untuk penentuan lapisan reservoir dan non reservoir (dari permeabilitas) adalah untuk identifikasi mineral, penentuan fasies dan korelasi geometri reservoir secara kualitatif. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kok bisa identifikasi mineral segala ?</div>
<div style="text-align: justify;">
Iya, soalnya pada beberapa mineral yang reduktif maupun yang secara kimiawi sifatnya oksidatif yang pada kondisi bawah permukaan belum mencapai kesetimbangan elektrisitas (Hallenburg, 1978) yang biasanya mineral-mineral ini ada pada sandstone atau shale. atau pada batubara yang kadang memberikan nilai defleksi negatif yang kadangkala pun menunjukkan respon yang mirip shale. Namun untuk identifikasi mineral ini harus dikorelasikan dengan hasil logging lainnya. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sementara untuk penentuan fasies saat ini SP log sudah mulai tergantikan oleh Gamma Ray Log. Sedangkan untuk korelasi geometri reservoir tentunya harus dikorelasi dengan nilai SP log di sumur lainnya. </div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhamdJ1UEjqAY2gfE-TxkypsSBmojAvpsTxVw-AaRcieDgALIgMDPWINTq0ucDi7dVesJjYRW3mjuujaAsoz0Cw-F7djL6W_mEHo6B-51BqcjX_qklvP8DXI5IAtV_Dy1QUl-NDypCZfA/s536/korelasi+reservoir+sp+log.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhamdJ1UEjqAY2gfE-TxkypsSBmojAvpsTxVw-AaRcieDgALIgMDPWINTq0ucDi7dVesJjYRW3mjuujaAsoz0Cw-F7djL6W_mEHo6B-51BqcjX_qklvP8DXI5IAtV_Dy1QUl-NDypCZfA/s400/korelasi+reservoir+sp+log.png" height="400" width="297" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Gambar 4 : Korelasi reservoir channel sand kompleks dengan SP Log</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(Rider, 2000)</span></i></div>
<br />
<u>Referensi :</u><br />
Rider, M., 2000, <i>Geological Interpretation of Well Logs</i><br />
Asquith & Krygowski., 2004, <i>Basic Well Log Analysis 2nd Edition</i><br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<br />Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0Central Java, Republic of Indonesia-7.7164351124155 110.3466796875-8.2200131124154989 109.7012326875 -7.2128571124155 110.9921266875tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-10904766849701087862013-06-20T13:57:00.001+07:002014-05-21T08:00:57.988+07:00Interpretasi Well Log (Bagian 2) - Caliper Log<div style="text-align: justify;">
Baiklah, di postingan kali ini saya akan melanjutkan cerita tentang interpretasi geologi mendasar dari logging. khusus kali ini saya akan membahas mengenai mechanical log / log mekanik atau biasa dikenal sebagai Caliper log. </div>
<br />
<b><i>Apa itu Caliper Log ?</i></b><br />
<blockquote class="tr_bq">
Sederhananya, Log Caliper / Caliper Log itu adalah pengukuran variasi diameter lubang bor saat borehole masih dalam open case (jelas lah... haha)</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kan saat drill bit masuk mulai melakukan aktivitas pengeboran, tentunya akan ada respon yang berbeda dari tiap litologi saat 'diterobos' oleh drill bit. ada yang sulit (alias keras/hard rock), alhasil nanti lubang bor yang dihasilkan akan sempit. sebaliknya, jika batuan yang dibor adalah batuan yang lunak, maka jelas sudah hasil lubang bornya akan lebar. </blockquote>
<b><i>Bentuk Alat loggingnya gimana sih ?</i></b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijKimzHId-tF6o5Ch_xcEG2r51r3XUCBh8oLiZm5G2YG8tN7kE4bLogZU57ZN6_mBiBKXb_PgWiCPaISU8bbG13driVi_ruoAKCr0vhuhNvF8lqxNCOH5LBmtKFa1pAwysJZotZOcD_Q/s1600/caliper+logs.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijKimzHId-tF6o5Ch_xcEG2r51r3XUCBh8oLiZm5G2YG8tN7kE4bLogZU57ZN6_mBiBKXb_PgWiCPaISU8bbG13driVi_ruoAKCr0vhuhNvF8lqxNCOH5LBmtKFa1pAwysJZotZOcD_Q/s320/caliper+logs.png" height="320" width="290" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Gambar 1A : Ilustrasi bentuk log mekanik (Log Caliper) </i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>(Serra, 1979 diambil dari Rider, 2008)</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbpENG7bWxlMavvyz1qFvYhEg3Gx0z0h_tN1DlowAtqOHWydHrqf0H9G1oSXXQbpByorRAgNm6fUYsv4f5cJiKD4DSW797IdnR16Cg3Y4j_Zl4Jo4nXuJUxjCOgIteNk6c8ePcifzgsg/s1600/MFC.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbpENG7bWxlMavvyz1qFvYhEg3Gx0z0h_tN1DlowAtqOHWydHrqf0H9G1oSXXQbpByorRAgNm6fUYsv4f5cJiKD4DSW797IdnR16Cg3Y4j_Zl4Jo4nXuJUxjCOgIteNk6c8ePcifzgsg/s1600/MFC.png" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Gambar 1B : Multi-Finger Caliper Tool</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>(Courtesy of <a href="http://www.sparteksystems.com/">http://www.sparteksystems.com</a>)</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<b><i>Fungsinya Caliper Log itu apa ?</i></b><br />
Fungsinya ya untuk interpretasi geologi, khususnya ke arah penentuan reservoir dan non-reservoir, Quality control dan penentuan permeabilitas batuan secara kualitatif.<br />
Dalam Log Caliper nantinya dikenal istilah-istilah sebagai berikut :<br />
<ul>
<li>Caving</li>
<li>Mud Cake</li>
<li>Sloughing </li>
<li>On Gauge</li>
</ul>
<div>
apa itu caving ? </div>
<div>
<blockquote class="tr_bq">
Caving adalah diameter yang besar yang dihasilkan saat drill bit menerobos batuan yang lunak, misalnya coal, shale atau batulempung atau batuan lain yang lunak secara fisik. Batuan lunak tersebut kan mudah patah dan runtuh, nah saat si drill bit itu membor bagian litologi tersebut hasilnya ya akan ada cave atau caving. Nah, mud drilling nanti akhirnya juga akan mengisi bagian caving ini.</blockquote>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mud cake itu apa ? </div>
<div>
<blockquote class="tr_bq">
Mud cake itu biasanya terjadi saat drill bit melewati batuan permeable yang kaya fluida (air formasi biasanya). Mud cake terbentuk saat lumpur pengeboran (drilling mud) bertemu dengan air formasi dan kemudian menempel di batuan permeabel tersebut sehingga terbentuk mud cake / kue lumpur (bukan kue lumpur yg biasa dimakan ya :p) , hasilnya diameter lubang bor akan menyempit pada bagian ini.</blockquote>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sloughing ?</div>
<div>
<blockquote class="tr_bq">
atau mudahnya kita sebut dengan "tonjolan" , biasanya disebabkan karena batuan yang sangat masif. Sloughing ini akan dengan cepat kita kenali dengan adanya penyempitan diameter borehole. Sloughing adalah salahsatu yang dihindari saat pengeboran. </blockquote>
<br />
On Gauge ?<br />
<blockquote class="tr_bq">
Nah,on gauge ini adalah kondisi dimana diameter lubang bor = diameter drill bit. On Gauge ini yang nantinya agak sulit untuk diinterpretasi karena gak muncul kenampakan khusus di hasil caliper log-nya.</blockquote>
Biar lebih jelas, nih ilustrasi dari Pak Rider (2008) :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhviLjijTj05Hg02z10T6UeSgJ_Ht7nkqo4SdtbIZ56yrnYaIFLPLjjatSH1ZyYi9JihCcXXH_rcIZ4ghnbCa9v2ns5aeYIsVFZtnhe3TJweBCX27hIjyHXLiGT5qNuJTEG7_6o8syz7A/s1600/caliper.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhviLjijTj05Hg02z10T6UeSgJ_Ht7nkqo4SdtbIZ56yrnYaIFLPLjjatSH1ZyYi9JihCcXXH_rcIZ4ghnbCa9v2ns5aeYIsVFZtnhe3TJweBCX27hIjyHXLiGT5qNuJTEG7_6o8syz7A/s400/caliper.png" height="400" width="363" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Gambar 2 : Kenampakan khas dari respon Caliper Log</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>(Rider, 2008)</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<b><i>Bagaimana menginterpretasi Caliper Log ?</i></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Interpretasi dasar dari respon log caliper ini biasanya digunakan dalam penentuan batuan reservoir dan non-reservoir. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Misalnya : </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivDJtDwPHs3LnWjBFLrKb4wEJs940WuPTC2LG3WTft28VSKrsy45A4H5aE-Oa1SXIKza8scdZzmPiDT78lT2Q_w901eByzCNZLksfu-7NPamJjpeGTBUKjyvCUKy77zyPA1IChTTj0Eg/s1600/caliper+on+organic+shale.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivDJtDwPHs3LnWjBFLrKb4wEJs940WuPTC2LG3WTft28VSKrsy45A4H5aE-Oa1SXIKza8scdZzmPiDT78lT2Q_w901eByzCNZLksfu-7NPamJjpeGTBUKjyvCUKy77zyPA1IChTTj0Eg/s400/caliper+on+organic+shale.png" height="261" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Gambar 3 : Respon log caliper pada shale (Rider, 2008)</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pada Shale, respon Caliper log biasanya akan nampak sebagai peningkatan diameter borehole, atau dikenal dengan caving. Dengan mengkorelasikan terhadap log Gamma Ray (GR) , akan semakin jelas jika terdapat anomali naik untuk diameter borehole dimana nilai log GR besar, maka dapat diinterpretasikan secara kualitatif sebagai lapisan shale. Kok bisa ? </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
(Log Gamma Ray nanti dibahas selanjutnya ya.. :D) </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<i><b>Nah, bagaimana untuk Quality Control (QC)</b></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
QC untuk apa ? </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
QC disini adalah pemantauan dari hasil caliper log untuk logging selanjutnya (Rahmadi Hidayat, 2013) , misalnya Logging yang memanfaatkan radioactive yang biasanya dilakukan setelah borehole di casing. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mengapa ? </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jika, muncul anomali kasar (naik-turun) perubahan nilai diameter borehole, maka secara kualitatif dapat dinyatakan bahwa logging selanjutnya perlu perlakuan khusus. karena untuk beberapa logging yang menempel pada dinding lubang bor (seperti : Netron porosity, Densitas dan Mikroresistivitas) akan sangat berbahaya jika dilakukan pada dinding lubang bor yang kasar. Responnya akan sulit dianalisa, karena dalam logging yang sifatnya induktif maupun radioactive, kita akan mengenal area-area logging yang disebut dengan : Flushed Zone, Invaded Zone dan Uninvaded Zone. khusus untuk log resistivitas dan SP dapat dijadikan koreksi terhadap datanya yang akan terpengaruh oleh mud cake, seberapa tebal mud cake dan seberapa tipis dalam mud cake-nya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
(dijelaskan nanti ya :D)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i style="font-weight: bold;">Penentuan Lapisan Reservoir </i></div>
Nah, ini salahsatu kegunaan penting caliper log. Caliper log dapat digunakan sebagai panduan kualitatif dalam menentukan mana reservoir (lapisan permeabel) dan non reservoir (lapisan impermeabel).<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Masih ingat mud cake ? </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ya, penyebab mud cake itu kan adanya lapisan permeabel (banyak mengandung fluida) yang menjebak drilling mud sehingga membentuk mud cake di borehole. Keberadaan mud cake ini nanti akan terdeteksi oleh caliper log sebagai penyempitan lubang bor. Saat kita menginterpretasi log Gamma Ray, korelasi untuk menentukan reservoir dan non-reservoir adalah dengan Caliper Log. Nih, contohnya : </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLu5PHq3SGBSgBZl3xosyqwZRoCl0NiEFpeJzT-VGwAfvzLqplm2jUKu8uWcegck2abEC3Vv85IBWElffwdX9HbFlDXZcYdolgp3i1vubgT-2aaB1jPhatboQHdR1iZjNrum5UmtiUGg/s1600/caliper-gr+correlation.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLu5PHq3SGBSgBZl3xosyqwZRoCl0NiEFpeJzT-VGwAfvzLqplm2jUKu8uWcegck2abEC3Vv85IBWElffwdX9HbFlDXZcYdolgp3i1vubgT-2aaB1jPhatboQHdR1iZjNrum5UmtiUGg/s400/caliper-gr+correlation.jpg" height="400" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Gambar 4 : Respon dari beberapa hasil logging, (lihat sebelah kiri) adalah </i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>korelasi antara log gamma ray dengan log caliper</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(Courtesy of geophysics.geoscienceworld.org ) </span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Saat nilai log Gamma Ray rendah (ciri-ciri sandstone) maka kita perlu melihat nilai log caliper. Jika saat GR rendah dan caliper rendah (menurun) maka dapat kita interpretasikan (awalan) sebagai lapisan reservoir. Sebaliknya, jika nilai gamma ray kecil namun tidak menunjukkan anomali penurunan nilai diameter borehole, maka belum tentu itu adalah lapisan reservoir. Bisa saja sandstone, namun masif sandstone atau shaly sandstone (hehe, imho lho ini :p)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Oke deh, sekian dulu. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mohon koreksinya ya, semoga bermanfaat hehe.. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Sumber : <span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Buku Interpretasi Geologi dari Well Log nya Pak Rider.</b></span></i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<br />
<br />Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-59824227250752877622013-06-13T17:42:00.000+07:002014-05-05T18:08:12.920+07:00Interpretasi Well Log (Bagian 1) - BHT Log (Bottom Hole Temperature Log) <div style="text-align: justify;">
