Kamis, 13 Mei 2010

Sumber Migas Raksasa ditemukan di Aceh Pasca Gempa


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama lembaga riset geologi dan kelautan Jerman (BGR) menemukan sumber daya minyak dan gas (migas) berskala raksasa di timur laut Pulau Simeulue, Aceh. Potensi hidrokarbon itu ditaksir mencapai 50 miliar barel. Lebih besar dari yang terdapat di Banyu Urip, Jawa Timur, yang hanya 450 juta barel. Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi BPPT Yusuf Surahman menjelaskan, potensi itu berdasarkan perhitungan dengan porositas 15 persen. Porositas merupakan kemungkinan batuan menyimpan cairan (termasuk minyak) di dalam gugusannya.

Karena rata rata saat ini porositas yang digunakan sekitar 20 persen. Jadi, 15 persen itu realistis, katanya dalam jumpa pers di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (11/2).

Sementara, jika menggunakan porositas 30 persen, maka diperkirakan volume minimum cekungan mencapai 107,5 miliar barel dan volume maksimumnya 320,79 miliar.

Jika dibandingkan dengan negara negara lain, penemuan ini termasuk kategori kakap. Arab Saudi, misalnya, cadangan terbuktinya 264,21 miliar barel, sehingga bisa dieksplorasi selama 250 tahun. Sedangkan potensi migas di Banyu Urip, Jawa Timur, sebesar 450 juta barel. Adapun lapangan migas yang dapat dikategorikan sebagai giant field adalah apabila volume cadangan terhitung mencapai 500 juta barel.

Pascagempa


Penemuan potensi migas di perairan Simeulue itu bermula dari penelitian yang dilakukan BPPT terkait gempa dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004. Saat itu BPPT bersama lembaga riset geologi dan kelautan Jerman (BGR) meneliti struktur geologi di sekitar Aceh-Nias dan akhirnya menemukan potensi hidrokarbon di sekitar Pulau Simeulue.

Yusuf Surahman menambahkan, terdeteksinya potensi migas itu karena dipicu oleh gempa yang terjadi di Aceh akhir Desember 2004 yang membuat geseran lokasi source rock. Source rock merupakan batu yang mengeluarkan panas untuk mematangkan kandungan minyak. Potensi hidrokarbon ini ditemukan di kedalaman sekitar 1.900 meter di bawah air laut.

Ia tak lupa mengingatkan bahwa volume tersebut hanya merepresentasikan ruang dalam bentuk tangki yang belum tentu seluruhnya diisi oleh hidrokarbon, berhubung ruang dalam batuan dipengaruhi faktor lain, seperti indeks saturasi air, kemampuan daya tampung minyak, dan gas.

Menurut Yusuf, hidrokarbon tersebut belum bisa dipastikan sebagai kandungan minyak dan gas (migas). Namun, pihaknya menemukan carbonat build up yang mencirikan minyak dan bright spot yang mencirikan gas.

Begitupun, masih dibutuhkan kajian yang lebih teliti untuk mengetahui kandungan yang sebenarnya.

Kepala BPPT Prof Dr Said D Jenie menyatakan sudah melaporkan penemuan ini ke Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tapi lama tak dapat respons. Sampai akhirnya Pertamina menyatakan ketertarikan untuk bekerja sama dengan BPPT melakukan kajian lebih dalam. Pertamina sudah kirim letter of intent, katanya.

Pakar perminyakan dari Exploration Think Tank Indonesia (ETTI), Dr Andang Bachtiar, berpendapat potensi minyak dan gas (hidrokarbon) yang baru ditemukan di perairan timur laut Pulau Simeulue itu perlu segera ditindaklanjuti.

Kalau potensinya mencapai 107,5 miliar sampai 320,79 miliar barel itu suatu jumlah yang sangat besar. Jika dari potensi itu hanya terbukti 25 persen saja, masih juga merupakan angka yang sangat menarik, ujarnya di Jakarta kemarin.

Ia perkirakan butuh tiga tahun untuk membuktikan cadangan dengan melakukan pengeboran 14 sumur dan studi seismik senilai US$ 3 juta.

Sementara itu, Kepala BPPT Prof Said Jenie berharap, Pemerintah Indonesia segera mengamankan potensi tersebut agar dapat dikuasai oleh negara.

BPPT menyarankan untuk segera dilakukan penelitian lanjutan semaksimal mungkin yang dilaksanakan para peneliti dalam negeri yang sudah memiliki kemampuan dan fasilitas. BPPT dan LIPI memiliki sejumlah armada kapal riset Baruna Jaya untuk membuktikan kebenaran ada-tidaknya cadangan itu, katanya. Titik koordinat

Guna memastikan titik kordinat tempat ditemukannya ladang migas baru itu, Serambi coba menghubungi Kepala Divisi Komunikasi Pertamina Pusat Jakarta, Wisnuntoro petang kemarin. Namun, Wisnuntoro mengaku hingga kemarin belum mengetahui persis lokasi tersebut.

Saya belum tahu lokasi temuan migas itu. Besok akan saya tanyakan ke BP Migas. Soalnya, kalau menyangkut eksplorasi minyak dan gas itu kewenangan BP Migas (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi -red), kata Wisnuntoro yang mantan kepala Pertamina Unit Pemasaran I Medan. (dtf/usb/ant/aceh-eye)
(image : www.ppnsi.org)

0 komentar:

Posting Komentar