Bukan mustahil kalau nggak ada teknologi logging dalam borehole, eksplorasi minyak dan gas tidak akan berkembang pesat seperti saat ini. Oke, dalam postingan kali ini saya ingin sedikit menuliskan kembali apa yang saya baca dari buku Pak Rider tentang Interpretasi Well Log, khususnya dalam bahasan geologi reservoir dan petrofisika. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
Awalan : </div>
<div>
<b><i>Well log itu apa ?</i></b> </div>
<blockquote class="tr_bq">
Secara mudah, well log itu adalah pengukuran / perekaman parameter-parameter geofisika pada suatu borehole (sumur pemboran) secara kontinyu sebagai fungsi kedalaman. Kadang orang teknis dalam dunia perminyakan menyebut <i>continuous depth-related record</i> sebagai <i>wireline geophysical well logs</i>. </blockquote>
<div style="text-align: justify;">
LWD atau kependekan dari Logging While Drilling adalah proses perekaman data log sumur bersamaan dengan proses pengeboran. Peralatan LWD terbagi menjadi 3 bagian : downhole logging sensors, data transmission systems dan surface interface. Logging sensor biasanya diletakkan tepat dibelakang drilling bit dan akan aktif saat drilling dilakukan. Kemudian sistem transmisi akan mengirimkan sinyal yang secara kontinyu di konversikan menjadi bentuk data digital dan ditransmisi permukaan bersamaan dengan drilling mud dan diterima oleh receiver di permukaan. Proses logging dilakukan sesaat setelah drilling, waktu perekamannya bervariasi, kadang sebentar (beberapa menit saja) kadang bisa sampai hitungan jam, bergantung pada drilling rate dan jarak antara drill bit dan downhole sensor. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhntqlPS-1lWmLgPOWElpmK0QsmWfZ_AqtFPW7A5eiiTcRmZwcl8fxOzH9j_b6np-fXyt08baGc7O2ybQurJklbEbeH2sQcim_lkYoBqd83F-YJaOjMFPlBwdNZ44m2_SLdGHV4GWugvw/s1600/lwd_services12.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhntqlPS-1lWmLgPOWElpmK0QsmWfZ_AqtFPW7A5eiiTcRmZwcl8fxOzH9j_b6np-fXyt08baGc7O2ybQurJklbEbeH2sQcim_lkYoBqd83F-YJaOjMFPlBwdNZ44m2_SLdGHV4GWugvw/s320/lwd_services12.jpg" height="130" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i> Gambar 1 : Ini adalah bapak-bapak teknisi yang sedang melakukan LWD </i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>(Courtesy of : www.bakerhuges.com)</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
Secara umum, Jenis logging terbagi menjadi 4 macam :<br />
1. Temperature Log<br />
2. Induction Log<br />
3. Radioactivity Log<br />
4. Mechanical Log<br />
<br />
Nah, yang saya akan bahas kali ini adalah tentang BHT (Bottom Hole Temperature)<br />
<br />
<b><i><u>BHT - Bottom Hole Temperature</u></i></b><br />
<br />
Apa sih BHT itu ?<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>Secara harfiah, Bottom Hole Temperatur artinya adalah temperatur dasar lubang (lubang bor dalam hal ini). BHT adalah proses perekaman nilai temperatur dari formasi-formasi yang dilewati saat proses pengeboran. Saat proses perekaman nilai temperatur, nilai yang didapat bukanlah nilai asli dari temperatur formasi tersebut, perlu adanya koreksi (nanti dibahas dibawah ya :D) , Sebelumnya mari kita mengenal lebih dekat tentang Gradien geotermal. </i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i>Jadi, dalam dunia kebumian kita pasti mengenal adanya Gradien Geothermal. Gradien geotermal itu sendiri adalah kenaikan suhu sebagai fungsi kedalaman, nilainya akan berbeda diseluruh belahan bumi. Lha, ini nanti yang mempengaruhi adanya initial temperature dari suatu formasi, Secara alamiah, batuan yang berada dibawah sedimen yang cukup tebal, akan memiliki temperatur yang cukup tinggi dibandingkan batuan yang berada di bawah sedimen yang tipis.</i></blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNnO00sYXSoxNdbXuUCF13ieOHrCz5Vg6CqrA4ixIM6eyF1HxMZRhD7dv7P00Oi-H94QnvaT_nKJ6UCMMZQEs3KsmGq01rqlSlhxdXROzLVxqPuTDj_31Ad6JgVFRIj_JRD7d8UYkecg/s1600/geothermal_gradient.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNnO00sYXSoxNdbXuUCF13ieOHrCz5Vg6CqrA4ixIM6eyF1HxMZRhD7dv7P00Oi-H94QnvaT_nKJ6UCMMZQEs3KsmGq01rqlSlhxdXROzLVxqPuTDj_31Ad6JgVFRIj_JRD7d8UYkecg/s320/geothermal_gradient.gif" height="229" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Gambar 2 : Gradien geotermal dalam interior bumi </span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(courtesy of : <a href="http://www.mpoweruk.com/">http://www.mpoweruk.com</a>)</span></i></div>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>Secara sederhana, Gradien geotermal dirumuskan sebagai </i>(Rider, 2008)<i> : </i></blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXzEJpOwDvTvBfiNNmMCpfnEIH0kU_1ktpo4BhOxHdwBrqdJXITYZmZKIB-RtsS5Zi4FCMj9W06F0kiOdGWkWaAPDONHmITvHHMtpMn2GiRN3NcIN7jsjLY0aKRkaq-kE-MaWJklIvxg/s1600/geotermal_gradien.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXzEJpOwDvTvBfiNNmMCpfnEIH0kU_1ktpo4BhOxHdwBrqdJXITYZmZKIB-RtsS5Zi4FCMj9W06F0kiOdGWkWaAPDONHmITvHHMtpMn2GiRN3NcIN7jsjLY0aKRkaq-kE-MaWJklIvxg/s320/geotermal_gradien.png" height="52" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<i>dimana : T surface = adalah rata-rata suhu di permukaan dimana untuk iklim tertentu nilainya akan berbeda. Iklim tropis (25 derajat celcius), iklim subtropis/temperate zones (15 derajat celcius), permafrost zones (-5 derajat celcius) dan di zona dingin (5 derajat celcius). Gradien geotermal juga dipengaruhi oleh nilai konduktifitas termal dari formasinya. sehingga, saat nilai konduktifitas termal tinggi, otomatis aliran panas akan cepat dihantarkan dan gradien geotermal di formasi tersebut akan bernilai tinggi. Berikut adalah nilai kisaran konduktifitas termal dari beberapa batuan</i> (Serra,1979 dan Gerhart, 1983)</blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYYrfLcIWrW36t9H6YqlnAR_GF7EMVqSTl7JmdgW9Gf3Fv-Hm68rQ1sUY43gazizO91RY1_7y9yXKl26tdTVVtsI7VhO9G1KIHghaMEaxatiDX9u3gLd1pgwJKMrPr7VRbn1Io_wlsOQ/s1600/tabel+konduktifitas+termal.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYYrfLcIWrW36t9H6YqlnAR_GF7EMVqSTl7JmdgW9Gf3Fv-Hm68rQ1sUY43gazizO91RY1_7y9yXKl26tdTVVtsI7VhO9G1KIHghaMEaxatiDX9u3gLd1pgwJKMrPr7VRbn1Io_wlsOQ/s320/tabel+konduktifitas+termal.png" height="198" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Tabel 1 : Tabel Konduktifitas termal beberapa batuan (Serra, 1979 dan Gerhart, 1983)</i></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0LvNDHX7-YhHtbiXIQKuvJyqpvGXOQCDoyx38pQM49tSCNZ4MC8VpWp-SrJ0nx-ahPplnZ1rRYUZwvfc49ddDCMFMqasizrqMkgbnYYxeMVNZpq11uLjw0lKMJMGdZXP2KJlAPOsTew/s1600/oil+field+gradient+geothermal.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0LvNDHX7-YhHtbiXIQKuvJyqpvGXOQCDoyx38pQM49tSCNZ4MC8VpWp-SrJ0nx-ahPplnZ1rRYUZwvfc49ddDCMFMqasizrqMkgbnYYxeMVNZpq11uLjw0lKMJMGdZXP2KJlAPOsTew/s320/oil+field+gradient+geothermal.png" height="185" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Tabel 2 : Gradien geotermal di beberapa cekungan sedimen (Rider, 2008)</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i><br /></i></span></div>
<br />
<b>Kegunaan BHT Log ini apa ?</b><br />
Beberapa kegunaan BHT log diantaranya adalah (Rider, 2008) :<br />
<br />
<ul>
<li>Menganalisis tingkat kematangan material organik pembentuk hidrokarbon, menurut Landes (1967) ada kaitan erat antara gradien termal, kedalaman dan tipe hidrokarbon yang dihasilkan. Sedangkan menurut Waples (1980) derajat kematangan hidrokarbon ditentukan oleh temperatur, tekanan dan waktu. Temperatur paling berpengaruh penting dalam pematangan, tapi waktu adalah faktor lain yang juga vital. Selain suhu,tekanan dan kedalaman faktor burial depth juga diperhitungkan.</li>
<li>Identifikasi area Overpressure. </li>
<ul>
<li>Jika borehole masuk ke overpressure shale, biasanya akan ditemui anomali kenaikan temperatur yang cukup tajam. Kok bisa ? karena adanya air formasi yang masuk dari overpressure shale ke borehole sehingga perbedaan suhu yang tercatat akan turun (lebih dingin) dari area disekitarnya. </li>
<li>Jika ada aliran fluida (gas) yang masuk ke borehole, biasanya akan ditunjukkan oleh munculnya anomali temperatur yang juga menurun drastis, kenapa ? sama seperti diatas mekanismenya, hehe.</li>
<li>Selain itu, dapat juga digunakan sebagai identifikasi fraktur akibat tekanan air (hydraulic fractures) yang biasanya ditunjukkan oleh anomali penurunan temperatur setelah frakturing. Biasanya sih ini dianalisa setelah tahap perforasi, buat ngeliat efek dari perforasi itu. </li>
</ul>
</ul>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1fdtzabeZPSAlebUlfSTKhKrc_D6kLtIZNMbuG7iZvOd-gF4jxtJrF6MhhCA3wFL5Y_pz8z4qbS4sbbf3RzwyZTGCBZnx62Y4hgdD4lTGNYhqD7tAC-0NtJOo9uPJJryGjgtmmAYdpA/s1600/fracturing+efek.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1fdtzabeZPSAlebUlfSTKhKrc_D6kLtIZNMbuG7iZvOd-gF4jxtJrF6MhhCA3wFL5Y_pz8z4qbS4sbbf3RzwyZTGCBZnx62Y4hgdD4lTGNYhqD7tAC-0NtJOo9uPJJryGjgtmmAYdpA/s400/fracturing+efek.png" height="400" width="316" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Gambar 3 : Grafik perubahan suhu pada log BHT akibat proses fracturing</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Anomali dingin (penurunan suhu) nampak setelah fracturing akibat </span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">adanya borehole mud yang masuk ke rekahan</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(Hill, 1990 dan Dobkin 1981)</span></i></div>
<div>
<br /></div>
<ul>
<li>Environmental correction, apa itu ? maksudnya adalah koreksi temperatur dibutuhkan saat sumur bor akan di logging dengan tipe induksi (induced logging) seperti log resistivitas. Kondisi harus pada keadaan standar yaitu 24 derajat celcius atau 75 derajat fahrenheit. </li>
</ul>
<br />
Sekian tentang BHT Log, nanti disambung lagi tentang Log-log lainnya.<br />
*cmiiw*<br />
<span style="font-size: x-small;"><i><b>Sumber : Buku Interpretasi Geologi dari Well Log nya Pak Rider.</b></i></span><br />
<br />
<br />
<br />
<div>
<br /></div>
Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-51863355933028540672013-05-23T13:46:00.004+07:002013-05-23T13:50:52.367+07:00Metode MASW untuk Identifikasi Aquifer Salam :D<br />
<div style="text-align: justify;">
Pada tulisan kali ini saya ingin bercerita (sedikit saja) tentang apa yang saya ketahui mengenai Metode MASW atau kependekan dari <i>Multi-channel Analysis of Surface Wave</i> yang bahasa Indonesianya adalah Analisis Multikanal dari Gelombang Permukaan (haha... :D)</div>
<br />
<b><i>Apa itu MASW ?</i></b><br />
<div style="text-align: justify;">
kalau kita artikan secara 'bodoh' , MASW itu adalah analisa mengenai parameter elastik yang nantinya kita turunkan dari persamaan gelombang permukaan (ground roll) yang kita dapat dari survey seismik di permukaan. Targetnya adalah kita akan mendapatkan nilai kecepatan gelombang shear (gelombang geser) dari perlapisan batuan yang berada di dekat permukaan. </div>
<br />
<b><i>Buat apa sih MASW itu ?</i></b><br />
<div style="text-align: justify;">
kalo dari beberapa sumber yang sudah saya baca, tujuan dilakukannya MASW biasanya adalah untuk keperluan geoteknik, misalnya : pembangunan flyover (jembatan layang) , pembangunan gedung pencakar langit dan lainnya. Nah, dari beberapa sumber lain, ternyata MASW juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi lapisan aquifer dibawah permukaan, tentunya yang tidak terlalu dalam letaknya. </div>
<br />
<b><i>Gimana ceritanya bisa ada MASW ?</i></b><br />
<div style="text-align: justify;">
Jadi, dulu itu ada beberapa ilmuwan yang 'iseng-iseng' meneliti gejala-gejala fisis yang terjadi pada penjalaran gelombang permukaan <i>(surface wave)</i> Dulu, MASW belum berkembang, yang ada SASW (<i>Spectral Analysis of Surface Wave</i>) , seiring dengan berkembangnya komputasi digital para ilmuwan geoteknik mulai mengembangkan SASW dengan 24 channel, yang kemudian dikenal sebagai MASW. </div>
<div style="text-align: justify;">
Efek-efek yang dipelajari diantaranya adalah efek dispersi gelombang seismik, kecepatan gelombang, kecepatan fase, kecepatan grup dan panjang gelombang. Setiap parameter tersebut memiliki keterkaitan satu-sama lain. Misalnya, dalam penjalannya si gelombang permukaan itu akan 'berubah wujud'. apa penyebabnya ? penyebabnya adalah : Gelombang permukaan akan saling 'memisahkan diri' menyesuaikan dengan frekuensi dan fasenya, karena kecepatan gelombang permukaan saat menjalar adalag fungsi frekuensi atau panjang gelombangnya (Waluyo, 2002).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Bagaimana sih akuisisi data untuk MASW ?</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Proses akuisisi datanya sebetulnya dapat dilakukan 'bersamaan' dengan akusisi seismik bias (refraksi) maupun seismik pantul (refleksi). Kok bisa ? ya bisa.. karena yang kita analisis kan nantinya adalah gelombang permukaan nya, berfrekuensi rendah dan biasanya diterima lebih dulu oleh <i>receiver</i> kita (geophone) alias travel timenya paling cepat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvNZxKfyBhJYoiHfitlrlM1zm1jg9TYFz86lXSNRkBRM-L2HYfuOmXxeF4CTnvut1PFyDs-tmcB4lxO27rlKX0IhVp_eA5NEohkHZlYp0DN3j0o99DXHp3B1UjuG4ZVe95_M7cHBJ9AA/s1600/MASW_small_.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvNZxKfyBhJYoiHfitlrlM1zm1jg9TYFz86lXSNRkBRM-L2HYfuOmXxeF4CTnvut1PFyDs-tmcB4lxO27rlKX0IhVp_eA5NEohkHZlYp0DN3j0o99DXHp3B1UjuG4ZVe95_M7cHBJ9AA/s400/MASW_small_.JPG" title="akuisisi_data_dengan_seismik_refraksi" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Gambar 1 : Proses akuisisi data dengan metode Seismik Refraksi, hasilnya berupa Stiffness Map </span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(Peta/kontur Kekakuan Tanah) yang dianalisa dari kecepatan s-wave sebagai fungsi kedalaman </span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(courtesy of www.masw.com)</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b><i>Terus, Gimana analisa nya ?</i></b><br />
Wah.. pertanyaan sulit itu.. (saya juga bingung :D)<br />
Sebelumnya, teknik analisa (dengan inversi) untuk metode MASW ini sebetulnya akan sama untuk MASW 1D, 2D maupun 3D.<br />
Jadi gini, secara sederhana proses analisis MASW dapat diurutkan sebagai berikut :<br />
<br />
<b>1. Akuisisi Data,</b><br />
<div style="text-align: justify;">
jelas.. setiap metode geofisika pasti diawali dengan akusisi data. Akuisisinya biasanya menggunakan seismik refraksi. dengan near dan far offset, spasi antar geofon 1 atau 2 meter (tergantung panjang line dan resolusi yang diinginkan). Parameter akusisi data lainnya juga perlu dipertimbangkan dan direncanakan masak-masak. Agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan :D . untuk lebih jelas mengenai konsep dan aturan dalam akuisisi data, nih liat <a href="http://www.masw.com/DataAcquisition.html" target="_blank">disini</a> </div>
<br />
<b>2. Prosesing data. </b><br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah data kita dapatkan, tentu saja langkah selanjutnya adalah memproses data untuk mendapatkan parameter-parameter yang kita cari. Proses yang pertama kali dilakukan adalah picking data untuk setiap record dari shot gather. Proses paling inti dari prosesing data metode MASW adalah ekstraksi kurva dispersi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kurva dispersi sendiri adalah kurva yang menggambarkan perubahan kecepatan fase terhadap frekuensi gelombang. dimana frekuensi akan berbanding terbalik dengan cepat rambat dan kedalaman target yang dicapai. Asumsi yang digunakan dalam inversi data ke kurva dispersi adalah model perlapisan horizontal berlapis berdasarkan kecepatan gelombang shear (Vs) sebagai parameter model awal untuk mendapatkan nilai parameter yang sesungguhnya. (Hartono, 2010)</div>
<div style="text-align: justify;">
Proses ekstraksinya dilakukan dengan transformasi fourier dari domain time-space ke domain f-k (fekuensi dan angka gelombang), dengan melihat tren dari kurva dispersi tersebut kita dapat mengetahui secara kualitatif bagaimana pola akumulasi dan penyebaran energi dari penjalaran gelombang seismik tersebut.<br />
Bingung ?? (sama... :D)<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah.. dari situ kan nanti bisa dianalisa kecepatan gelombang shear (Vs) dari masing-masing data yang telah ditransformasi.Kurva dispersi itu sendiri sebetulnya gak serta-merta didapat, sebelumnya kita harus menganalisa nya dari dispersion image, dispersion image ini adalah hasil transformasi fourier dari spektrum frekuensi gelombang seismik. Pengolahan data MASW ini dapat dilakukan dengan software <b>SeisImager</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih jelas dan lengkap tentang bagaimana prosesingnya dilakukan bisa dilihat <a href="http://www.masw.com/DispersionAnalysis.html" target="_blank">disini </a>:D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Interpretasi </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Interpretasi dari setiap metode geofisika selalu melibatkan model awal. Nah, inversi yang dilakukan untuk metode MASW ini adalah dengan model awal (forward modelling). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlLC0DbP5jTNCXobljGXeNB7Rkp8XBCVwCsyEBZqWUuGvPzhMgQhjm-DXwIKs6GGO1rOvXlNxNbtZ9rZawSphCHuJZj8sRuBTPo9Kxq7-RbzJ3Oh3ZOQ1u_Guwd90jPcpVvSqR_KKHig/s1600/Dispersion+ImageInversion-619x644.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlLC0DbP5jTNCXobljGXeNB7Rkp8XBCVwCsyEBZqWUuGvPzhMgQhjm-DXwIKs6GGO1rOvXlNxNbtZ9rZawSphCHuJZj8sRuBTPo9Kxq7-RbzJ3Oh3ZOQ1u_Guwd90jPcpVvSqR_KKHig/s400/Dispersion+ImageInversion-619x644.jpg" width="383" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Gambar 2 : Proses inversi dari Dispersion Image dengan model awal dengan perhitungan teoritis</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>(courtesy of www.masw.com)</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
Cara yang biasanya dilakukan juga adalah proses inversi dari kurva dispersi, dengan menentukan initial model (dengan parameter Vs) kemudian dilakukan kurva matching antara kurva dispersi dari data lapangan dan initial model yang kita tentukan. Nah, dengan mengubah-ubah initial modelnya, kita dapat akan mendapatkan model yang errornya paling kecil. (Schwab & Knopoff , 1972)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE1VQ4ZR9Ud7ILk66qF5FKUrGaadCnymT0pIFgxOWdn3FTRXwu_to6eyB7tNXe4wx4or6H1di_NOj9ub89QVY7Hbug4mTLiCGR7KQA3bU2RNOc2Psu2Si75CBZVL5KJeS1HliRCjBtHA/s1600/DCSensitivity.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE1VQ4ZR9Ud7ILk66qF5FKUrGaadCnymT0pIFgxOWdn3FTRXwu_to6eyB7tNXe4wx4or6H1di_NOj9ub89QVY7Hbug4mTLiCGR7KQA3bU2RNOc2Psu2Si75CBZVL5KJeS1HliRCjBtHA/s400/DCSensitivity.JPG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Gambar 3 : Inversi dengan analisis Kurva Dispersi </span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(courtesy of www.masw.com)</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Nah, setelah didapat model hasil inversi. saatnya dibuat konturing kecepatan gelombang shear (Vs) sebagai fungsi kedalaman. Dalam MASW 1-D biasanya cukup dengan model 1 titik, untuk MASW 2-D seringkali dingunakan hasil dari model 1-D yang kemudian di korelasikan dengan hasil 1-D ditempat lain dengan interpolasi. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lebih rumitnya mengenai inversi silahkan <a href="http://www.masw.com/InversionAnalysis.html" target="_blank">buka ini</a> :D</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><i>Lha, sekarang kenapa MASW bisa digunakan untuk identifikasi aquifer ???</i></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mari kita ingat-ingat kembali sifat gelombang elastik. Gelombang P (Compressional Wave) merambat secara longitudinal atau arah rambatannya searah dengan gerak partikelnya, sedangkan gelombang S (Shear Wave) itu merambat secara transversal atau arah rambatannya tegak lurus dengan gerak partikelnya. Sifat lainnya adalah, si gelombang P itu kan bisa merambat disemua medium, sedangkan gelombang S itu sulit bahkan hampir tidak bisa merambat pada medium cair. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sekarang, dari kecepatannya bisa kita analisa. Jika gelombang S merambat pada medium cair maka kecepatannya (Vs) akan bernilai kecil bahkan mendekati nol. Saat gelombang S tersebut merambat melalui batuan yang tersaturasi fluida (air misalnya) otomatis kecepatannya akan menurun drastis kan ? </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Nah, sekarang dari model yang kita dapatkan setelah kita melakukan proses inversi kita analisis daerah-daerah yang mengalami penurunan kecepatan gelombang S secara drastis. Untuk analisa lebih detailnya, biasanya data hasil inversi ini dibandingkan secara kualitatif dengan well-log dari sumur bor dan yang paling penting adalah korelasi dengan informasi geologi di lokasi penelitian. Karena kecepatan gelombang S akan meningkat sebanding dengan kedalaman dan densitas, maka anomali tersebut seharusnya akan terlihat jelas :D </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Begitulah gambaran sederhana mengenai identifikasi aquifer dengan metode MASW. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Karena saya juga masih amatir dalam bidang ini, jadi mohon koreksinya untuk kebaikan bersama :D</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">sumber inspirasi : www.masw.com dan skripsi Rudi Hartono (Geofisika UGM 2005)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-10444524029175760132013-05-19T15:18:00.000+07:002014-05-05T18:08:30.200+07:00Inversi Lamda-Mu-Rho / LMR (versi pemula) Lama nggak ngepost di blog nih, mau sedikit mengulas apa yang saya baca tentang<b> inversi LMR (Lamda-Mu-Rho)</b> dari data seismik untuk mengenali anomali brightspot (dari sudut pandang pemula) hehe..<br />
oke, langsung aja.<br />
<br />
LMR itu sebenarnya adalah parameter elastisitas gelombang (plus densitas) yang nantinya kita ekstraksi dari parameter impedansi gelombang p dan s dari trace seismik yang udah didekonvolusi.<br />
<br />
Nah, L (lamda) , M (mu) sendiri adalah parameter yang bisa nunjukkin tingkat inkompresibilitas dari suatu batuan. parameter lamda (λ) dan parameter mu (μ) adalah tetapan Lame, lamda (λ) akan sensitif terhadap perubahan nilai inkompresibilitas fluida pada suatu batuan, sedangkan parameter mu (μ) atau parameter rigiditas (kerapatan) akan sensitif terhadap perubahan matriks dari suatu batuan. Jika gelombang P merambat pada medium yang berfluida dan mempunyai nilai inkompresibilitas rendah seperti gas, maka nilai parameter lamda-nya akan rendah juga. sedangkan jika batuan tersebut memiliki kerapatan grain/butir dan komposisi mineral yang rigid/rapat maka nilai parameter mu (μ) nya juga akan tinggi.<br />
<br />
Gimana sih buat dapetin parameter lamda dan mu nya dari seismik ?<br />
Well, dimulai dari :<br />
1. hubungan antara parameter kecepatan gelombang P dan S dengan tetapan Lame dan densitas (ρ)<br />
<div style="text-align: center;">
Vp = (λ + (μ/ρ))^1/2</div>
<div style="text-align: center;">
Vs = (μ/ρ)^1/2</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
dari parameter kecepatan gelombang P dan S (Vp dan Vs) itu, kita bisa jadikan ke nilai impedansi. caranya, ya tinggal dikalikan dengan nilai densitas aja. kemudian dikuadratkan untuk menghilangkan akar (pangkat setengah)-nya. Persamaan diatas jadi :</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Zp^2 = (Vp)^2 = (λ + μ) ρ</div>
<div style="text-align: center;">
Zs^2 = (Vs)^2 = μρ</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
λρ = Zp^2 - Zs^2 .... (i)</div>
<div style="text-align: center;">
μρ = Zs^2 ....(ii)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
2. dari hubungan antara tetapan lame, densitas dan impedansi diatas, kita bisa dekonvolusi parameter koefisien refleksi (Rp dan Rs) dari trace seismik. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
3. Lakukan inversi parameter Rp dan Rp (gunakan metode inversi apapun, yang paling sederhana ya recursive inversion/ inversi rekursif) buat dapetin nilai parameter impedansinya. Impedansi P dan S ya..</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
4. dari penampang impedansinya, kita gunakan persamaan (i) dan (ii) diatas buat dapetin nilai parameter lamda-rho dan mu-rho nya. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
5. Langkah terakhir, tinggal kita analisa pake cross-plot antara Mu-Rho dan Lamda-Rho nya buat nentuin karakteristik reservoir target kita :D , selain pake <b>cross plot</b>, juga bisa dianalisis pake <b>slicing map horizon</b>, lakukan overlay nilai lamda-rho sama mu-rho. biasanya akan tampak korelasi yang lumayan 'pas' antara nilai mu-rho yang tinggi dan lamda-rho yang rendah untuk reservoir gas-sand. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip2vw_Zd3dyLkZXHijl1xagv4P3M-wYFjKu2F0qRHXv0F58A1RH0glFGymmPGQpsWr50Uo039hTGQFairK-SWsObfdsFwiKMnR4Sia2j_yqnkyQl2tGMha4HcZKB6-YbUPuFdHTTVR6A/s1600/LMR3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip2vw_Zd3dyLkZXHijl1xagv4P3M-wYFjKu2F0qRHXv0F58A1RH0glFGymmPGQpsWr50Uo039hTGQFairK-SWsObfdsFwiKMnR4Sia2j_yqnkyQl2tGMha4HcZKB6-YbUPuFdHTTVR6A/s400/LMR3.jpg" height="400" width="332" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<em style="background-color: #f4f4f4; color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 11px; line-height: 20px;">Courtesy <a href="http://www.worldoil.com/" rel="nofollow" style="color: #222222;">http://www.worldoil.com</a></em></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Gambar 1 : Penampang Lamda-rho (atas) dan Mu-Rho (bawah) untuk reservoir gas-sand</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhehya0x7tAJeVpAMdP6W5MoFtj9vBMXd4J3nRupgawQPsXHouxJVq4Rwnre6uqZjMPFiRiDp6QhcrxKRaToxDQtd7RwSboG7mLmB_iYeIS26_1YJgTJb0UrIf0u_j-ewmarM3GZcwtCw/s1600/LMR1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhehya0x7tAJeVpAMdP6W5MoFtj9vBMXd4J3nRupgawQPsXHouxJVq4Rwnre6uqZjMPFiRiDp6QhcrxKRaToxDQtd7RwSboG7mLmB_iYeIS26_1YJgTJb0UrIf0u_j-ewmarM3GZcwtCw/s1600/LMR1.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<em style="background-color: #f4f4f4; color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 11px; line-height: 20px;">Courtesy <a href="http://www.worldoil.com/" rel="nofollow" style="color: #222222;">http://www.worldoil.com</a></em></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Gambar 1 : Slicing horison di reservoir target, Nilai Lamda-rho rendah (a) dan nilai Mu-Rho tinggi (b)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">korelasinya cukup baik jika dioverlay</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Nah, kembali ke konsep awal. Parameter lamda itu kan sensitif terhadap fluida yang inkompresibel, itulah kenapa nilai Lamda-Rho yang didapat rendah. Karena gas itu fluida yang sangat kompresibel / mudah berubah saat diberi tekanan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Lantas kenapa nilai Mu-Rho nya berkebalikan ? atau tinggi. Kembali ke sifat dari parameter Mu sendiri. parameter rigiditas (mu) itu sensitif dengan perubahan kerapatan grain dari suatu batuan. Batuan karbonat atau batupasir adalah salahsatu batuan yang nilai rigiditasnya cukup tinggi, hal ini dimungkinkan karena kandungan mineral yang ada di batuan tersebut. contoh, kuarsa. kuarsa itu kan salahsatu mineral yang rigid. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Bagaimana dengan shale ? </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Shale itu (menurut teori) adalah batuan dengan nilai rigiditas yang rendah , ya relatif rendah jika dibandingkan batupasir dan karbonat :D hehe..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Nah, pada seismic trace yang kadangkala kita temui 'penampakan' <b>brightspot </b>itu sangat menjebak beberapa interpreter apakah itu DHI atau bukan. Dengan inversi LMR ini, paling tidak kita dapat membedakan mana batuan yang tersaturasi gas (hidrokarbon) dan batuan yang tersaturasi air (brine water). Tentunya harus dikorelasikan dengan data well-log, seperti log gamma ray dan log densitas. hehe.. :D </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
CMIIW.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Sekian dulu, nanti disambung lagi (mungkin dengan tema yang lain) di lain kesempatan :D</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
special thanks to : mas admin seismicinterpreter.wordpress.com </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div>
<!--[if gte msEquation 12]><m:oMathPara><m:oMath><i
style='mso-bidi-font-style:normal'><span style='font-size:14.0pt;mso-bidi-font-size:
11.0pt;line-height:115%;font-family:"Cambria Math","serif";mso-fareast-font-family:
Calibri;mso-fareast-theme-font:minor-latin;mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:
EN-US;mso-bidi-language:AR-SA'><m:r>Vp</m:r></span><span style='font-size:
14.0pt;mso-bidi-font-size:11.0pt;line-height:115%;font-family:"Cambria Math","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA'><m:r>=
</m:r></span></i><m:rad><m:radPr><m:degHide m:val="on"/><span
style='font-size:14.0pt;mso-ansi-font-size:14.0pt;font-family:"Cambria Math","serif";
mso-ascii-font-family:"Cambria Math";mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-hansi-font-family:"Cambria Math";
font-style:italic;mso-bidi-font-style:normal'><m:ctrlPr></m:ctrlPr></span></m:radPr><m:deg></m:deg><m:e><i
style='mso-bidi-font-style:normal'><span style='font-size:14.0pt;
mso-bidi-font-size:11.0pt;line-height:115%;font-family:"Cambria Math","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA'><m:r>λ</m:r><m:r>+
</m:r></span></i><m:f><m:fPr><span style='font-size:14.0pt;mso-ansi-font-size:
14.0pt;font-family:"Cambria Math","serif";mso-ascii-font-family:"Cambria Math";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:"Cambria Math";font-style:italic;mso-bidi-font-style:
normal'><m:ctrlPr></m:ctrlPr></span></m:fPr><m:num><i style='mso-bidi-font-style:
normal'><span style='font-size:14.0pt;mso-bidi-font-size:11.0pt;
line-height:115%;font-family:"Cambria Math","serif";mso-fareast-font-family:
"Times New Roman";mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-bidi-font-family:
"Times New Roman";mso-bidi-theme-font:minor-bidi;mso-ansi-language:IN;
mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA'><m:r>μ</m:r></span></i></m:num><m:den><i
style='mso-bidi-font-style:normal'><span style='font-size:14.0pt;
mso-bidi-font-size:11.0pt;line-height:115%;font-family:"Cambria Math","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA'><m:r>ρ</m:r></span></i></m:den></m:f></m:e></m:rad></m:oMath></m:oMathPara><![endif]--><!--[if !msEquation]--><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75"
coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe"
filled="f" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/>
<v:f eqn="sum @0 1 0"/>
<v:f eqn="sum 0 0 @1"/>
<v:f eqn="prod @2 1 2"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @0 0 1"/>
<v:f eqn="prod @6 1 2"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="sum @8 21600 0"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @10 21600 0"/>
</v:formulas>
<v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
<o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/>
</v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style='width:84pt;
height:51.75pt'>
<v:imagedata src="file:///C:\Users\TOSHIBA\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.png"
o:title="" chromakey="white"/>
</v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></span><!--[endif]--></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-84298375380739466002013-03-03T14:12:00.001+07:002013-03-03T14:12:20.092+07:00Software Prosesing Data Geofisika (2)Metode Magnetik adalah salah satu metode geofisika yang banyak digunakan untuk eksplorasi sumberdaya mineral. metode ini biasanya digunakan untuk survey awalan baik dalam eksplorasi minyak, tambang maupun geothermal.<br />
Nah, berikut adalah software yang umum digunakan oleh para geofisikawan yang masih pemula seperti saya dalam mengolah data geofisika dari survey magnetik :D<br />
selamat mengunduh dan selamat mencoba :D<br />
<br />
<a href="http://www.4shared.com/rar/zbqAaRt9/mag2dc.html" target="_blank">Mag2DC for Windows </a><br />
<a href="http://www.4shared.com/rar/v3mwQLYN/MagPick.html" target="_blank">MagPick for Windows </a><br />
<a href="http://www.4shared.com/rar/O8yCpjeH/magmap2000.html" target="_blank">Magmap2000 for windows </a>Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-12378707919189814342013-03-03T08:11:00.003+07:002013-03-03T08:11:51.810+07:00Software Prosesing Data Geofisika (1)Nah, beberapa waktu lalu saya mulai bermain-main dengan beberapa software yang digunakan untuk prosesing data geolistrik. sebenarnya software ini adalah software inversi dan forward modelling yang sudah umum digunakan oleh banyak mahasiswa pemula dalam bidang kegeolistrikan. hehe... tapi berhubung saya ingin berbagi kepada teman-teman semua. jadi silahkan diunduh dan digunakan untuk kepentingan belajar :D<br />
Selamat mengunduh dan selamat mencoba :D<br />
<br />
<a href="http://www.4shared.com/zip/Yi_BOZuh/r2dinv32_all_systems.html" target="_blank">Res2DInv All System</a><br />
<a href="http://www.4shared.com/zip/1XJ4n8Rq/r2dinv32_all_systems_3_57.html" target="_blank">Res2DInv ver357</a><br />
<a href="http://www.4shared.com/zip/j37ECCvu/r3dmod.html" target="_blank">Res2Dmod </a><br />
<br />
<br />Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-82316632779059225462013-03-03T07:44:00.000+07:002013-03-03T07:44:01.193+07:00Applied Geophysics - Telford Buku Applied Geophysics karya Bapak Telford dan kawan-kawan mungkin bukan lagi buku yang asing dikalangan mahasiswa geosains, khususnya Geofisikawan muda.<br />
Yap, buku ini banyak menjadi acuan dari skripsi-skripsi , tesis ataupun karya ilmiah yang dibuat oleh para geofisikawan muda.<br />
<br />
Berikut adalah link download untuk beberapa chapter yang sudah berhasil saya unggah di 4shared.<br />
silahkan..<br />
<br />
<a href="http://www.4shared.com/office/Za7LXsih/Chapter_2-Gravity_Methods.html" target="_blank">Gravity Methods - Applied Geophysics (W.M. Telford dkk)</a><br />
<a href="http://www.4shared.com/office/V8v9tiUF/Chapter_7-EM_Methods.html" target="_blank">EM Methods - Applied Geophysics (W.M. Telford dkk)</a><br />
<a href="http://www.4shared.com/office/sQodLRpu/chapter_4-seismic_methods.html" target="_blank">Seismic Methods - Applied Geophysics (W.M. Telford dkk)</a><br />
<a href="http://www.4shared.com/office/fJ8kzKbH/chapter_3-magnetic_methods.html" target="_blank">Magnetic Methods - Applied Geophysics (W.M. Telford dkk)</a><br />
<a href="http://www.4shared.com/office/XaD4LWmK/chapter_5-electrical_propertie.html" target="_blank">Electrical Properties - Applied Geophysics (W.M. Telford dkk)</a><br />
<a href="http://www.4shared.com/office/MDQZuM7_/chapter_10-radioactivity_metho.html" target="_blank">Radioactivity Methods - Applied Geophysics (W.M. Telford dkk)</a><br />
<a href="http://www.4shared.com/office/zu9cFxVs/Chapter_9-IP.html" target="_blank">Induced Polarization Methods - Applied Geophysics (W.M. Telford dkk)</a><br />
<a href="http://www.4shared.com/office/Ljlvr9dV/Chapter_11-well_logging.html" target="_blank">Well Logging - Applied Geophysics (W.M. Telford dkk) </a><br />
<a href="http://www.4shared.com/office/ocjne_Xl/chapter_6-methods_employing_na.html" target="_blank">Geoelectricity Methods - Applied Geophysics (W.M. Telford dkk)</a><br />
<br />Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-8743997323876781612012-01-09T12:28:00.001+07:002012-01-09T12:30:54.781+07:00Hukum Kepler dan Hukum Newton<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hukum Kepler <span class="apple-style-span">ini telah dicetuskan Kepler setengah abad sebelum Newton
mengajukan ketiga Hukum-nya tentang gerak dan hukum gravitasi universal. Di
antara hasil karya Kepler, terdapat</span><span class="apple-converted-space"> </span><strong>tiga penemuan</strong><span class="apple-converted-space"> </span><span class="apple-style-span">yang sekarang kita kenal
sebagai</span><span class="apple-converted-space"> </span><strong>Hukum Kepler mengenai gerak planet.</strong><strong><span style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></strong></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><strong><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hukum Kepler dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :</span></strong><strong><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></strong></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';">
</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hukum Kepler 1 mengenai bentuk lintasan
Planet;<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';">
</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hukum Kepler 2 mengenai luas daerah
sapuan Planet dibandingkan dengan selang waktu;<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';">
</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hukum Kepler 3 mengenai perbandingan
antara perioda dengan jarii-jari lintasan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglNGkg4swDV0jVHAEgWN1E_40EsW2MMivY7xOkGqdkszKxnAdOtmRUq09x85m3b2wa7CbTdyt2mGuVeM8a8S8RPhEHKfkDfOxfP_4JZQUwhOJY-pVqMSD5liCXRdm7lFTshU3Axb85WQ/s1600/Kepler2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="191" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglNGkg4swDV0jVHAEgWN1E_40EsW2MMivY7xOkGqdkszKxnAdOtmRUq09x85m3b2wa7CbTdyt2mGuVeM8a8S8RPhEHKfkDfOxfP_4JZQUwhOJY-pVqMSD5liCXRdm7lFTshU3Axb85WQ/s400/Kepler2.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Hukum Kepler 1</b><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hukum Kepler yang pertama berbunyi :<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Setiap planet
bergerak dalam lintasan elips dan matahari berada disalah satufokusnya”<o:p></o:p></span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada waktu itu pernyataan ini dianggap radikal,
karena kepercayaan yang berlaku pada saat itu memandang bahwa orbit harus
didasari dengan lingkaran sempurna. </span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengamatan ini sangat penting pada saat
itu karena mendukung pandangan alam semesta menurut Kopernikus. Ini tidak
berarti ia kehilangan relevansi dalam konteks yang lebih modern.<o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada saat
itu Kepler sendiri tidak mengetahui alasan mengapa planet bergerak dengan cara
demikian. Ketika mulai tertarik dengan gerak planet-planet, Newton menemukan
bahwa ternyata hukum-hukum Kepler ini bisa diturunkan secara matematis dari
hukum gravitasi universal dan hukum gerak Newton. Newton juga menunjukkan bahwa
di antara kemungkinan yang masuk akal mengenai hukum gravitasi, hanya satu yang
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang konsisten dengan Hukum Kepler.<o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje-XeI7F5RjSCTj5S3C_YKz03Aq6ORdCdc8PIBH9_lbQRkCiROCBjdkEF3hAuiRZBJWsOogU9ePnHmwzOQ4fRWfs_lcoqjTzKQdDk7N4OAjMI2YOyS8ZHPwx5CNKX1V8QfvayW21CeCw/s1600/kepler+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" height="199" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje-XeI7F5RjSCTj5S3C_YKz03Aq6ORdCdc8PIBH9_lbQRkCiROCBjdkEF3hAuiRZBJWsOogU9ePnHmwzOQ4fRWfs_lcoqjTzKQdDk7N4OAjMI2YOyS8ZHPwx5CNKX1V8QfvayW21CeCw/s320/kepler+1.jpg" width="320" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dimensi paling panjang pada orbit elips
diatas disebut sumbu mayor alias sumbu utama, dengan setengah panjang a.
Setengah panjang ini disebut sumbu semiutama alias semimayor. F<sub>1</sub></span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">dan F<sub>2</sub></span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">adalah
titik Fokus. Matahari berada pada F<sub>1</sub></span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">dan planet
berada pada P. Tidak ada benda langit lainnya pada F<sub>2</sub>. Total jarak
dari F<sub>1</sub></span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">ke P dan F<sub>2</sub></span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">ke P sama
untuk semua titik dalam kurva elips. Jarak pusat elips (O) dan titik fokus (F<sub>1</sub></span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">dan F<sub>2</sub>)
adalah ea, di mana e merupakan angka tak berdimensi yang besarnya berkisar
antara 0 sampai 1, disebut juga</span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><em><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">eksentrisitas</span></em><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">. Jika e =
0 maka elips berubah menjadi lingkaran. Kenyataanya, orbit planet berbentuk
elips alias mendekati lingkaran. Dengan demikian besar eksentrisitas tidak
pernah bernilai nol. Nilai e untuk orbit planet bumi adalah 0,017. Perihelion
merupakan titik yang terdekat dengan matahari, sedangkan titik terjauh adalah
aphelion.<o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-indent: 22.5pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Hukum Kepler 2</b><o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hukum
Kepler kedua ini berbunyi : </span></span><span class="apple-style-span"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">“</span></i></span><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Luas
daerah yang disapu oleh garis antara matahari dengan planet adalah sama untuk
setiap periode waktu yang sama”.<o:p></o:p></span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 67.5pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada selang waktu yang sangat kecil, garis yang menghubungkan antara
matahari dengan planet melewati sudut (misal : <i>d</i></span><i style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">θ </span></i><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">). </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Garis tersebut melewati daerah sapuan yang berjarak
r, dan luas daerah sapuan </span><span style="font-size: 14pt; font-style: italic; line-height: 150%;">dA=</span><span style="font-size: 15px; line-height: 17px;">1/2 </span><i style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">r<sup>2 </sup>d</span></i><i style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">θ </span></i><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">.
</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sementara
laju planet ketika melewati daerah itu adalah </span><span style="font-size: 15px; line-height: 17px;">dA/dt</span><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">
disebut kecepatan sektor.<o:p></o:p></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: 67.5pt; text-align: center; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><sup><span style="font-size: 15px; line-height: 17px;">dA/dt</span><span style="font-size: 18pt; line-height: 150%;"> = </span><span style="font-size: 15px; line-height: 17px;">1/2</span></sup><i style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 18pt; line-height: 150%;">r<sup>2</sup></span></i><span style="font-size: 18pt; line-height: 150%;"> </span><i style="background-color: transparent; line-height: 24px;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">d</span></i><i style="background-color: transparent; line-height: 24px;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">θ</span></i><span style="background-color: transparent;"> /dt</span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: 67.5pt; text-align: center; text-indent: 22.5pt;">
<span style="background-color: transparent;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghi6daZzWx5QJKjzsdGITqBAhG1iEO50qAtolzzfMW2WJ99ne0oJJyGXcVNSxMFl6CcpzR2DqOn1DgoWn3XrcNVKqxtOA53aht_MoJMGLNcehRHFMCALy8ZPMZD24OPA2vlW66eOkHKQ/s1600/kepler+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" height="119" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghi6daZzWx5QJKjzsdGITqBAhG1iEO50qAtolzzfMW2WJ99ne0oJJyGXcVNSxMFl6CcpzR2DqOn1DgoWn3XrcNVKqxtOA53aht_MoJMGLNcehRHFMCALy8ZPMZD24OPA2vlW66eOkHKQ/s320/kepler+2.jpg" width="320" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hal yang paling utama dalam Hukum II Kepler adalah
kecepatan sektor mempunyai harga yang sama pada semua titik sepanjang orbit
yang berbentuk elips. Ketika planet berada di perihelion, nilai r kecil, sedangkan d</span><span style="background-color: transparent; line-height: 24px;">θ/dt</span><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 22.5pt;"> </span><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 22.5pt;">besar.
Ketika planet berada di aphelion, nilai r besar, sedangkan </span><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 24px;">d</span><span style="background-color: transparent; line-height: 24px;">θ/dt</span><span style="background-color: transparent;">
</span><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 22.5pt;">kecil. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 22.5pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcE64LDs1fSa2rT4VfsMuPaDc92a3gLiscg4IznQWcp_b6sm2KhlwuNFgEn0J5-oByBVx4XQrqf7cgl7LS5EI4gNKymvLO3QjPyZA2gIUm15GeWTWBvtKXBpXTUVfV1qD7O5R-z543Ag/s1600/kepler+2_kedua.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcE64LDs1fSa2rT4VfsMuPaDc92a3gLiscg4IznQWcp_b6sm2KhlwuNFgEn0J5-oByBVx4XQrqf7cgl7LS5EI4gNKymvLO3QjPyZA2gIUm15GeWTWBvtKXBpXTUVfV1qD7O5R-z543Ag/s320/kepler+2_kedua.jpg" width="320" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 22.5pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; tab-stops: 155.25pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Hukum
Kepler 3</b><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; tab-stops: 155.25pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Planet yang terletak jauh dari matahari memiliki perioda orbit
yang lebih panjang dari planet yang dekat letaknya. Hukum Kepler ketiga
menjabarkan hal tersebut secara kuantitatif. <o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">“</span></i></span><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kuadrat waktu yang diperlukan oleh
planet untuk menyelesaikan satu kali orbit sebanding dengan pangkat tiga jarak
rata</span></i><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">‐</span></i><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">rata planet</span></i><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">‐</span></i><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">planet
tersebut dari matahari”.<o:p></o:p></span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 22.5pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jika T<sub>1</sub> dan T<sub>2</sub>
mewakili periode dua buah planet berbeda, dan r<sub>1</sub> dan r<sub>2</sub>
mewakili jari-jari semimayor antara dua planet tersebut, maka dapat ditulis
sebagai persamaan :<o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 22.5pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJW7hOpCX98KOiW280er_U3J8eEZYmF1Y542zQTm-NtLSPhMs9oFRchnJr59nDshEVmJvo0bQX00-6bGI6YHNHACSTSlwtiKGra8oAG1ufhaOSIHcPbsi-1ULAkuxwVv4mQnG7OpmvKw/s1600/rumus1_kepler3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="83" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJW7hOpCX98KOiW280er_U3J8eEZYmF1Y542zQTm-NtLSPhMs9oFRchnJr59nDshEVmJvo0bQX00-6bGI6YHNHACSTSlwtiKGra8oAG1ufhaOSIHcPbsi-1ULAkuxwVv4mQnG7OpmvKw/s200/rumus1_kepler3.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center; text-indent: 0px;">
<span style="background-color: transparent; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; text-indent: 22.5pt;"> </span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 22.5pt;">Dengan kata lain persamaan diatas dapat
ditulis kembali sebagai persamaan</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center; text-indent: 0px;">
<span style="background-color: transparent; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 22.5pt;">baru sebagai berikut :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 22.5pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcINFnJmSzsdwYo900sSN8f2a6C-YubSDUPiMt75zhcF_FNmir75j6xApZ-0rJ8ebEEjG9G-oGNidlEeyxaQBQdpQ6KTVCgaxDPkFyW9017MHb01PbVmfRM2f20_Zyrm_6-kdMQ1W5Gw/s1600/rumus2_kepler3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="83" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcINFnJmSzsdwYo900sSN8f2a6C-YubSDUPiMt75zhcF_FNmir75j6xApZ-0rJ8ebEEjG9G-oGNidlEeyxaQBQdpQ6KTVCgaxDPkFyW9017MHb01PbVmfRM2f20_Zyrm_6-kdMQ1W5Gw/s200/rumus2_kepler3.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">ini berarti untuk setiap planet harus
memiliki nilai r^3/T^2</span><span style="background-color: transparent; font-size: 18pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;"> </span><span style="background-color: transparent; font-size: 11pt; line-height: 115%; position: relative; text-align: justify; text-indent: 22.5pt; top: 13pt;"></span><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;"> yang sama.</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;"> </span><span style="background-color: transparent; font-size: 16px; line-height: 24px; text-align: justify; text-indent: 30px;">Berikut adalah data mengenai jari-jari semimayor dan waktu periode planet- </span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: transparent; font-size: 16px; line-height: 24px; text-align: justify; text-indent: 30px;"> planet yang </span></span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 24px; text-align: justify; text-indent: 30px;">menjadi dasar pemikiran Kepler terhadap hukum Kepler 3.</span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 24px; text-align: justify; text-indent: 30px;"> </span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN7HTxYn1PsgYHEKlmhxQnjVebeKti5tqbwo9PQ27MPpZhqx6SLRIWTpp4OFjzKAAdeY_bkMzsaB-40MqGaCOt8C5SBXrp4n2m-7A16yGCmfwMGeLZjiBj-yDdkUH2c4C5bidHN2v42Q/s1600/tabel+semimayor.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN7HTxYn1PsgYHEKlmhxQnjVebeKti5tqbwo9PQ27MPpZhqx6SLRIWTpp4OFjzKAAdeY_bkMzsaB-40MqGaCOt8C5SBXrp4n2m-7A16yGCmfwMGeLZjiBj-yDdkUH2c4C5bidHN2v42Q/s400/tabel+semimayor.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Pendekatan Hukum Kepler 3 dengan Hukum Newton </span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 18.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut pendapat Isaac Newton, Hukum
Kepler 3 dapat diturunkan secara matematis dan da[at dihubungkan dengan Hukum
Newton mengenai Gaya Gravitasi Universal dan pergerakan sentripetal. Dari rumus
awal hukum Kepler 3</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 18.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcINFnJmSzsdwYo900sSN8f2a6C-YubSDUPiMt75zhcF_FNmir75j6xApZ-0rJ8ebEEjG9G-oGNidlEeyxaQBQdpQ6KTVCgaxDPkFyW9017MHb01PbVmfRM2f20_Zyrm_6-kdMQ1W5Gw/s1600/rumus2_kepler3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" height="83" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcINFnJmSzsdwYo900sSN8f2a6C-YubSDUPiMt75zhcF_FNmir75j6xApZ-0rJ8ebEEjG9G-oGNidlEeyxaQBQdpQ6KTVCgaxDPkFyW9017MHb01PbVmfRM2f20_Zyrm_6-kdMQ1W5Gw/s200/rumus2_kepler3.jpg" width="200" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 18.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: 18pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">apabila ditinjau dengan hukum Newton
kedua dan hukum gerak melingkar, maka dapat dituliskan dalam persamaan berikut
:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="background-color: transparent; line-height: 24px; text-indent: 18pt;">δF = ma</span><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 22.5pt;"> </span><span style="background-color: transparent; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 22.5pt;">….. Persamaan hukum Newton II</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 17px;"> Frad = m arad</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> …...Persamaan Gerak melingkar <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">dengan </span><span style="font-size: 15px; line-height: 17px;">arad</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> adalah percepatan sentripetal = </span><span style="font-size: 15px; line-height: 17px;">v^2/r</span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">apabila ditinjau dengan hukum Newton
kedua dan hukum gerak melingkar, maka dapat dituliskan dalam persamaan berikut
:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbMi9K6MFmGikxKppKEJRa6ac2DojhQEpkipdLLMtEhGoDUZvQQNHMQ7r5e6mnUIEIeHnQDJ905fLkX8ClWfXicg75JxfldzMfSjoakqEUe38GQihw2j1OuhagvAuBCHnrN3y1wvofqQ/s1600/rumus.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img border="0" height="54" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbMi9K6MFmGikxKppKEJRa6ac2DojhQEpkipdLLMtEhGoDUZvQQNHMQ7r5e6mnUIEIeHnQDJ905fLkX8ClWfXicg75JxfldzMfSjoakqEUe38GQihw2j1OuhagvAuBCHnrN3y1wvofqQ/s320/rumus.jpg" width="320" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 22.5pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 18.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sehingga jika diturunkan dengan pendekatan
Hukum Newton II akan menjadi persamaan sebagai berikut : <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 18.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix5IWL4qytLaXpqBbdR09e6fYF3onNv_I7qCiamuTPJF5xBB7BK0cqGDccDtCkcEzxKSGdFWjGwT_VuOU1XjHxis4Pm9VGQt4WoHbryUqtD57P0_syel8YK4_Vpbu8wW6K43nXruAJlQ/s1600/rumus+dua.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix5IWL4qytLaXpqBbdR09e6fYF3onNv_I7qCiamuTPJF5xBB7BK0cqGDccDtCkcEzxKSGdFWjGwT_VuOU1XjHxis4Pm9VGQt4WoHbryUqtD57P0_syel8YK4_Vpbu8wW6K43nXruAJlQ/s1600/rumus+dua.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 18.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;">m<sub>1 </sub>adalah massa planet pertama (akan dibandingkan
dengan planet kedua) , m<sub>M </sub>adalah massa matahari. r<sub> 1 </sub>adalah
jari-jari rata-rata planet terhadap matahari, sedangkan v<sub>1 </sub>adalah
kelajuan orbit rata-rata planet pertama.
</span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;">Waktu
yang diperlukan sebuah planet untuk menyelesaikan satu orbit adalah T<sub>1</sub>,
di mana jarak tempuhnya sama dengan keliling lingkaran ( 2</span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;">π</span><i style="background-color: transparent; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">r<sub>1 </sub></span></i><span style="background-color: transparent; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;">)<i> </i></span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;">. Dengan demikian, besar v<sub>1</sub>
adalah :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="background-color: transparent; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimsnSk7hDsD2PtB5ttpHUfCZPdfOXaAgokOvJ2kcaYhbhLGjDxOHvEBuzq2PNYR6ZkW4VFrKGt-kEKRLG9ze3hotOWmNzopkCWeQXNPYXQ_gXHO0cqjX6rtKEVf-BElY_yxpjXf4EYog/s1600/rumus+tiga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimsnSk7hDsD2PtB5ttpHUfCZPdfOXaAgokOvJ2kcaYhbhLGjDxOHvEBuzq2PNYR6ZkW4VFrKGt-kEKRLG9ze3hotOWmNzopkCWeQXNPYXQ_gXHO0cqjX6rtKEVf-BElY_yxpjXf4EYog/s400/rumus+tiga.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_TUCt9-_qtsu_6-Agu0tiwIBOOrj1nc4NsGpePe-Mrin0c0KeGw6oN_Rnrchd3wDg6MFhNu0OIB8LhtAJRyKgVzpQ61qL8T8y5TIo_cOjDmgOSx0RXdtwN_oEOb5dO1uBnU7eh-kTkA/s1600/rumus+4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="201" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_TUCt9-_qtsu_6-Agu0tiwIBOOrj1nc4NsGpePe-Mrin0c0KeGw6oN_Rnrchd3wDg6MFhNu0OIB8LhtAJRyKgVzpQ61qL8T8y5TIo_cOjDmgOSx0RXdtwN_oEOb5dO1uBnU7eh-kTkA/s400/rumus+4.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-indent: 22.5pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Apabila metode yang sama dilakukan untuk
planet kedua dengan jari-jari dan massa yang berbeda maka akan didapat
persamaan umum yang sama. Dengan r<sub>2</sub> , m<sub>2</sub>, T<sub>2</sub>
berturut-turut adalah jari-jari rata-rata planet dengan matahari, massa planet
dan periode orbit planet.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; line-height: 150%; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj45ItrhUKogXU7Apd-cmQW0cgB92r6hUU1vlXqhMAyoQCRbnTocmvLNR8_QZmJ5MbLqAnIvatAzzkUwO57bi7bvVd-XbnvucVg1vAEbYWkHCnBweIp-5Rvn4AOAlBgnbYoXWVVVJNcRw/s1600/rumus+5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj45ItrhUKogXU7Apd-cmQW0cgB92r6hUU1vlXqhMAyoQCRbnTocmvLNR8_QZmJ5MbLqAnIvatAzzkUwO57bi7bvVd-XbnvucVg1vAEbYWkHCnBweIp-5Rvn4AOAlBgnbYoXWVVVJNcRw/s1600/rumus+5.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; line-height: 150%; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perhatikan ruas kanan pada persamaan 1
dan persamaan 2, nilai antara ruas kanan persamaan 1 dan 2 adalah sama. oleh
karena itu, maka apabila persamaan 1 dan 2 digabungkan maka akan menjadi
persamaan hukum Kepler 3.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_U4-sj6HF19qK_6nAxWlER58ZUf2fS837d7W0TOEhvB7b-Ujg0WT5XaFIh7rOhin0NmBZSWQBQUB811EK7G7h2gQs_yQT_coP_YPCinUUNrD0zGbnipbUKC-Zw9Zgf9U7_crR_u8FyQ/s1600/rumus+6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_U4-sj6HF19qK_6nAxWlER58ZUf2fS837d7W0TOEhvB7b-Ujg0WT5XaFIh7rOhin0NmBZSWQBQUB811EK7G7h2gQs_yQT_coP_YPCinUUNrD0zGbnipbUKC-Zw9Zgf9U7_crR_u8FyQ/s1600/rumus+6.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Hukum Kepler 3 relevan dengan konsep gerak
melingkar dan gaya gravitasi universal hasil temuan Isaac Newton dan dapat
dibuktikan secara matematis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Pustaka :</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 155.25pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Daton, Goris. S., . (2007) .<b><i> Fisika SMU XI</i></b> . Jakarta : Grasindo<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 155.25pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Giancoli, Douglas. C., . (2001) . <b><i>FISIKA Jilid 1 (terjemahan)</i> .
</b>Jakarta : Erlangga<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 155.25pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Halliday & Resnick . (1991) . <b><i>Fundamental Of Physics (Ed.1)
(terjemahan)</i></b> . </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 155.25pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;"> Jakarta : Erlangga<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 155.25pt;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;">Tipler, P.A., . (1998) .</span><b><i><span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;"> </span></i></b><b><i><span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;">Fisika
untuk Sains dan Teknik–Jilid I (terjemahan) .</span></i></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 155.25pt;">
<span style="font-size: x-small;"><b><i><span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;"></span></i></b><span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;">Jakarta : Erlangga<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 155.25pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">Young,
Hugh D. & Freedman, Roger A., . (2002) . <b><i>Fisika Universitas</i></b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 155.25pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;"><b><i> (terjemahan),</i></b><i> </i>Jakarta : Erlangga</span><span style="font-size: small;"><o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 18.0pt;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 67.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 22.5pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; tab-stops: 155.25pt; text-indent: 22.5pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<br />
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: 67.5pt; text-align: center; text-indent: 22.5pt;">
<span style="background-color: transparent;"><br /></span></div>
<br />Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-34992863532023779022012-01-06T00:13:00.005+07:002012-01-06T00:23:37.648+07:00Mineral pada Sistem Magmatik<span style="font-weight:bold;">Pendahuluan</span><br /><br /><br />Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam Litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar 200 kilometer dibawah permukaan Bumi, terutama terdiri dari unsur-unsur yang kemudian membentuk mineral-mineral<br /><br />Magmatik sistem adalah suatu sistem dimana magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga akhirnya mampu mencapai permukaan Bumi.<br /><br />Dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan, magma dapat mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada didalam litosfir dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk mineral dan batuan beku.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Komposisi Magma dalam Sistem Magmatik</span><br /><br />Komposisi magma yang terbentuk dari sistem magmatik mencerminkan komposisi magma dimana mereka mengkrisatal. Komposisi magma dipengaruhi oleh : <br />1. Kompisisi kimia dari batuan sumber<br />2. Modifikasi komposisi magma setelah pembentukan dan ekstraksi dari batuan sumber.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Peleburan Batuan Asal dan Pemisahan Magma dari Sumbernya</span><br /><br />Peleburan batuan sumber terjadi sebagai respon terhadap :<br /> 1. Pemanasan<br />2. Infiltrasi H2O yang memiliki temperatur di bawah suhu yang dibutuhkan untuk dry melting.<br />3. Pengurangan tekanan pada massa batuan pada suhu tepat di bawah titik lebur<br /><br />Magma adalah material yang bergerak, jadi ekstraksi magma dari batuan sumber yang tidak meleleh sempurna tidak dapat diduga. Ekstraksi dari sebagian lelehan merupakan respon dari ketidakstabilan gravitasi pada fase cair yang memiliki densitas rendah, yang kemudian menghasilkan intrusi, ataupun kompresi lempeng tektonik dimana cairannya dapat dipisahkan dari residu padatannya.<br />Kumpulan mineral di batuan magmatik kemungkinan mencerminkan komposisi utama dari magma yang terekstraksi, tapi bukan sumber magmanya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Modifikasi Komposisi Magma</span><br /><br />Modifikasi komposisi magma kemungkinan terjadi akibat :<br /><br /><span style="font-style:italic;">Difusi Internal</span> mungkin terjadi di dapur magma, setelah atau selama kristalisasi pada lingkungan yang tak terpengaruhi oleh konveksi panas. <br />Sebagai contoh, bertambahnya feldspar alkali pada Deboullie pluton di Maine yang dideskripsikan oleh Boone (1962), diakibatkan karena difusi bagian atas oleh ion alkali (Na+, K+) atau ion alkali-silikat yang berkoordinasi dengan ion-ion cair dalam merespon perubahan gradien suhu dari interior magma bersuhu tinggi menuju interior magma bersuhu rendah.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Kristalisasi Sebagian</span>, merupakan ciri utama dari sebagian besar magma. Proses kristalisasi dipengaruhi oleh banya faktor, seperti suhu yang berada di bawah suhu standar kristalisasi. Maka magma akan mejadi terbedakan melalui proses tenggelam, mengapung, perbedaan aliran kristal, pelelehan, atau juga menjadi pelapisan dari permukaan dapur magma. Magma yang terbedakan ini akan memiliki komposisi yang berbeda dari magma induk (sebelum terbedakan)<br /><br /><span style="font-style:italic;">Penggabungan magma</span> akan menyebabkan magma dengan komposisi yang berbeda. Penggabungan ini biasanya melibatkan dua campuran magma, dimana salah satu magma telah mengandung kristal. Sehingga proses ini bisa juga disebut sebagai “penggabungan kristal dan magma”. Biasanya penggabungan magma akan terlihat jika penggabungan ini berasal dari magma yang berbeda sumbernya. <br /><br /><span style="font-style:italic;">Asimilasi</span> dari material-material luar juga akan mengakibatkan modifikasi komposisi magma. Walau pun proses ini tak sama seperti proses termal dan kinetik yang menyebabkan besar perubahan pada magma yang termodifikasi, namun untuk skala lokal proses ini bisa sangat berpengaruh secara signifikan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Penyebab Pembekuan Magma</span><br /><br />Magma Kehilangan Panas<br />Perpindahan panas dari magma ke batuan yang relatif dingin merupakan kasus klasik pada intrusi dangkal (lebih dingin) pada mantel bumi. Pendinginan mengakibatkan magma kehilangan energi kinetik komponen lelehnya hingga titik nukleasi dan kristalisasi atau hingga pembekuan yang cepat membentuk gelas (lingkungan volkanik).<br /><br />Magma Kehilangan Fase Cair<br />Pemisahan fase cair pada magma yang mengandung H20, menyebabkan kristalisasi dengan atau tanpa penurunan suhu (kehilangan kalor). Pelepasan H20 memungkinkan polimer silikat untuk terbentuk, menjadi langkah awal untuk pembentukan struktur kristal silikat.<br /><br />Fractional crystallization terjadi apabila ada urutan kristalisasi unsur mineral sebagai variabel, seperti suhu, jatuh daripada kristalisasi total pada suhu normal. Jika fase mineral pembentukannya dini dan bersuhu lebih tinggi terpisah dari magma induk melalui penenggelaman, pengapungan, aliran yang berbeda dari kristal dan lelehan, atau melalui peletakan pada permukaan ruang magma, komposisi magma yang tersisa ini berbeda dengan megma induk, dan disebut differentiated magma. <br /><br />Kristalisasi sebagian memiliki dua cabang mineralogi penting :<br /><br />1. Pemisahan mekanis mineral dari magma induk yang mengarah pada formasi dari batuan yang tak mempunyai komposisi magma induk.<br /><span style="font-style:italic;">Contoh: pemisahan olivin dari magma basaltik mengkristal menghasilkan batu dunite monomineralogi.<br /></span><br /><br />2. Jika sejumlah kecil magma mengkristal mengalami perubahan lingkungan mendadak, seperti intrusi kedua, atau peristiwa erupsi di permukaan Bumi, magma tersebut akan mengkristal dengan cepat atau mengeras menjadi gelas.<br /><br />Sistem magmatik yang paling luas dipelajari ialah sistem granit dan sistem basal. Sistem granit juga berlaku untuk magma yang menghasilkan riolit. Sementara sistem basal berlaku untuk magma yang menghasilkan gabbro.<br />Sistem magmatik rendah kandungan silika dicirikan oleh kehadiran albit dan K-feldspar yang rendah silika.<br />Reaksi-reaksi berilut menunjukkan mengapa pembentukan leusit atau nepheline di hadapan silika berlebih dihindari jika kesetimbangan dicapai dalam sistem seperti :<br />NaA1Si206 (nepheline) + SiOl --> NaA1Si30, (albite)<br />KAlSi,06 (leucite) + Si0, --> KAlSi308 (K-feldspar)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Morfologi dari mineral magmatik</span><br /><br />Bentuknya mencerminkan kebebasan berkembang dalam bentuk liquid, perkembangan khusus akibat dari gangguan kristal lain, dan lingkungan dinamik. Magmatik sistem memiliki 2(atau 3) tahapan kristalisasi atau pemadatan, tahapan pertama biasanya menghasilkan kristal-kristal ukuran besar. <br />Selama tahap kedua, biasanya biji matrik yang sangat halus / gelasan terbentuk.Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-8019032534168247512012-01-06T00:07:00.000+07:002012-01-06T00:08:16.684+07:00Aplikasi Perhitungan dan Pendugaan Ketebalan dan Kedalaman perlapisan dalam Metode Geofisika EksplorasiBidang eksplorasi gas, hidrokarbon maupun bahan tambang dan mineral banyak menggunakan metode-metode geofisika eksplorasi, namun disamping itu untuk interpretasinya tidak lepas dari informasi geologi yang sesuai dan tepat dengan lokasi penelitian ataupun lokasi survey. Memanfaatkan pendugaan dari survey dengan metode geofisika dan informasi geologis wilayah terkait, para pengeksplor gas, hidrokaron maupun bahan tambang dan mineral dapat melakukan eksplorasi dengan efektif dan efisien. <br /> Salah satu ilmu geologi dasar dan geologi struktur dalam eksplorasi diantaranya adalah dalam penggunaan metode seismik bias (seismik refraksi) untuk eksplorasi hidrokarbon, setelah proses akuisisi data seismik dilakukan selanjutnya adalah interpretasi data dan mencocokkan dengan informasi geologis yang ada, dari data yang didapat para pengeksplor dapat menduga seberapa besar cadangan hidrokarbon yang ada dengan cara melihat seberapa tebal batuan reservoir dan seberapa jauh batuan reservoir tersebar. Ketebalan batuan reservoir yang memiliki porositas dan permeabilitas tinggi ini yang akan menjadi acuan untuk menentukan seberapa banyak cadangan dengan menganalisa setiap meter kubik batuan tersebut dengan hasil hidrokarbon yang dapat diproduksi. Sementara itu pendugaan kedalaman biasanya diprioritaskan untuk memperkirakan biaya pengeboran. <br /> Selain itu dalam eksplorasi batubara (coal) dengan menggunakan metode resistivitas (geolistrik). Para pengeksplor seringkali menggunakan data hasil inversi untuk menentukan ketebalan perlapisan batubara dan kedalaman batubara sesuai dengan nilai resistivitas yang didapat dari survey resistivitas yang telah dilakukan sebelumnya. <br /><br /><br /><br />Daftar pustaka :<br />Rachmat, Sudjati,. 2007. Reservoir Minyak dan Gas Bumi . Buku Pintar MIGAS Indonesia : halaman 1-3. <br />Broto, S., Afifah, R.S., 2008. Pengolahan Data Geolistrik dengan Metode Schlumberger. Survei Geofisika Eksplorasi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro : halaman 122-125.<br />Suparno, Supriyanto,. 2009. Energi Panasbumi “A Present from the heart of the Earth” . Departemen Fisika, Lab. Geofisika FMIPA Universitas Indonesia : halaman 15 -20.Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-68442958086583407002012-01-05T23:47:00.002+07:002012-01-05T23:53:00.074+07:00Fisiografis Pulau JawaPulau Jawa merupakan pulau yang memanjang dari barat ke timur. Wilayah Jawa sendiri dibagi menjadi 3 zona yaitu :<br />1.Bagian utara yang ditandai oleh rangkaian Baturagung Masif – Panggung Masif, dicirikan oleh relief yang kuat dan tersusun oleh batuan volkaniklastik. <br />2.Bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang tersusun oleh perselingan batugamping berlapis dan napal.<br />3.Dan bagian selatan yang sering disebut sebagai Kompleks Gunung Sewu, memiliki karakteristik bentang alam karst. Tersusun oleh batugamping berlapis dan batugamping terumbu.<br /><br />Menurut Van Bemmelen (1949;1970) dalam Winardi (2009), fisiografi Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 7 sebagai berikut :<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3FIIX5I5O3vXHZaY3tio85DNiHE8adaFFAb9qb__av0IQwzZZUIH1rNIw6MtmMtQTe3E3sTngbCqtrT-unRK7TqD0YMlj8Z6AnoTU-upijMKG9nX2u60wo65z0hhPyc2KNouajkM7hg/s1600/physiographic-java.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 122px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3FIIX5I5O3vXHZaY3tio85DNiHE8adaFFAb9qb__av0IQwzZZUIH1rNIw6MtmMtQTe3E3sTngbCqtrT-unRK7TqD0YMlj8Z6AnoTU-upijMKG9nX2u60wo65z0hhPyc2KNouajkM7hg/s320/physiographic-java.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5694191561177750258" /></a><br /><br />Zona Pegunungan Selatan, yang merupakan pegunungan struktural yang memanjang barat-timur searah bentuk geometri pulau Jawa. Pegunungan Selatan ini dibagi menjadi Pengunungan Selatan Jawa Barat, Jawa tengah dan Jawa Timur. Wilayah sebarannya dari Pacitan sampai Parangtritis, membujur barat – timur. Di Yogyakarta bagian selatan, batas utara Gunung Sewu adalah Plato Wonosari, batas selatan adalah Pantai Samudera Hindia dan batas barat adalah dataran Bantul – Kulonprogo. <br /> <br />Secara morfologis, daerah Pegunungan Selatan merupakan pegunungan yang dibedakan menjadi 3 satuan murfologi utama, yaitu :<br />a. Satuan morfologi perbukitan berrelief sedang sampai curam. <br />Yaitu mulai dari daerah sekitar Imogiri di bagian barat hingga kawasan Pacitan – Slahung. Litologi yang terdapat disatuan morfologi ini adalah batupasir dan breksi volkanik serta batuan beku dari formasi Semilir, Nglanggran, atau Wuni dan Besole.<br />b. Satuan dataran tinggi.<br />Yaitu terdapat di daerah gading Wonosari, Playen hingga Semanu. Daerah ini memiliki topografi yang hampir datar dan pada umumnya ditempati oleh batugamping. <br />c. Satuan perbukitan kerucut.<br />Meliputi daerah di sebelah timur Parangtritis memanjang ke timur melewati daerah Baron. Daerah ini tersusun oleh batugamping, baik batugamping terumbu maupun batugamping lain. <br /><br />Sumber terkait :<br />Geology of Indonesia, R.W. van Bemmelen (1949)Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-64018161430262373032012-01-05T23:44:00.002+07:002012-01-05T23:45:54.458+07:00Geologi Regional Zona Kendeng<span style="font-weight:bold;">1. Geomorfologi Regional</span><br /><br />Berdasarkan morfologi tektonik (litologi dan pola struktur), maka wilayah Jawa bagian timur (meliputi Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur) dapat dibagi mejadi beberapa zona fisografis (van Bemmelen, 1949) yakni : Zona Pegunungan Selatan, Zona Solo atau Depresi Solo, Zona Kendeng, Depresi Randublatung, dan Zona Rembang.<br />Zona Kendeng meliputi deretan pegunungan dengan arah memanjang barat-timur yang terletak langsung di sebelah utara sub zona Ngawi. Pegunungan ini tersusun oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi secara intensif membentuk suatu antiklinorium. Pegunungan ini mempunyai panjang 250 km dan lebar maksimum 40 km (de Genevraye & Samuel, 1972) membentang dari gunungapi Ungaran di bagian barat ke timur melalui Ngawi hingga daerah Mojokerto. Di bawah permukaan, kelanjutan zona ini masih dapat diikuti hingga di bawah selatan Madura. <br />Ciri morfologi Zona Kendeng berupa jajaran perbukitan rendah dengan morfologi bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200 meter. Jajaran yang berarah barat-timur ini mencerminkan adanya perlipatan dan sesar naik yang berarah barat-timur pula. Intensitas perlipatan dan anjakan yang mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat besar di bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya anjakan tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering merupakan batas sesar. Lipatan dan anjakan yang disebabkan oleh gaya kompresi juga berakibat terbentuknya rekahan, sesar dan zona lemah yang lain pada arah tenggara-barat laut, barat daya-timur laut dan utara-selatan.<br />Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini berjalan sangat intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian besar litologi penyusun Mandala Kendeng adalah batulempung-napal-batupasir yang mempunyai kompaksitas rendah, misalnya pada formasi Pelang, Formasi Kerek dan Napal Kalibeng yang total ketebalan ketiganya mencapai lebih dari 2000 meter. <br />Karena proses tektonik yang terus berjalan mulai dari zaman Tersier hingga sekarang, banyak dijumpai adanya teras-teras sungai yang menunjukkan adanya perubahan base of sedimentation berupa pengangkatan pada Mandala Kendeng tersebut. Sungai utama yang mengalir di atas Mandala Kendeng tersebut adalah Bengawan Solo yang mengalir mulai dari utara Sragen ke timur hingga Ngawi, ke utara menuju Cepu dan membelok ke arah timur hingga bermuara di Ujung Pangkah, utara Gresik. Sungai lain adalah Sungai Lusi yang mengalir ke arah barat, dimulai dari Blora, Purwodadi dan terus ke barat hingga bermuara di pantai barat Demak-Jepara.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Stratigrafi Regional<br /></span><br />Stratigrafi penyusun Zona Kendeng merupakan endapan laut dalam di bagian bawah yang semakin ke atas berubah menjadi endapan laut dangkal dan akhirnya menjadi endapan non laut. Endapan di Zona Kendeng merupakan endapan turbidit klastik, karbonat dan vulkaniklastik. Stratigrafi Zona Kendeng terdiri atas 7 formasi batuan, urut dari tua ke muda sebagai berikut (Harsono, 1983 dalam Rahardjo 2004) :<br />1. Formasi Pelang<br />Formasi ini dianggap sebagai formasi tertua yang tersingkap di Mandala Kendeng. Formasi ini tersingkap di Desa Pelang, Selatan Juwangi. Tidak jelas keberadaan bagian atas maupun bawah dari formasi ini karena singkapannya pada daerah upthrust ,berbatasan langsung dengan formasi Kerek yang lebih muda. Dari bagian yang tersingkap tebal terukurnya berkisar antara 85 meter hingga 125 meter (de Genevraye & Samuel, 1972 dalam Rahardjo, 2004). Litologi utama penyusunnya adalah napal, napal lempungan dengan lensa kalkarenit bioklastik yang banyak mengandung fosil foraminifera besar. <br />2. Formasi Kerek<br />Formasi Kerek memiliki kekhasan dalam litologinya berupa perulangan perselang-selingan antara lempung, napal, batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan. Perulangan ini menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded bedding). Lokasinya berada di Desa Kerek, tepi sungai Bengawan Solo, ± 8 km ke utara Ngawi. Di daerah sekitar lokasi tipe formasi ini terbagi menjadi tiga anggota (de Genevraye & Samuel, 1972 dalam Rahardjo, 2004), dari tua ke muda masing-masing : <br />a. Anggota Banyuurip<br />Anggota Banyuurip tersusun oleh perselingan antara napal lempungan, lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan dengan total ketebalan 270 meter. Di bagian tengahnya dijumpai sisipan batupasir gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan bagian atasnya ditandai dengan adanya perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan sisipan tuf halus. Anggota ini berumur N10 – N15 (Miosen tengah bagian tengah atas).<br />b. Anggota Sentul<br />Anggota Sentul tersusun atas perulangan yang hampir sama dengan anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang bertuf menjadi lebih tebal. Ketebalan anggota Sentul mencapai 500 meter. Anggota Sentul berumur N16 (Miosen atas bagian bawah).<br />c. Anggota Batugamping Kerek<br />Merupakan anggota teratas dari formasi Kerek, tersusun oleh perselingan antara batugamping tufaan dengan perlapisan lempung dan tuf. Ketebalan anggota ini mencapai 150 meter. Umur batugamping kerek ini adalah N17 (Miosen atas bagian tengah).<br />3. Formasi Kalibeng<br />Formasi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah dan bagian atas. Bagian bawah formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600 meter, berwarna putih kekuning-kuningan sampai abu-abu kebiru-biruan, kaya akan kanndungan foraminifera plangtonik. <br />a. Formasi Kalibeng bagian bawah<br />Formasi Kalibeng bagian bawah ini terdapat beberapa perlapisan tipis batupasir yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi suatu endapan aliran rombakan, yang disebut sebagai Formasi Banyak (Harsono, 1983 dalam Rahardjo, 2004) atau anggota Banyak dari formasi Kalibeng (Nahrowi dan Suratman, 1990 dalam Rahardjo, 2004), ke arah Jawa Timur, yaitu di sekitar Gunung Pandan, Gunung Antasangin dan Gunung Soko, bagian atas formasi ini berkembang sebagai endapan vulkanik laut yang menunjukkan struktur turbidit. Fasies tersebut disebut sebagai anggota Antasangin (Harsono, 1983 dalam Rahardjo, 2004).<br />b. Formasi Kaliben bagian atas<br />Bagian atas dari formasi ini oleh Harsono (1983) disebut sebagai Formasi Sonde, yang tersusun mula-mula oleh anggota Klitik yaitu kalkarenit putih kekuning-kuningan, lunak, mengandung foraminifera plangtonik maupun besar, moluska, koral, algae dan bersifat napalan atau pasiran dengan berlapis baik. Bagian paling atas tersusun atas breksi dengan fragmen gamping berukuran kerikil dan semen karbonat. Kemudian disusul endapan napal pasiran, semakin keatas napalnya bersifat semakin bersifat lempungan. Bagian teratas ditempati oleh lempung berwarna hijau kebiru-biruan. Formasi Sonde ini ditemukan sepanjang sayap lipatan bagian selatan antiklinorium Kendeng dengan ketebalan berkisar 27 – 589 meter dan berumur Pliosen (N19 – N21). <br />4. Formasi Pucangan <br />Formasi Pucangan ini mempunyai penyebaran yang cukup luas. Di Kendeng bagian barat satuan ini tersingkap luas antara Trinil dan Ngawi. Di Mandala Kendeng yaitu daerah Sangiran, Formasi Pucangan berkembang sebagai fasies vulkanik dan fasies lempung hitam. Fasies vulkaniknya berkembang sebagai endapan lahar yang menumpang diatas formasi Kalibeng. Fasies lempung hitamnya berkembang dari fasies laut, air payau hingga air tawar. Di bagian bawah dari lempung hitam ini sering dijumpai adanya fosil diatomae dengan sisipan lapisan tipis yang mengandung foraminifera bentonik penciri laut dangkal. Semakin ke atas akan menunjukkan kondisi pengendapan air tawar yang dicirikan dengan adanya fosil moluska penciri air tawar.<br />5. Formasi Kabuh <br />Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Kabuh, Kec. Kabuh, Jombang. Formasi ini tersusun oleh batupasir dengan material non vulkanik antara lain kuarsa, berstruktur silang siur dengan sisipan konglomerat, mengandung moluska air tawar dan fosil-fosil vertebrata. Formasi ini mempunyai penyebaran geografis yang luas. Di daerah Kendeng barat formasi ini tersingkap di kubah Sangiran sebagai batupasir silang siur dengan sisipan konglomerat dan tuf setebal 100 meter. Batuan ini diendapkan fluvial dimana terdapat struktur silang siur, maupun merupakan endapan danau karena terdpaat moluska air tawar seperti yang dijumpai di Trinil. <br />6. Formasi Notopuro<br />Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Notopuro, Timur Laut Saradan, Madiun yang saat ini telah dijadikan waduk. Formasi ini terdiri atas batuan tuf berselingan dengan batupasir tufaan, breksi lahar dan konglomerat vulkanik. Makin keatas sisipan batupasir tufaan semakin banyak. Sisipan atau lensa-lensa breksi volkanik dengan fragmen kerakal terdiri dari andesit dan batuapung juga ditemukan yang merupakan cirri formasi Notopuro. Formasi ini terendapkan secara selaras diatas formasi Kabuh, tersebar sepanjang Pegunungan Kendeng dengan ketebalan lebih dari 240 meter. Umur dari formasi ini adalah Plistosen akhir dan merupakan endapan lahar di daratan. <br />7. Endapan undak Bengawan Solo<br />Endapan ini terdiri dari konglomerat polimik dengan fragmen napal dan andesit disamping endapan batupasir yang mengandung fosil-fosil vertebrata. di daerah Brangkal dan Sangiran, endapan undak tersingkap baik sebagai konglomerat dan batupasir andesit yang agak terkonsolidasi dan menumpang di atas bidang erosi pada Formasi Kabuh maupun Notopuro. <br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzPM_d0h0Qa9r-qlcPYgEnE5vxoyGMop21o-eJCS_w2LdYsikAogYW9Yr9oX1cTqKtNo99azFr5crLhjZa50V4FY6snpPQD26hSRDyYeiyFp3etetl-WbBEG2WdBJQh8J_Obot4LIYYw/s1600/Stratigrafi+Zona+Kendeng+%2528Harsono+1983%2529.gif"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 245px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzPM_d0h0Qa9r-qlcPYgEnE5vxoyGMop21o-eJCS_w2LdYsikAogYW9Yr9oX1cTqKtNo99azFr5crLhjZa50V4FY6snpPQD26hSRDyYeiyFp3etetl-WbBEG2WdBJQh8J_Obot4LIYYw/s320/Stratigrafi+Zona+Kendeng+%2528Harsono+1983%2529.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5694187930074253458" /></a><br /><br /><span style="font-weight:bold;">3. Struktur Geologi Regional</span><br /><br /><br />Deformasi pertama pada Zona Kendeng terjadi pada akhir Pliosen (Plio – Plistosen), deformasi merupakan manifestasi dari zona konvergen pada konsep tektonik lempeng yang diakibatkan oleh gaya kompresi berarah relatif utara – selatan dengan tipe formasi berupa ductile yang pada fase terakhirnya berubah menjadi deformasi brittle berupa pergeseran blok – blok dasar cekungan Zona Kendeng. Intensitas gaya kompresi semakin besar ke arah bagian barat Zona Kendeng yang menyebabkan banyak dijumpai lipatan dan sesar naik dimana banyak zona sesar naik juga merupakan kontak antara formasi atau anggota formasi.<br />Deformasi Plio – Plistosen dapat dibagi menjadi tiga fase/ stadia, yaitu; fase pertama berupa perlipatan yang mengakibatkan terbentuknya Geantiklin Kendeng yang memiliki arah umum barat – timur dan menunjam di bagian Kendeng Timur, fase kedua berupa pensesaran yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu pensesaran akibat perlipatan dan pensesaran akibat telah berubahnya deformasi ductile menjadi deformasi brittle karena batuan telah melampaui batas kedalaman plastisnya. Kedua sesar tersebut secara umum merupakan sesar naik bahkan ada yang merupakan sesar sungkup. Fase ketiga berupa pergeseran blok – blok dasar cekungan Zona Kendeng yang mengakibatkan terjadinya sesar – sesar geser berarah relatif utara – selatan.<br />Deformasi kedua terjadi selama kuarter yang berlangsung secara lambat dan mengakibatkan terbentuknya struktur kubah di Sangiran. Deformasi ini masih berlangsung hingga saat ini dengan intensitas yang relatif kecil dengan bukti berupa terbentuknya sedimen termuda di Zona Kendeng yaitu Endapan Undak.<br />Secara umum struktur – struktur yang ada di Zona Kendeng berupa : <br />1. Lipatan Lipatan yang ada pada daerah Kendeng sebagian besar berupa lipatan asimetri bahkan beberapa ada yang berupa lipatan overturned. Lipatan – lipatan di daerah ini ada yang memiliki pola en echelon fold dan ada yang berupa lipatan – lipatan menunjam. Secara umum lipatan di daerah Kendeng berarah barat – timur. <br /><br />2. Sesar Naik Sesar naik ini biasa terjadi pada lipatan yang banyak dijumpai di Zona Kendeng, dan biasanya merupakan kontak antar formasi atau anggota formasi. <br /><br />3. Sesar Geser Sesar geser pada Zona Kendeng biasanya berarah timur laut- barat daya dan tenggara -barat laut. <br /><br />4. Struktur Kubah Struktur Kubah yang ada di Zona Kendeng biasanya terdapat di daerah Sangiran pada satuan batuan berumur Kuarter. Bukti tersebut menunjukkan bahwa struktur kubah pada daerah ini dihasilkan oleh deformasi yang kedua, yaitu pada Kala Plistosen.<br /><br /><br />sumber terkait :<br /><br />De Genevraye ,P. , Samuel , Luki . 1972. Geology of the Kendeng Zone (Central and East Java) . Indonesian Petroleum Association <br />Harsono, Pringgroprawiro. 1983. Stratigrafi daerah Mandala Rembang dan sekitarnya . Jakarta<br />Rahardjo, Wartono. 2004. Buku Panduan Ekskursi Geologi Regional Pegunungan Selatan dan Zona Kendeng. Jurusan Teknik Geologi. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada <br />(dengan beberapa perubahan)Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8285664790943440954.post-43350200083911763372011-05-09T19:39:00.000+07:002011-05-09T19:42:07.699+07:00Like This Quotes !<meta equiv="content-type" content="text/html; charset=utf-8"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Just living is not enough. One must have sunshine, freedom, and a little flower.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Hans Christian Andersen
<br /></span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />Life is a ticket to the greatest show on earth.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Martin H. Fischer</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />What is this life if, full of care,
<br />We have no time to stand and stare?
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">W. H. Davies</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br /></span></span><span class="bodysi" style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Leisure.</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />The healthiest response to life is joy.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Deepak Chopra</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />When you're chewing on life's gristle
<br />Don't grumble, give a whistle
<br />And this'll help things turn out for the best...
<br />And...always look on the bright side of life...
<br />Always look on the light side of life.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Monty Python's Life of Brian</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />The miracle is not to fly in the air, or to walk on the water, but to walk on the earth.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Chinese Proverb</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />What sunshine is to flowers, smiles are to humanity. These are but trifles, to be sure; but, scattered along life's pathway, the good they do is inconceivable.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Joseph Addison
<br /></span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />We must learn to live together as brothers or perish together as fools.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Martin Luther King, Jr.</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Life is like a coin. You can spend it any way you wish, but you only spend it once.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lillian Dickson</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />There is no wealth but life.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">John Ruskin</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />The moon belongs to everyone,
<br />The best things in life are free,
<br />The stars belong to everyone,
<br />They gleam there for you and me.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">B.G. DeSylva, Lew Brown, and Ray Henderson</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br /></span></span><span class="bodysi" style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Song from the Musical 'Good News'.
<br /></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />Keep love in your heart. A life without it is like a sunless garden when the flowers are dead. The consciousness of loving and being loved brings a warmth and richness to life that nothing else can bring.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Oscar Wilde</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Here's to a long life and a merry one
<br />A quick death and an easy one
<br />A pretty girl and an honest one
<br />A cold beer and another one!
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Irish Saying</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />The goal of life is living in agreement with nature.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Zeno</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br /></span></span><span class="bodysi" style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">From Diogenes Laertius, Lives of Eminent Philosophers.</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Life is far too important a thing ever to talk seriously about.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Oscar Wilde</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br /></span></span><span class="bodysi" style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Lady Windermere's Fan, Act I.
<br /></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />Where there is love there is life.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Indira Gandhi
<br /></span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />To succeed in life, you need three things: a wishbone, a backbone and a funnybone.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Reba McEntire</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Life is nothing without friendship.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Marcus Tullius Cicero
<br /></span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />Have a heart that never hardens, a temper that never tires, a touch that never hurts.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Charles Dickens</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br /></span></span><span class="bodysi" style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Our Mutual Friend.
<br /></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />Gather ye rosebuds while ye may,
<br />Old Time is still a-flying:
<br />And this same flower that smiles to-day
<br />To-morrow will be dying.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Robert Herrick</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Do what you can, with what you have, where you are.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Theodore Roosevelt</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Be nice to people on your way up because you'll meet them on your way down.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Wilson Mizner</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />When one door of happiness closes, another opens; But often we look so long at the closed door that we do not see the one that has been opened for us.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Helen Keller
<br /></span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />If you are going through hell, keep going.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Winston Churchill</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />The best of times is now.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Oprah Winfrey
<br /></span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />Whatever you are, be a good one.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Abraham Lincoln</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Albert Einstein</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Do all things with love.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Og Mandino</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Life without love is like a tree without blossoms or fruit.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Kahlil Gibran</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Life is a game, boy. Life is a game that one plays according to the rules.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">J. D. Salinger</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br /></span></span><span class="bodysi" style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">The Catcher in the Rye, spoken by Mr. Spencer.</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Life's but a walking shadow, a poor player
<br />That struts and frets his hour upon the stage
<br />And then is heard no more: it is a tale
<br />Told by an idiot, full of sound and fury,
<br />Signifying nothing.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">William Shakespeare</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br /></span></span><span class="bodysi" style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Macbeth, 5. 5.</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />Life is an opportunity, benefit from it.
<br />Life is beauty, admire it.
<br />Life is bliss, taste it.
<br />Life is a dream, realize it.
<br />Life is a challenge, meet it.
<br />Life is a duty, complete it.
<br />Life is a game, play it.
<br />Life is a promise, fulfill it.
<br />Life is sorrow, overcome it.
<br />Life is a song, sing it.
<br />Life is a struggle, accept it.
<br />Life is a tragedy, confront it.
<br />Life is an adventure, dare it.
<br />Life is luck, make it.
<br />Life is too precious, do not destroy it.
<br />Life is life, fight for it.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Mother Teresa
<br /></span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />Like the moon, come out from behind the clouds! Shine... Meditate. Live purely. Be quiet. Do your work with mastery.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Buddha</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />
<br />If you live to be a hundred, I want to live to be a hundred minus one day, so I never have to live without you.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">A. A. Milne</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br /></span></span><span class="bodysi" style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Winnie the Pooh.
<br /></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />Never take life too seriously. Nobody gets out alive anyway.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">Author Unknown
<br /></span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br />All the world's a stage,
<br />And all the men and women merely players;
<br />They have their exits and their entrances;
<br />And one man in his time plays many parts,
<br />His acts being seven ages. At first the infant,
<br />Mewling and puking in the nurse's arms;
<br />Then the whining school-boy, with his satchel
<br />And shining morning face, creeping like snail
<br />Unwillingly to school. And then the lover,
<br />Sighing like furnace, with a woeful ballad
<br />Made to his mistress' eyebrow. Then a soldier,
<br />Full of strange oaths, and bearded like the pard,
<br />Jealous in honour, sudden and quick in quarrel,
<br />Seeking the bubble reputation
<br />Even in the cannon's mouth. And then the justice,
<br />In fair round belly with good capon lin'd,
<br />With eyes severe and beard of formal cut,
<br />Full of wise saws and modern instances;
<br />And so he plays his part. The sixth age shifts
<br />Into the lean and slipper'd pantaloon,
<br />With spectacles on nose and pouch on side;
<br />His youthful hose, well sav'd, a world too wide
<br />For his shrunk shank; and his big manly voice,
<br />Turning again toward childish treble, pipes
<br />And whistles in his sound. Last scene of all,
<br />That ends this strange eventful history,
<br />Is second childishness and mere oblivion;
<br />Sans teeth, sans eyes, sans taste, sans everything.
<br /></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">William Shakespeare</span></span></b><div><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:medium;">
<br /></span></span></b></div><div><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:x-small;">taken from <a href="http://www.allgreatquotes.com/"> http://www.allgreatquotes.com/</a></span></span></b></div>Novianto's Bloghttp://www.blogger.com/profile/17250975531975257417noreply@blogger.com0